Mohon tunggu...
Moch. Marsa Taufiqurrohman
Moch. Marsa Taufiqurrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hukum (yang nggak nulis tentang hukum)

Seorang anak yang lahir sebagai kado terindah untuk ulangtahun ke-23 Ibundanya.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bantu Ekonomi Sambil Rebahan, Emang Bisa?

31 Januari 2021   13:00 Diperbarui: 31 Januari 2021   13:06 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi enak tidur, pintu kamar diketok, dan… “Marsa, tolong hape ibu isikan pulsa, ya.” Lanjut rebahan, tiba-tiba… “Sekalian token listriknya, deh.” Baru beranjak dari tempat tidur, ayah menyahut… “Oh, iya, coba cek, PDAM bulan lalu kena berapa?” Sebagai bentuk bakti kepada orang tua, saya cuma bisa menjawab dengan tegas dan mantap, “Siap, laksanakan!”

Untuk memenuhi permintaan rutin setiap awal bulan seperti itu, bagi saya adalah sangat mudah, amat mudah, dan menguntungkan. Sangat mudah, karena semua saya lakukan melalui transaksi digital. Amat mudah, karena dengan transaksi digital semua selesai sambil rebahan. Menguntungkan, karena transaksi digital yang saya gunakan selalu menawarkan diskon dan cashback yang menggiurkan.

Ya... saya rasa hampir semua generasi milenial, Y, dan Z, telah paham betul bagaimana manfaat transaksi digital untuk diri mereka. Cashless, paperless, tanpa antre, bisa sambil rebahan, tanpa struk pembayaran, tanpa kembalian permen, hemat uang parkir dan banyak lagi keuntungan lainnya. Pokok intinya, semua selesai hanya dengan dua buah ibu jari kita. Terlebih, semenjak pandemi Covid-19 melanda, hampir semua orang mulai benar-benar merasakan bagaimana manfaat dan keuntungan bertransaksi digital bagi mereka.

Namun sayangnya, jutaan orang bahkan tidak menyadari, bahwa transaksi digital yang kita lakukan sangat berpengaruh terhadap kemajuan perekonomian negara kita, Indonesia tercinta.

Hmmm... Memangnya, apa pengaruh transaksi digital yang kita lakukan terhadap kemajuan perekonomian?”

Oke, untuk mempermudah memahaminya, mari kita simak analogi berikut:

Seorang petani sedang menanam sebuah pohon, yang bernama Pohon Perekonomian. Pohon Perekonomian ini terdiri dari akar yang disebut pemerintah, sistem perekonomian sebagai batangnya, ranting-ranting yang terdiri atas perusahaan-perusahaan. Rumah tangga sebagai daun-daunnya, serta faktor produksi, barang, dan jasa sebagai bunga-bunganya.

Setiap hari petani selalu berharap agar pohonnya dapat tumbuh berkembang dan menghasilkan buah yang manis, yakni buah kemajuan perekonomian. Petani selalu menyiraminya pagi dan sore, serta memberikan pupuk ajaib yang sedang hits saat itu, yakni pupuk digitalisasi ekonomi. Seluruh kalangan petani percaya, tanpa pupuk ajaib ini, pohon tidak akan tumbuh dan berbuah dengan cepat, serta menghasilkan buah yang manis seperti yang petani inginkan.

Setiap hari, masing-masing bagian pohon bekerja sesuai dengan tupoksinya. Akar bekerja sebagai penyerap nutrisi dari pupuk yang diberikan oleh petani. Ia juga berfungsi sebagai penopang dari pohon. Batang dan ranting bertugas menyalurkan nutrisi. Sementara daun bertugas untuk melakukan fotosintesis, dan bunga-bunga yang bekerja mempersiapkan diri untuk berubah menjadi buah-buah kemajuan perekonomian.

Masing-masing bagian dari pohon bekerja berkesinambungan satu dengan yang lain. Jika salah satu bagian pohon tidak berfungsi dan bekerja dengan baik, maka buah kemajuan perekonomian tentunya tidak akan pernah sukses untuk dihasilkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun