Lebaran dimasa pandemic Covid 19 tahun ini, selain tanpa ayah yang dua tahun lalu sudah meninggal dunia (lihat di sini),  juga  --menuruti himbauan pemerintah-- melaksanakan Ibadah Sholat I'd  hanya dengan keluarga besar di Musholla keluarga yang dibangun alm orangt tua (ayah) saya.
Sehari sebelum lebaran, keluarga dikumpukan di rumah  ibu, dimusyawarahkan dimana harus sembahyang I'd, di Masjid apa melaksanakan sendiri. Permusyawatan menyepakati melaksanakan sendiri. Berbagi tugas, kakak tertua yang jadi Imam, saya yang ditugasi jadi khatib.
Jadi khatib tentu gampang gampang susah karena bukan sekedar berceramah atau pidato didepan orang banyak. Susahnya jika tidak biasa berceramah, gampang jika sudah tahu rukun serta bisa menguasai materi. Bersyukurnya saya sudah tahu tentang rukun rukun khutbah, soal materi bisa diambil dari beberapa literatur, yang penting bisa menguasai dan tidak salah mengutip beberapa ayat Alqur'an atau hadis nabi yang berkaitan dengan materi yang disampaikan.
Tidak banyak yang saya sampaikan dalam khutbah, saya hanya menyampaikan beberapa intisari atau makna yang terkandung dalam ibadah puasa / Idul Fitri. Diantaranya saya katakan bahwa  Idul Fitri  merupakan hari kemenangan bagi orang yang sudah melaksanakan puasa sebulan penuh. Laksana peperangan, kita sudah melampaui beberapa rintangan dan tantangan.
Tantangan paling besar  saat melaksanakan ibadah puasa, bukan dari luar tapi dari kita sendiri yakni hawa nafsu. Nafsu ini bisa berwujud amarah bisa juga yang lain.  Maka dari itu, jika kita sudah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh, berarti kita sudah bisa mengalahkan musuh yang teramat jahat yakni yang disebut nafsu tadi. Ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad  "Sejahat-jahatnya musuhmu ialah nafsumu yang terletak di antara dua lambungmu."
Selesai sembahyang I'd yang diikuti oleh keluarga besar dan tetangga yang tinggal dikontrakan milik keluarga, sebagaimana biasanya berkumpul di rumah orang tua yang hanya tinggal Ibu.Â
Semua anak,cucu, cicit bersimbah di hadapan ibu, minta maaf, minta di doakan. Yang muda minta maaf kepada yang tua. Intinya saling memaafkan. Sementara anak dan cucu saya yang stay di Yogyakarta dan Makassar cukup dengan vidcall lantaran tidak bisa mudik karena dilarang pemerintah.
Sedangkan Nabi Muhammad bersabda "Barangsiapa memiliki kesalahan terhadap saudaranya, baik moral maupun material, segera meminta kehalalannya hari itu juga, sebelum sampai pada hari tiada dinar dan dirham. Jika hal tersebut terjadi, bila ia memiliki amal baik, amal tersebut akan diambil sesuai kadar kesalahannya. Namun bila ia sudah tidak memiliki kebaikan, maka ia akan ditimpakan kesalahan dari saudara yang ia salahi (H. R.Imam Buhori).
Adapun lauknya tentu saja ayam Bekakak yakni ayam bakar has Banten yang cita rasanya has, beda benget dengan ayam bakar manapun yang ada di nusantara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H