Atas dasar itulah saya kemudian mengatakan jika seandainya Ahok bicara begini “ Bapak-Ibu enggak bisa pilih saya karena pakaiSurat Al-Maidah 51, Itu hak Bapak-Ibu, ya. Jadi, kalau Bapak-Ibu perasaan enggak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, ya, enggak apa-apa. Karena ini, kan, hak pribadi Bapak-Ibu. Program ini jalan saja. Jadi Bapak-Ibu enggak usah merasa enggak enak. Dalam nuraninya enggak bisa pilih Ahok,".
Kemungkinan dampak dari pengandaian itu sudah saya tulis dengan gamblang, kalau belum gamblang, ini saya ulangi lagi isi tulisannya yakni; Saya yakin seyakin yakinnya, jika saja Ahok bicara seperti itu, Ahok akan banyak mendapat simpati dan Ahok pasti aman dari hujatan ummat Islam yang ber-implikasi terhadap adanya dugaan penistaan agama, sebab dengan bahasa seperti itu, berarti Ahok sangat memahami keberadaan ummat Islam yang mempunyai pedoman dalam hal memilih seorang pemimpin berdasarkan kitab suci Alqur'an. Selain itu Ahok akan dipandang sebagai pemimpin yang punya toleransi terhadap ajaran Agama dan kehidupan beragama atau dalam bahasa Pemuda Muhammadiyah Ahok memahami dan menghormati keberagaman, atau dalam bahasa politik kenegaraan Ahok sangat memahami Bhinneka Tunggal Ika.
Jika saja EHA mencermati tulisan saya dengan baik, seharus bisa dimengerti maksudnya bahwa Ahok tidak akan mengalami kejadian yang seperti ini jika Ahok mengatakan seperti yang saya sebut diatas. Percayalah.
Jadi saya sama sekali tidak menafsirkan Surat Almaidah 51, karena saya bukan ahli tafsir, hawatir saya malah salah tafsir. Soal apakah nanti Ahok terbukti atau tidak melakukan tindak pidana penistaan Agama, biarlah nanti Pengadilan yang memutuskan, jika kemudian ada orang yang meraba raba soal kemungkinan yang akan diputus hakim, ya boleh boleh saja, namanya juga sekedar meraba. Kalau saya pribadi, kemungkinannya dakwaan jaksa akan terbukti di Pengadilan.
Adapun pandangan EHA terhadap Ulama Ulama, terhadap FPI, terhadap MUI seperti yang ditulis EHA. Saya tidak mau berdebat soal ini karena saya bukan perwakilan MUI dan bukan FPI, satupun saya tidak kenal dengan elite elit seperti Habib Riziq atau yang lain, mau pandangannya seperti apa silahkan saja karena itu hak EHA pula.
Sekali lagi, Inti tulisan saya adalah perkataan Ahok yang membuat dirinya jadi pesakitan, sama seperti tulisan saya yang lalu, saya ikut prihatin, , seng sabar mawon nggih Pak Ahok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H