Pada suatu hari, dalam sebuah akun face book, muncul status singkat, bunyinya begini " Ahirnya masku". Status itu muncul saat detik detik terahir siapa yang akan dipilih sebagai cawapres dari Capres 2019 mendatang.
Pemilik akun ini bukan orang biasa biasa saja, tetapi pentolan atau Ketua dari sekian buanyak kelompok relawan yang  bukan hanya ada ditingkat lokal, tetapi punya Sekretariat Nasional  Relawan Jokowi, bahkan istrinyapun pernah menjabat sebagai wakli Bupati di suatu daerah.
Lantas apa arti dari status ahirnya masku itu? bagi yang  faham tentang makna simbolik ''ahirnya masku'' itu, akan mengartikan bahwa pada ahirnya yang dipilih Jokowi sebagai calon wakil Presiden adalah "masku" alias kakak saya.
Pertanyaannya adalah siapa yang dimaksud dengan "masku" itu?Jawabannya adalah  tertuju ke Moh. Mahfud MD (MMD).
MMD sebetunya tidak punya hubungan darah dengan si pemilik akun, tetapi punya hubungan  secara emosional lantaran baik MMD maupun si pemilik akun sama sama jebolan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, jadi si pemilik akun adalah yuniornya MMD.Â
Kedua orang ini sama sama saya kenal karena MMD adalah senior saya di Kampus dan organisasi kemahasiswaan baik di HMI maupun di Lembaga Pers Mahasiswa UII, bahkan MMD Â saya anggap sebagai guru dalam tulis menulis.
Adapun si pemilik akun, sesama mahasiswa di Fakultas Hukum UII (dulu) meski beda angkatan (saya masuk duluan) adalah  kawan seperjuangan di organisasi kemahasiswaan, bahkan saat saya mengadakan syukuran Aqiqoh anak saya yang pertama. Ia pun hadir dirumah saya bersama mahasiswa lain (saat itu) seperti Suparman Marzuki (Mantan Ketua KY), Ifdhal Kasim (Mantan Ketua Komnas HAM), Atha Mahmud, Alizami Romli, Moh. Teguh dan Heriyadi Willy.
Membaca status si pemilik Akun yang merupakan pentolan relawan Jokowi dan orang dekat bu Mega (lebih tepatnya alm Taufik Kemas), maka dugaan kuat  adalah bahwa Pak Jokowi telah memilih MMD sebgai Cawapresnya. Berbagai komentarpun muncul dan saya sendiri ikut komen singkat dengan kalimat "sudah ku duga".
Dugaan itu menjadi lebih yakin karena tidak lama berselang, MMD muncul di Televisi memberikan keterangan bahwa dirinya dipilih Jokowi sebagai bakal cawapres, disitu juga hadir beberapa kolega MMD termasuk pengurus teras DPP Golkar Nusron Wahid. Â
Namun ahirnya, kenyataan berkata lain, pada saat deklarasi, Jokowi pada ahirnya memilh Kyai Ma'ruf Amin sebagai Cawapresnya. MMD yang sudah bikin surat surat sebagai kelengkapan pencalonan, sudah diminta mengukur baju, justru menelan pil yang maha pahit alias tidak jadi sebagai pendampin Jokowi dalam Pilpres 2019.
Nah, pasca deklarasi pasangan Jokowi- Ma'ruf Amin itu, status "ahirnya masku" menghilang dari wall pemilik akun diatas, menghilang entah kemana tanpa ada konfermasi atau klarifikasi.
Sementara jagad perpolitikan nusantara menjadi ramai dan diramaikan baik yang di medsos maupun media mainstream terkait (di)gagal (kan) nya MMD sebagai pendamping Jokowi.Â
Para pengamat politik yang sukanya mengamati babul politik di nusantara mengupas tuntas tentang kemungkinan kemungkinan yang terjadi di istana setelah nama MMD mengerucut.
Intinya ada ketidak sukaan elite parpol jika MMD dijadikan cawapres lantaran akan membahayakan kehidupan politik masa depan partai koalisi. Bahkan ada pernyataan dari pengurus NU jika cawapresnya bukan dari kader NU. NU tidak bertanggung jawab secara moral dan ada juga yang menyatakan bahwa MMD bukan kader NU.
Apa yang terjadi di Istana terkait gagalnya MMD ini, menjadi terang benderang setelah MMD buka bukaan di ILC beberapa hari lalu, public tercengang mendengarkan penuturan MMD.Â
Bahkan d iantara elite partai koalisi Jokowi yang hadir di ILC itu dibuat diam tanpa ada bantahan sebagaimana kegenitan yang biasa dipertontonkan jika dianggap menyerang pribadi atau institusinya .
MMD bilang bahwa semua sudah selesai, MMD juga bilang tersinggung dengan ucapan ROMY sang ketua PPP yang menyatakan bahwa MMD ngukur baju atas kemauan sendiri, MMD bercerita juga soal manuver elit PKB dan NU dalam menggagalkan pencalonannya dan MMD bilang bahwa dirinya juga ihlas.
Atas pernyataan MMD dalam ILC itu, tentu saja berjuta juta rakyat Indonesia terbuka matanya, terbuka telinganya dan terketuk hati dan nuraninya sehingga ahirnya masing masing punya konklusi bagaimana watak politik elite partai koalisi pendukung Jokowi  dalam mendepak seseorang hanya karena "kehawatiran" kehidupan politiknya kedepan bisa terancam.
Secara pribadi, saya yang juga melihat semua pembicaraan MMD dalam ILC itu, punya konklusi sendiri. Banar MMD bilang ihlas karena politik memang demikian, benar MMD bilang masalahnya sudah selesai.Â
Namun ada yang tidak bisa ditutupi dari MMD yakni "gestur" MMD saat berbicara. Dengan melihat gestur MMD itu, saya punya konklusi bahwa sesungguhnya MMD sangat kecewa, bisa saja MMD sakit hati, tapi hal itu bisa ditutupi MMD dengan sikap kenegarawanannya sehingga MMD bisa bilang ihlas dan tidak mendendam demi untuk kehidupan bangsa ini.
Publikpun kemudian bertanya tanya, apakah MMD masih tetap di barisan Jokowi? Ketika MMD ditanya Karni Ilyas soal kemungkinan menjadi Tim Sukses Jokowi, MMD menjawab dengan argumen yang PAS yakni mengatakan bahwa dirinya masih dengan Jokowi dalam kontek kenegaraan karena ia ada di BPIP yang langsung berada dibawah Presiden Jokowi.
Konklusi saya dengan perkataan itu, MMD memberi sinyal bahwa dirinya tidak mau menjadi Tim sukses Jokowi selama masih di BPIP karena dengan posisinya itu maka harus netral, kecuali MMD di pecat dari BPIP untuk menambah catatan kekecewaannya.
Benar kata MMD, bahwa dirinya ihlas, tetapi dengan melihat gaya MMD bicara dengan datar begitu, ahirnya banyak orang yang simpati, banyak orang kecewa terkait gagalnya MMD, dengan  digagalkannya MMD oleh Jokowi dan elite partai koalisi dengan cara yang demikian  telah menimbulkan perasaan yang saya sebut "kekecewaan publik".Â
Oleh karena itu saya ingin bilang husus untuk MMD, jangan hawatir karena Alumni UII, Alumni HMI, Mahasiswa UII, Pulau Madura dan teman sejawat masih tetap ada di Indonesia yang sebentar lagi akan mengadakan Pemilihan Presiden.
#Salam Alumni UII yang di kampung.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI