Yang tidak saya mengerti adalah, kenapa anak sekecil ini pikirannya langsung menangkap soal korupsi saat saya bicara Gubernur. Ini artinya di otaknya sudah ada mind set tentang korupsi itu..
‘’La kamu tahu korupsi itu dari mana’’, tanya saya
‘’Ya kan banyak di TV pak, Gubernur Korupsi,’’, jawab si kecil sambil meneruskan oretan di buku gambar.
Oh itu rupanya, TV ternyata betul betul telah mempengaruhi anak saya. Informasi terbuka melalui siaran berita di TV tentang pelaku pelaku korupsi diserap sedemikian rupa oleh anak saya, bahkan mungkin oleh jutaan anak lainnya tanpa memahami apa sebenarnya ‘’korupsi’’ itu.
Sampai disini saya merenung, andaikan dijelaskan dengan berbagai macam teori dan rumusan tentang korupsi, yakin seyakin yakinnya, anak anak tak kan mampun menyerapnya, tidak akan mudah memahaminya.
Lantas bagaimana cara memberikan pemahaman terhadap soal korupsi ini kepada anak, saya kira yang paling tepat adalah bukan menjelaskan tentang arti korupsi, tetapi bagaimana memberikan pembelajaran tentang karakter yakni melalui tindakan dan perbuatan yang mengarah pada upaya pencegahan agar anak perprilaku tidak koruptif.
Masih dalam kondisi tertegun, anak saya terus mendesak, minta dijelaskan ‘’apa yang disebut korupsi’’.
‘’Begini..’’,
‘’Kalau Naya minta uang ke ayah untuk beli roti’’, kata saya menjelaskan
‘’Lantas ayah kasih uang lima puluh ribu, harga rotinya empat puluh ribu, terus Naya beli, terus naya bilang ke ayah harganya lima puluh ribu, terus masih ada uang sepuluh ribu, terus naya simpan’’, lanjut saya dengan bahasa anak.
‘’kira kira menurut Naya, boleh ngga’’