Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jangan Lupa Makan Dabu-dabu jika Pergi ke Lampung

19 Agustus 2017   10:32 Diperbarui: 19 Agustus 2017   14:09 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Waikota Cilegon DR.H.Tb Iman Ariyadi setelah santap siang (Dokumentasi Pribadi)

"Kalau mau makan , enaknya di Taman Santap" begitu kata salah satu Alumni Fak Hukum UII Yogyakarta yang ada di Bandar Lampung melalui Jepri WA saat saya berkunjung ke Lampung beberapa hari lalu. Sohib saya ini sengaja saya tanya soal ''kuliner"  utamanya rumah makan yang has di Bandar Lampung.

Saya terbilang amat jarang berkunjung ke Lampung, padahal jarak rumah saya dengan lampung hanya dipisahkan oleh sebuah selat yang amat sibuk, namanya Selat Sunda. Rumah saya hanya tiga kilometer dari Pelabuhan Merak  yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera.

Kedatangan saya dan rombongan ke Bandar lampung kali ini punya misi besar yakni harus menyerang lampung dari segala sisi, targetnya  harus menang. Tim elite yang bertugas menggempur pertahanan Lampung berangkat lebih awal, yakni H+2 dari hari yang ditentukan.

Sementara rombongan pemompa semangat utamanya rombongan Walikota Cilegon DR.H.Tb.Iman Aryadi yang terdiri dari 3 unit kendaraan, 1 mobil ditumpangi Walikota dan Ajudan serta Sekretaris pribadi, 1 mobil dinaiki Istri dan anak walikota dan 1 mobil untuk group saya yakni H.Rahmat Peyor -yang bertanggung jawab soal logistic-, Sutisna Abas --yang bertugas mencatat semua kebutuhan- dan beberapa mantan Kepala Desa, berangkat H-1.

Gelombang dukungan  penyerangan terhadap lampung dari masyarakat Cilegon sungguh luar biasa, terbukti mereka mencarter bus sebanyak 7 unit dan puluhan mobil pribadi menyebrang ke lampung. Dengan semangat yang menggelora, tanpa mempunyai rasa takut dihadang lawan, niatan untuk mengalahkan Lampung-pun tercapai.

Lampung Sakti sebagai kesebalasan kebanggaan masyarakat Lampung  , berhasil dikalalahkan Cilegon United -- Club Sepak Bola kebanggan masyarakat  Cilegon yang dibina oleh Walikota Cilegon---dengan skor 1-0 dalam laga Liga 2 Sepakbola nasional di Stadion Sumpah Pemuda Way Halim Bandar Lampung.

 

 

Disasarin.

Tersebab alasan kamar penuh, sesampainya di Bandar Lampung, sebelum esok pertandingan, kami tidak satu hotel dengan Walikota Cilegon. Walikota nginap di Hotel Emersia, rombongan saya nginap di Grand Sejahtera Hotel.

Esok harinya kami bergabung kembali, tentu saja kami yang harus datang ke Hotel Emersia. Kurang lebih Jam 11.00 WIB, kami menuju sasaran dengan terlebih dahulu  minta petunjuk dari mbah Goegle yang saat ini dianggap paling menguasai tempat diseluruh dunia, dimana letak hotel Emersia.

Seperti biasa, mbah goegle lantas memberikan petunjuk, belok kiri, belok kanan, lurus. Sesampainya ditempat tujuan, mbah Gogle akan bilang " anda sudah sampai tujuan, posisi disebelah kiri, atau sebelah kanan. Demikian pula saat kami dituntun, mbah Gogle bilang, " Anda sudah sampai ditempat tujuan, posisi sebelah kanan".

Semua penumpang  yang ada didalam mobil siap siap untuk turut, namun ada hal yang membuat kami ragu, cilak ciluk sebelah kanan, sebelah kiri, depan belakang, tidak ada tanda tanda adanya sebuah hotel, apalagi hotel berbintang, yang tidak punya bintangpun tidak ada. Ternyata oh ternyata, yang di tunjukkan Mbah Goegle disebelah kanan itu, tak lain adalah sebuah Mesjid. Oalaaaah ternyata mbah Goegle-pun bisa nyasar atau sengaja nyasarin, ha ha ha...

Sadar sudah nyasar, Sutisna Abas, mengembil inisiatif --tidak kapok dengan mbah Gogle--, kali ini yang ditanya bukan hotel Emersia, tapi jalan dimana Hotel Emersia berada yakni Jl.WR Mongonsidi. Sesampainya di Jl.WR Mongonsidi atas petunjuk Mbah Gogle, semua yang ada di mobil ditugaskan untuk melihat kiri kanan memastikan letak Hotel, dan,,,, ahirnya ketemu juga yang namanya Hotel Emersia.

Dabu-dabu.

Setelah bergabung di Hotel Emersia, rombongan bertolak menuju sasaran, Stadion Sumpah Pemuda Way Halim Bandar Lampung, 5 Menit perjalanan menyusuri kota Bandar Lampung, mobil yang ditumpangi Walikota Cilegon berhenti dan parkir di depan sebuah Rumah makan.

"Kita makan dulu", begitu kata ajudan

Dari pintu masuk rumah makan, saya samar samar melihat  tulisan yang ada di area Rumah Makan, "Taman Santap Rumah Kayu", Berbeda dengan rumah makan kebanyakan, rumah makan ini menyajikan konsep penataan sebuah taman yang rindang, makanya dinamakan Taman Santap.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
'' Oh ini rupanya yang direkomendir teman saya tadi malam", gumam saya dalam hati.

Sebelum masuk ke dalam rumah makan yang terdiri saung saung dibawah pohon yang rindang, pengunjung harus melewati sebuah jembatan buatan yang dibawahnya terhampar kolam hias. Isinya luar biasa, ada beberapa jenis ikan has lampung yang ukurannya lebih dari 1 meter. Tentu saja ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung utamanya anak anak.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Menu yang disajikan sebetulnya hampir sama dengan  restoran lain, Ada kepiting, beragam Ikan laut, ikan tawar dan lain lain. Sambil menunggu pesanan, saya sempatkan berkeliling area rumah makan.

Rupanya sebagian ikan yang dijadikan santapan bukan ikan yang sudah mati, tapi  ikan yang masih hidup yang ditampung dalam beberapa Aqurium.  Barangkali ini mencangkok dari Rumah Makan Bandar Jakarta yang ada di Teluk Jakarta, hanya bedanya bandar Jakarta suasananya di pinggir laut, sedangkan Taman Santap suasana  alam yang rindang.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Ikan Kerapu (Dokumentasi Pribadi)
Ikan Kerapu (Dokumentasi Pribadi)
Beberapa saat kemudian, pesanan yang diminta disajikan, Ada Kerapu Asam Manis, Kepiting Saus Padang, Cumi Bakar, Cumi Goreng, Gurame Goreng, Pepes Patin, Cah Kangkung, dan satu lagi yang katanya has masakan lampung yakni Dabu-dabu

Dobu Dobu (Dokumentasi Pribadi)
Dobu Dobu (Dokumentasi Pribadi)
Saya penasaran juga, seperti apa jenis kuliner Dabu-dabu ini. Setelah saya perhatikan, ternyata ikan bakar  dari jenis ikan kue, atau dikampung saya disebut ikan gerepuh. Yang membedakan dan menjadi ciri has hanyalah pada racikan sambal.

Walikota Cilegon mencicipi dobu dobu (Dokumentasi Pribadi)
Walikota Cilegon mencicipi dobu dobu (Dokumentasi Pribadi)
Dabu-dabu memakai racikan campran cabe rawit, bawang Bombay,tomat dan lainnya yang diiris atau dirajang kemudian di taburkan diatas ikan yang sudah dibakar dan dicampur dengan minyak. Ada kemungkinan sambal ini ditumis setengah matang. Rasanya?, bukan main nikmatnya.

Ke Lampung, jangan lupa makan Dabu-dabu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun