27 April 2018, Kota paling ujung barat pulau jawa ini, resmi memasuki usia yang ke-19. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Cilegon dalam rangka memperingati HUT Cilegon ke 19. Kegiatan yang banyak menyedot perhatian masyarakat diantaranya adalah Peresmian Alun Alun Kota dan Ethnic Carnival.
Juma'at Malam, ribuan masyarakat berjubel di Alun-alun, tua muda, pejabat orang biasa,muda mudi, pria wanita bergembira ria menyaksikan diresmikannya Alun-alun Kota. Ketika serine dibunyikan oleh PLT Walikota Cilegon, air mancur yang menjadi andalan alun alun, menampakkan diri dengan megahnya, meliuk liuk muncrat ke udara seolah sedang  berjoged dengan bermacam macam konfigurasi dipadukan dengan sinar lampu yang warna warni, sontak yang  hadirpun bersorak kegirangan.
Suasana malam bersama Kadis Pariwisata Heri Mardiana dan Kadis Perkim Aziz Setia, foto Pribadi
Begitu pula saat Judika yang sengaja diundang untuk meramaikan acara peresmian muncul dipanggung, sontak masyarakat bersorak dan merengsek mendekati panggung utama ingin melihat langsung penampilan Judika yang terkenal dengan suara melengkingnya, intinya malam itu yang ada dialun alun bergembira tiada tara.
Konfigurasi air mancur alun alun. foto Pribadi
konfigurasi2-5ae923d216835f4d971cc124.jpg
Sabtu malam, diadakan kegiatan ethnic carnival, even ini sudah empat tahun berturut turut hadir disetiap Ulang Tahun Kota Cilegon, parade budaya yang menampilkan fashion ethnik ini selalu menyedot perhatian masyarakat. Tak kurang dari Perwakilan Kementrian Pariwisata Asdep Bid. Pemasaran Reg.2 Ni Komang Ayu Asiti, Kepala Dinas Pariwisata Prov.Banten Eneng Nurcahyati, Unsur Forkopimda Kota Cilegon yakni Plt Walikota Cilegon Drs. Edi Eriadi, Ketua DPRD Ir H.Fakih Usman, Polres, Kodim, Kejari dan Perwakilan  tokoh etnik yang ada di Cilegon, para pejabat Cilegon, menghadiri acara ini, sedangkan masyarakat ikut juga menikmati sebagai penonton.
Peserta Ethnic Carnival, foto Isson
Thamrin Sonata bersama Isson Khoirul, pentolan Persatuan Penulis Indonesia (PPI), kalau tidak salah, sudah dua kali ikut dalam kegiatan  Harlah Cilegon. Tahun 2015, ikut berbagai even seperti numpak kapal very melihat pemandangan Gunung Krakatau  dengan tajuk Sail to Krakatau, Meliput Golok Day termasuk Ethnik Carnival.
Adapun tahun 2018 ini, karena waktu yang terbatas, TS dan Isson hanya sempat melihat lihat lihat suasana alun alun kota yang baru diresmikan sebelum ikut meliput kegiatan Etnic Carnival yang diadakan pada 28/4/2018 malam sebagaimana sudah nongol tulisannya di Kompasina. Lihat ini https://www.kompasiana.com/thamrin-sonata/5ae858a1cf01b435296ed862/cilegon-diguncang-ethnic-carnival-night .
Suasana malam Etnic Carnival, memang luar biasa seperti digambarkan dalam tulisan TS, saya yang masuk katagori masyarakat, waktu itu ikut nonton, duduk "nglekor" di aspal, di bawah tenda dan kursi para pejabat. Sedang asyik menyaksikan peserta yang ikut parade,  tiba tiba saya terhenyak dengan satu kejadian dihadapan saya, oleh beberapa orang yang hadir, ini dianggap lucu sehingga banyak yang tertawa  yakni sepatu dari salah seorang peserta carnival copot dari kaki sang empunya, tetapi oleh sang empunya ditinggalkan begitu saja, dibiarkan tergeletak diaspal karena yang empunya harus tetap ikut rombongan.
Bagi masyarakat umum, mungkin ini adalah kejadian yang biasa, tetapi bagi saya kejadian ini telah menyadarkan saya akan sebuah "makna". Sepatu adalah sebuah benda yang sangat berarti, seseorang akan selalu menggunakannya karena dia adalah tumpuan kaki untuk melangkah ke depan, namun disaat tertentu sepatu bisa juga ditinggalkan, dibiarkan kesepian lantaran rombongan yang empunya harus menunjukkan sesuatu yang membuat orang senang, kalau perlu mendapat pujian, seperti kejadian dihadapan saya itu.
Sepatu yang ditinggal, telah mengingatkan saya kepada seseorang yang ingin melihat masyarakatnya bisa menikmati hiburan tanpa harus banyak mengeluarkan biaya. Maka dari itu ia kemudian berjuang agar masyarakat Cilegon tidak terpinggirkan oleh arena hiburan modern dan mahal yang akan hadir di Cilegon yakni Pusat Perbelanjaan dan Hiburan yang bernama Trans Mart yang bekerjasama dengan PT.KIEC anak perusahaan PT.Krakatau Steel.
Idenya sangat brilliant, boleh saja Trans Mart berdiri, tapi masyarakat Cilegon harus juga di sediakan arena hiburan dan rekrasi, caranya harus ada good will PT Krakatau Steel untuk memberikan lahan ADB dibeli Pemkot untuk dijadikan Alun alun.
Untuk mendapatkan itu, tidaklah mudah, harus ada perjuangan, bisa jadi dianggap setengah memaksa, ngga ada Alun Alun, ngga ada Trans Mart, begitulah kira kira prinsipnya. Kerasnya prinsip perjuangan itu, ahirnya terwujud juga, PT Krakatau Steel ahirnya -entah- merelakan atau tidak, ADB di beli Pemkot, dan jadilah Alun-Alun itu dibangun Pemkot.
Lihat Trip Selengkapnya