Mohon tunggu...
Moch. Marsa Taufiqurrohman
Moch. Marsa Taufiqurrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hukum (yang nggak nulis tentang hukum)

Seorang anak yang lahir sebagai kado terindah untuk ulangtahun ke-23 Ibundanya.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Dari Ujung Timur Pulau Jawa Dukung Bersama Asian Games 2018

25 Juli 2018   16:43 Diperbarui: 14 Januari 2019   20:59 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twitter @asiangames2018

"Asian Games bukan hanya terbatas pertandingan olahraga, tetapi juga mengusung harga diri bangsa. Even olahraga dapat digunakan medium membentuk karakter bangsa"

    - Bung Karno

LIMA ribu ekor burung merpati, seribu seratus penari pendet yang khusus didatangkan dari Bali menjadi saksi kemeriahan pembukaan hajatan olahraga ter-akbar di Benua Asia, menasbihkan wajah Indonesia sebagai sebuah negara yang 'pemberani' walau saat itu umurnya masih 17 tahun.

Sebuah tekad yang menggemparkan dunia karena bangsa ini saat itu belum lama merdeka, sebuah gagasan membangun stadion termegah di Asia di akhir 50-an adalah gagasan 'pemberani', sebuah mandat dari terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games keempat pada tahun 1962. Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jembatan Semanggi, Hotel Indonesia serta patung-patung artistik dibangun tertata indah di sepanjang mata memandang Jakarta, berdiri gagah memperlihatkan Indonesia dengan segala kehebatannya.

Sumber: Bappeda Banyuwangi
Sumber: Bappeda Banyuwangi
Tak hanya cukup dalam berhasil membangun infrastruktur yang ciamik dan mumpuni, putra-putri terbaik bangsa berhasil menempatkan Indonesia di posisi kedua dengan total 77 medali di bawah Jepang yang hingga kini prestasi tersebut belum pernah terulang kembali.

Puncaknya Asian Games pertama yang diadakan di negeri pertiwi pun ditutup oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sekaligus membuktikan Indonesia sebagai negara tuan rumah yang berhasil. Asian Games 1962 sukses mengenalkan sekaligus menjadikan bangsa ini sebagai bintang pedoman bagi bangsa-bangsa di Asia.

 

Mewariskan Sebuah Energi Kepada Asian Games 2018

Sumber: Bappeda Banyuwangi
Sumber: Bappeda Banyuwangi

Namun satu hal yang tak bisa lepas dari kenangan Asian Games 1962 yang sempat diistilahkan sebagai tahun-tahun kemenangan saat itu adalah gotong-royong rakyat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan keikhlasan warga kampung senayan dan kampung lainnya yang rela memberikan tanahnya untuk pembangunan infrastruktur, seluruh rakyat Indonesia saat itu rela memeras keringat demi suksesnya perhelatan akbar tersebut.

Semangat kebersamaan dan gotong-royong itu ternyata masih mengalir di dalam darah dan sanubari rakyat Indonesia meski telah berlalu 56 tahun lamanya. Semangat tersebut diwariskan menjadi sebuah energi yang diadopsi dalam sebuah kenyataan berupa antusiasme daerah-daerah untuk menyukseskan perhelatan Asian Games yang kembali diamanatkan kepada bangsa ini.

Bukan pamrih yang diharap, namun harga diri dan martabat bangsa yang menjadi taruhannya. Kita semua sepakat untuk menjadikan olahraga sebagai salah satu alat perjuangan bangsa, sebuah tekad menjadikan pesta olahraga terbesar se-Asia ini sebagai salah satu ajang pembuktian bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar dan bermartabat

Dari Ujung Timur Pulau Jawa untuk Asian Games 2018

Sumber: Bappeda Banyuwangi
Sumber: Bappeda Banyuwangi

Banyuwangi, sebuah kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa yang mem-branding dirinya sebagai tempat terbitnya matahari untuk Pulau Jawa ingin membuktikan bahwa julukan "The Sunrise of Java" tetap pantas untuk disematkan. Banyuwangi tak ingin kalah untuk juga ikut dukung bersama Asian Games 2018.

Bandara Blimbingsari Banyuwangi sejak 2017 telah mulai membuka rute Banyuwangi - Jakarta. Pembukaan rute baru ini bukan hanya diperuntukkan guna mendukung pariwisata daerah namun juga untuk mempermudah mobilisasi masyarakat Jawa Timur agar dapat mempersingkat jarak dan waktu menuju ibukota. Hal ini juga disetujui sebagai salah satu upaya untuk mendukung Asian Games 2018. Sehingga masyarakat di sekitar Banyuwangi seperti Jember, Bondowoso, Situbondo, dan daerah ujung Pulau Jawa lainnya dapat dengan mudah mendukung langsung putra-putri bangsa yang bertanding di Asian Games 2018.

Tak hanya cukup dengan membuka rute Banyuwangi -- Jakarta, Angkasa Pura II sebagai salah satu sponsor Asian Games 2018 juga mengadakan Fun Walk bersama Bandara Blimbingsari Banyuwangi sebagai bentuk dukungan terhadap perhelatan Asian Games 2018.

Obor Asian Games berhasil menikmati matahari pertama yang terbit di Pulau Jawa

Sumber: Bappeda Banyuwangi
Sumber: Bappeda Banyuwangi

Bukan hanya banner dukungan yang terpampang di setiap sudut kota, Obor Asian Games 2018 yang dibawa dari api abadi India selain dikawinkan dengan api abadi di Mrapen juga dikawinkan dengan Blue Fire Kawah Ijen Banyuwangi. Setelah mengawinkannya dengan Api biru yang hanya ada dua di dunia selain di Alaska ini, obor Asian Games 2018 yang merupakan simbol kobaran semangat para atlet juga diarak ke seluruh jalanan pusat Kabupaten Banyuwangi untuk menularkan kobaran semangatnya kepada seluruh masyarakat ujung timur Pulau Jawa ini.

Sumber: Twitter @asiangames2018
Sumber: Twitter @asiangames2018
Torch Relay diarak menuju Stadion Dipenogoro Banyuwangi dengan diiringi 8 pembalap Road Bike sejauh 18,3 Kilometer. Sesampainya di Stadion Dipenogoro Banyuwangi, Torch Relay disambut oleh pesta dukung bersama yang bertajuk "Semangat Sang Juara". Tak hanya disambut dengan pesta rakyat dan hiburan artis lokal saja, kompetisi dance, kompetisi foto online, pertunjukan flashmob, serta trivia games juga akan ikut berebut menyambut arak-arakan Obor Asian Games 2018.

Setelah puas disambut oleh antusias warga di Stadion Dipenogoro Banyuwangi, dengan bangganya Obor Asian Games 2018 kembali diarak menuju Pendopo Swagatha Blambangan, kali ini  Torch Baerer sejumlah 10 orang akan berlari secara bergantian menempuh jarak sejauh  4,9 Kilometer untuk menyebarkan energi semangat Asian Games 2018.

Sumber: Bappeda Banyuwangi
Sumber: Bappeda Banyuwangi
Olahraga adalah media pemersatu bangsa

Tahun 2018 dapat dikatakan sebagai tahunnya pesta olahraga. Dimulai dengan pesta sepakbola Piala Dunia 2018, Piala AFF U-19 yang juga dilangsungkan di Indonesia hingga puncaknya perhelatan pesta olahraga terbesar se-Asia Asian Games 2018. Imbasnya begitu hebat, layar tancap yang dipasang sepanjang bulan Juni hingga penulis menulis artikel ini yang menontonkan setiap pertandingan khususnya Piala AFF U-19 Indonesia 2018. Teriakan "Indonesia! Indonesia!" bergemuruh memendam setiap perbedaan yang ada, tak dapat dipungkiri lagi bahwa olahraga merupakan media pemersatu bangsa.

Kegiatan nonton bersama Polres Banyuwangi sebagai sarana 'kampanye' demam Asian Games 2018
Kegiatan nonton bersama Polres Banyuwangi sebagai sarana 'kampanye' demam Asian Games 2018
Masyarakat Banyuwangi pun tak dapat menolak pernyataan tersebut, Polres Banyuwangi berhasil memanfaatkan momen ini dengan mengadakan nonton bersama pertandingan sepakbola. Dimulai dengan nonton bersama final Liga Champion 2018 hingga Piala AFF U-19. Kegiatan tersebut sekaligus digunakan Polres Banyuwangi sebagai ajang 'kampanye' Asian Games 2018, mengingat sepakbola merupakan salah satu olahraga dengan peminat yang besar. Selain itu momen nonton bersama merupakan momen berkumpulnya masyarakat sehingga secara tak langsung banyak masyarakat Banyuwangi yang ikut tertular virus demam Asian Games 2018.

***

"We don't need no politician, We all just want to dance"

Saya pun setuju dengan salah satu lirik lagu Asian Games 2018 yang dibawakan Slank tersebut. Memang sudah saatnya kita bersama-sama sejenak meninggalkan atribut politik, dan rasa kesukuan serta mempersatukan perbedaan yang ada.

Kita dukung bersama Asian Games 2018, mari kita mengulang sejarah keberhasilan Asian Games 1962, kita buktikan janji sumpah setia kita terhadap bangsa ini. Seperti kata penyair W.S. Rendra yang pernah menuturkan bahwa kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Selagi kamu bisa melakukannya untuk bangsa ini, mengapa harus menunda-nunda lagi.

"Bagimu negeri, Jiwa raga kami!"

Yuk lihat karya menginspirasi lainnya disini :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun