Ini adalah bagian ke 2 tulisan saya tentang Ade Komarudin, Ketua DPR-RI yang dilantik oleh Ketua Mahkamah Agung menggantikan Setya Novanto pada awal tahun 2016 , tepatnya Senin 11/1/2015 kemarin. Dialah ‘’Akom’’  alias Ade Komarudin yang biasa disebut ‘’The Koboy Senayan’’ .
Akom ditunjuk Partai Golkar menggantikan Setya Novanto yang mengundurkan diri sebagai Ketua DPR karena kecepit catut nama Presiden Jokowi dan Wapres Yusuf Kalla. Jabatanpun ahinya diadakan tukar guling, Akom jadi Ketua DPR, Setia Novanto jadi ketua Fraksi Golkar yang semula di pegang Akom.
Melihat penampilan atau gaya Akom, terlihat dengan jelas bahwa meskipun secara fisik Akom tidak tinggi tinggi amat, namun kelihatan sifat kesederhanaannnya, jauh dari kesan elitis.
Pembawaan Akom yang demikian, sesuai juga dengan gaya politik Akom yang tidak banyak bicara, Akom tidak suka kepura-puraan, menurut sohib saya kepura puraan adalah penyakit kejujuran. Namun, setelah jadi Ketua DPR-RI, mau tidak mau, Akom harus ''banyak bicara'' dalam tanda petik. Artinya Akom akan dipaksa bicara atau mengeluarkan pernyataan oleh situasi kekinian dalam bidang apapun. Pernyataan itu akan menjadi pusat perhatian masyarakat, maka dari itu, hati hatilah Akom.
Kadang Akom juga bisa mengejutkan sesama rekan rekannya dalam proses pengambilan keputusan, Pernah suatu ketika, Akom sebagai Ketua SOKSI Pusat, didesak agar segera diadakan Munas. Segera setelah itu, Akom menghubungi DR. Tb. Iman Aryadi, Walikota Cilegon yang juga Ketua SOKSI Banten untuk mempersiapkan tempat Penyelenggaraan Munas di Cilegon.
Saat kemudian diadakan pertemuan panitia membahas  penyelenggaraan Munas itu, ada yang bertanya bagaimana tentang kesiapan masalah pendanaan mengingat harus mendatangkan semua unsure Pimpinan Dekopinda Provinsi se Indonesia,
Akom dengan penuh keyakinan menjawab bahwa yang penting sudah ada keputusan pelaksanaan Munas dan tempatnya sudah oke, soal yang lain nanti ‘’Tiba saat tiba pikir’’.
‘’Tiba saat tiba pikir’’, memang punya arti penting. Didalamnya ada nilai, falsafah dalam poses pengambilan keputusan. Seorang pemimpin jangan terlalu bertele-tele, jangan terlalu banyak pertimbangan yang justru akan membuka peluang mengembangnya suatu masalah. Serumit apapun, jika sudah tiba saatnya akan ketemu solusinya, [caption caption="illustrasi, gambar; buku The Koboy Senayan, "][/caption].
Public berharap, dengan tampilnya Akom sebagai Ketua DPR-RI, dapat mengebalikan citra DPR kearah yang lebih baik. Citra DPR yang sudah terpuruk sampai ketitik nadir, bisa terangkat kembali. penghuninya tidak selalu gaduh, saling tuding, memperebutkan pepesan kosong.
Siapa Akom
Dalam suatu kali obrolan, Akom megakui bahwa dirinya menjadi politisi tidak seperti politisi lain yang ada di Senayan. Bahkan kalau dilihat dari protap, mungkin dirinyalah yang kurang baik seperti dalam melaksanakan reses.
Akom terbiasa reses ke daerah tidak banyak pidato, tidak banyak bicara muluk muluk, sebab katanya rakyat sudah bosan dengan hal yang demikian.
Akom lebih enjoy melaksanakan reses dengan mengunjungi tokoh masyarakat dengan diharuskan menyertakan anak yatim piyatu, do’a bersama sambil memberikan sesuatu kepada anak yatim piyatu.’’Saya mendapatkan nikmat yang luar biasa dari kegiatan seperti ini’’, kata Akom.
Pada pemilu 2014 lalu, Akom tetap mencalonkan diri sebagai Anggota DPR. Ketika calon lain sibuk kampanye, pidato kesana kemari memberi petuah kepada rakyat, Akom justru nyeleneh sendiri yakni memanfaatkan buku sebagai alat kampanye.
Akom menerbitkan komik dengan gambar gambar lucu yang di dalamnya menceritakan  tentang perjalanan hidup dari kecil hingga ia menjadi orang. Via komik itulah masyarakat mengetahui siapa Akom, lantas terpilih kembali menjadi Anggota DPR.
Ternyata Akom hanyalah anak yang dilahirkan dan dibesarkan di sebuah  kampung di Kabupaten Purwakarta. Sekolah SD berjalan kaki, melintasi jalan di area persawahan yang berjarak kurang lebih tujuh kilo meter dari rumahnya.
Pulang sekolah ada kebiasaan yang tak pernah ditinggalkan, menangkap belalang di sawah, lalu digoreng dijadikan lauk.
Saat remaja Akom masuk Pesantren, ia dijuluki ‘’Akom Politik’’. Gelar ini ia peroleh lantaran Akom paling suka diskusi masalah politik dan sosial. Di Pesantren inilah Akom mengalami lumpuh kaki hingga harus berhenti nyantri. Dalam kondisi kelumpuhan itu, Akom tak pernah meninggalkan sholat di Mesjid, dipilhnya tempat dekat tembok, sholat sambil nyender.
Setelah sembuh dari kelumpuhan Akom lantas masuk SMA Negeri 2 Purwakarta. Di sekolah ini Akom terkenal sebagai murid cerdas. Ia kemudian terpilih jadi ketua Osis. Dalam lomba cerdas cermat di TVRI, Akom menjadi salah satu peserta mewakili sekolah, hasilnya SMA Negeri 2 Purwakarta menjadi juara.
Beberapa tahun kemudian, Akom masuk IAIN, kawan karibnya antara lain Deny JA, Syaiful Mujani. Di IAIN ini Akom terkenal sebagai akitivis Mahasiwa. Puncaknya pada 1988 Akom terpilih sebagai Ketua PB HMI.
Akom Lulus tahun 1992, Lantas meniti karir di swasta dengan membentuk Perusahaan. Namun Akom tetap aktif mengikuti kegiatan kegiatan politik, bahkan dalam kesibukannya, Akom membuat buku biografi pendiri Soksi Prof Suhardiman ‘’Aku Persembahkan Pada Pengadilan Sejarah’’.
Dalam usianya yang masih muda, 32 tahun, Akom terpilih menjadi Anggota DPR-RI pada tahun 19977 dari Golkar. Sejak duduk di DPR-RI, karir politiknya terus melejit, setiap pemilu, Akom selalu terpilih menjdi anggota DPRRI mewakili Jawa Barat. Pada  tahun 2010, terpilih sebagai Ketua Depinas Soksi hingga sekarang. Puncaknya, awal tahun 2016 ini – seperti kita tahu - Akom dilantik menjadi Ketua DPR-RI.
Itulah sekelumit tentang siapa Akom, ‘’ Hingga kini dan yang akan datang, Akom tetap menjadi  Akom The Koboy Senayan, pembela kebenaran dan hak hak rakyat Indonesia'', demikian catatan ahir dari Akom pada bukunya ''The Koboy Senayan''.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H