‘’Nih baca’’, kata kakak.
Saya kemudian baca,  ‘’egga ada yang aneh’’, kata saya.
Ini lo ‘’Kepada Yth, Ayahanda Tuanku .........’’, kata kakak seraya membaca dan menunjukkan tulisan yang ada dalam telegram.
‘’Kata Tuanku itu yang dianggap menghina ayah, karena ayah disamakan dengan Tuhan’’, lanjut kakak.
Ya ampun, itu masalahnya, tapi sayapun maklum karena orang tua saya ada di kampung yang jarang mendengar atau dipanggil Tuan, dikiranya Tuan itu sama dengan Tuhan.
Namun demikian, saya membantah tentang tulisan Tuan, tiap ngirim telegram saya hanya menulis ‘’Kepada Yth; Ayanda………’’.
Untuk mencari pembenaran, ahirnya saya dan kakak ditemani oleh Alm Edy Syuaidi, mencari berkas di kantor Telegram, syukur ketemu. Jelas tulisan di Permohonan Telegram yang masih tulis tangan tertera ‘’Kepada Yth; Ayanda…..’’, tanpa embel embel ‘’Tuanku’’.
Ahirnya suasana mencair, berkas asli Telegram di bawa balik ke Kampung, Pemecatan sebagai anakpun tidak jadi dan terahir saya dikasih uang.
TAMAT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H