Siapa yang tak terheran-heran dan takjub melihat Turki kembali bangkit setelah hancur dengan kesekulerannya. Turki yang kumuh, kotor, nyaris bubar. Mata uang yang tak ada harganya sama sekali, sontak kembali bangun dan meloncat dari atas tempat tidur, mengagetkan seluruh negeri di muka bumi ini.
Resolusi sholat subuh berjamaah yang diusung Erdogan, menjadi titik balik kebangkitan Turki, menjadi Turki yang kembali perkasa dengan ruh Islamnya yang kembali merasuk dalam sanubarinya.
Jelas adalah ide cerdas, sholat subuh berjamaah sebagai tolak ukur kualitas umat muslim. Menggiring ummat menuju masjid di saat dingin, dan gelapnya jalan serta rayuan kehangatan tempat tidur yang harus dilawan demi "Sholat Subuh Berjamaah" sebagai simbol persatuan umat Islam.
Tidak perlu menunggu lama sejak dicanangkan resolusi sholat subuh berjamaah, Turki kembali bangkit sebagai negara yang hebat seperti keperkasaan nenek moyang mereka, kekhalifahan Utsmani.
Masih teringat bagaimana pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan konstantinopel, yang merupakan sebaik-baik pasukan. Pasukan yang tak pernah meninggalkan sholat malam, puasa sunnah, dan sholat berjamaah, atas dasar cinta dalam akidah, bersatu demi kejayaan Islam, berhasil mewujudkan janji Rosulullah SAW, bahwa konstantinopel akan tunduk di bawah kaum muslimin.
Bayang-bayang sholat subuh sejauh 3 kilometer yang dilakukan pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih setiap akan melakukan serangan, kembali hadir di Turki. Ummat muslim kembali tergerak hatinya untuk meramaikan fajar di masjid, karena keyakinan dan kecintaan mereka terhadap persatuan Islam.
Lain pula di Indonesia, jelas tertulis dalam sejarah bahwa momen kebangkitan nasional, banyak diperkasai oleh persatuan ummat Islam, salah satunya adalah Sarekat Dagang Islam, yang berganti menjadi Sarekat Islam. H.O.S Cokroaminoto yang begitu yakin bahwa dengan memperkuat jalinan ukhuwah Islamiyah, jalinan kecintaan dalam akidah akan efektif dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Kesadaran ummat untuk bersatu dan bangkit tak terhenti disitu. KH. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah bangun untuk memperbaiki keadaan sosial dan pendidikan.
Resolusi Jihad diusung oleh ulama-ulama pendahulu Indonesia, untuk mengusir para penjajah, terbukti ampuh. Ke-Ukhuwah-an santri yang terikat atas dasar cinta dan akidah berhasil mempertahankan panji kemerdekaan negeri ini. Sebab Resolusi Jihad, Indonesia bisa dipertahankan dari rongrongan penjajah. Sebab persatuan atas cinta dan akidahlah yang menginspirasi semua itu.
Pesan Al-Quran kepada ummat "Maka dirikanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah" (Q.S. Asyura : 13) dipegang teguh oleh mereka atas dasar kecintaan dalam akidah.
Tiada sejarah yang tidak mencatat, bila kaum Muslim bersatu, praktis mereka tak pernah terkalahkan barang sekalipun. Sebesar apapun kekuatan yang mereka hadapi, berlipat sekalipun. Dan tak sedikitpun yang dapat meragukan itu.
Namun setelah penerus bangsa mulai mengambil alih negeri ini. Mereka terlena, dan membuat negeri ini kembali terjajah dengan tangan-tangan mereka sendiri. Perpecahan lahir kembali sebagai monster yang menghantui mimpi-mimpi kejayaan.
Hingga sampailah pada kenyataan yang kita saksikan saat ini, realita perhari ini, ummat ini sedang menghadapi ujian ukhuwah sesuatu yang penting dalam Islam. Terjadilah apa yang diramalkan 1400 tahun yang lalu, adalah perselisihan diantara ummat Islam adalah hal yang paling dikhawatirkan Rosulullah SAW.
Hilangnya penghubung cinta dalam hati dan akidah diantara kaum muslim juga selaras dengan semakin terpuruknya negeri ini, kemiskinan, dan korupsi seakan menjadi sarapan di setiap pagi. Sebab beberapa hal sepeleh yang membuat umat Islam terputus jalinan cinta dalam akidahnya sesama muslim.
Umat Islam sebagai pemegang pondasi vital negeri ini, sebagai hampir 90% pendudukya adalah mayoritas muslim, yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang beragama Islam terbesar di dunia. Ummat muslim Indonesia merupakan pemegang kunci parameter hancur atau bangkitnya Indonesia.
Maka wajar jika banyak cara yang diinvestasikan untuk membuat kaum Muslim terpecah belah. Membagi-bagi mereka lalu melabeli kaum Muslim dengan label-label tertentu. Lalu kita menginjak satu sama lain, jadilah kaum muslim sibuk dengan perseteruan diantara mereka bagaikan buih di lautan. Memperuncing perbedaan pandangan dalam Islam adalah sumber yang dianggap sebagai masalah yang sejak dahulu tidak pernah usai.
Karena sekarang seolah-olah berbeda itu suatu kesalahan, padahal perbedaan adalah hal yang biasa yang ditakdirkan menjadi rahmat dari Allah SWT. Egoisme pada golongan dan aliran tak jarang mengakibatkan perpecahan ummat Islam itu sendiri.
Namun tidak, perpecahan yang selama ini diklaim justru tidak menemukan keberhasilannya. Yang ada adalah kaum muslim justru merindukan persatuan atas Iman, bersama atas cinta terhadap agama ini untuk kemaslahatan dan kebangkitan Indonesia.
Walau jalinan cinta dalam akidah mulai terputus, tetapi wujud cinta diantara hati ummat Islam itu masih ada, masih bersinar benih-benih ukhuwah yang ingin tumbuh kembali. Keinginan bersatu untuk negeri selalu ada di setiap jiwa ummat Islam.
Perbedaan yang dianggap sebagai duri yang menusuk, memecah belah, berusaha untuk dicabut. Keinginan menyamakan beda yang merupakan rahmat dari Allah adalah bentuk kesungguhan hati yang mulia. Karena dalam hidup dan berinteraksi dengan orang lain, selalu ada hal yang tak dapat kita nafikan persamaannya, dan ada yang juga tidak dapat ditolak perbedaanya. Artinya, kita tidak mungkin bisa sama dalam setiap hal, dan tak bisa berbeda dalam semua hal. Sama itu suatu kewajaran dan perbedaan pun tak bisa terelakkan.
Saat kita mengkaji Islam, maka disana tersirat bahwa setiap jiwa yang bersyahadat itu adalah saudara. Tidak hanya saudara dunia tapi juga akhirat, yang mampu membela kita di hadapan Allah di akhirat
Umat Islam satu dengan yang lain tak lahir di tempat yang sama, bahkan pun jauh berbeda. Sifat, sikap, gaya, cara kita tersendiri. Tapi dapat disatukan dengan impian yang sama, yakni persatuan, diperjalankan dengan langkah yang jelas tak berbeda, begitu pula ummat Islam digandengkan dengan cita-cita yang tak ternilai, ummat Islam diikat dengan harga yang takkan terbeli.
Walau kerap kali kita berbeda pendapat dan berselisih, bagiku aku benar dan bagimu kamu lebih benar. Bagiku kamu salah dan bagimu aku lebih salah. Begitulah kisah  kita diuji, semua ini karena rahmat Allah SWT.
Bersatu memang tak mudah, karena harus memahami, harus ada pengorbanan disana. Bahkan terkadang kita berpikir untuk berjalan sendiri karena itu mungkin akan lebih baik. Menempuh perjalanan sendiri mungkin akan lebih baik karena akan lebih lekas selesai, tak perlu memikirkan siapapun selain diri sendiri. Tapi bukan itu yang kita inginkan.
Karena penyatuan dalam Islam itu ialah penyatuan akal dan hati, berasal dari akidah yang sama, bukan hanya dari bentuk fisik. Meyatukan hati ummat Islam merupaka bentuk penyatuan cinta dalam akidah. Kita tak pernah ditakdirkan sendiri dalam perjuangan, karena surga itu diciptakan bukan untuk sendiri, tetapi bersama.
Maka persatuan ummat Muslim adalah hal yang kita inginkan dan harus terwujud. Dan Allah telah memberikan resep persatuan itu, yaitu semua harus dikembalikan pada Allah, maka jelaslah dalam Q.S. Ali Imron: 103 ukhuwah itu dasarnya Iman dan cinta.
Cinta tak dapat dilihat, tapi bisa diketahui dari penampakannya, dari kecenderungan bahkan dari pemikirannya. Adanya cinta terlihat dari itu semua. Saudara dalam akidah, merindu akan cinta terhadap ukhuwah persatuan Islam.
Maka yang mencintai Islam akan memiliki kecenderungan kepada Islam, kepada ukhuwah, kepada persatuan yang didalamnya dicita-citakan dan selalu ingin dipertahankan. Rasa cinta yang mereka punya akan Islam membuat hati mereka saling mencintai dalam ukhuwah yang terpaut dalam persatuan.
Bagi mereka yang sudah selesai dan memahami bahasan akidah, tak ada alasan tak bersaudara, sebab sama mencintai Allah. Bila kecintaan kepada Allah telah diletakkan diatas segala-galanya, maka siapapun yang mencintai Allah akan jadi saudara, terlepas kurang lebihnya.
Ukhuwah itu persaudaraan karena iman, kecintaan yang berasal dari sama-sama mencintai Allah. Kebersamaan dalam taat, pun berpisah di dalam jalan Allah, itu semua indah. Allah berfirman di dalam hadits Qudsi "Siapa diantara kalian yang saling mencintai sebab keagungan-Ku?"
Begitu kuat ulama dengan mengeluarkan statement Resolusi Jihad. Begitu kuatnya mereka terikat persatuan pada Islam, mengingatkan ummat untuk bersatu atas cinta dan iman dalam mengusir penjajah
Kecintaan Nabi Ibrahim a.s. terhadap negerinya, cinta yang diungkapkan dengan doa, agar negerinya selalu mendapat rahmat, kebaikan, dan ampunan dari Allah sebagai bentuk kecintaan kepada ruhnya yakni akidah yang beliau pegang teguh, mengalir kepada kita cucu-cucunya yang ingin memperbaiki negeri, bermimpi untuk kejayaan kebangkitan negeri ini
Bersatunya ummat Muslim di Turki yang menghasilkan Turki yang kembali berjaya, adalah satu bukti, bahwa dengan persatuan ummat Islam, bersatu akan cinta akan memperbaiki segalanya, karena inilah janji Allah SWT dalam Q.S. Muhammad : 3, bahwa sesungguhnya siapa menolong agama Allah, maka mereka akan ditolong oleh Allah dan diteguhkan kedudukannya serta dikokohkan kaki-kakinya.
Ini adalah suatu teladan bagi kita bangsa Indonesia bahwa dengan persatuan ummat Islam dapat membangkitkan negeri ini. Pekikan takbir yang disuarakan pemuda Indonesia Bung Tomo saat itu bukanlah hanya sekedar dongeng, atau cerita biasa, melainkan suatu bukti, bahwa jalinan persatuan ummat, atas cinta dalam akidah, dapat menggelorakan semangat kebangkitan, mengusir penjajah, meringkus keburukan, dan menghancurkan kedzoliman, untuk tetap dipertahankannya kemerdekaan.
Dengan bukti-bukti tersebut jelaslah bahwa tak dapat diragukan lagi, bahwa dengan persatuan ummat Islam adalah sebuah ide cerdas sebagai resolusi untuk kebangkitan Indonesia.
Berapa banyak kita diingatkan dengan kisah-kisah dalam Al-Quran, segala sesuatu menjadi begitu sulit, kita hanya perlu melakukan ketaatan untuk menjadikannya mudah. Berapa banyak negeri yang hancur karena tidak mengindahkan perintah Allah, dan berapa banyak negeri yang diberi nikmat oleh Allah karena ketaatan penduduknya.
Persatuan ummat Islam haruslah dimaknai sebagai upaya memperkokoh NKRI. Bersatunya ummat Islam adalah suatu modal yang luar biasa untuk kebangkitan Indonesia. Sinergi antara ulama dan ummat adalah modal penting untuk kebangkitan negeri ini. Apapun perbedaan pemahaman tentang agama di satukan dalam satu mimpi kejayaan. Persatuan umat yang didasari akan Al-Quran dan Hadits serta 4 pilar kebangsaan, Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI adalah pondasi yang sangat kuat untuk kembali membangun kebangkitan negeri ini.
Ukhuwah Islamiyah berupa cinta dalam akidah yang berkolaborasi dengan ukhuwah wathoniyah, akan kecintaan terhadap tanah air, memahami perbedaan agama, suku, ras maupun golongan merupakan senjata terampuh untuk mempersatukan perbedaan.
Disana letak rahasianya, kita hanya perlu memperkawinkan cinta dan iman untuk mewujudkan cita-cita kebangkitan negeri ini. Kecintaan terhadap agama merupakan kecintaan terhadap tuhannya.
Maka saat ummat Islam benar-benar mencintai tuhannya, maka janji Allah akan hadir, Allah akan menumbuhkan kecintaan kita terhadap sesama muslim, Allah akan merekatkan jalinan persatuan ukhuwah Islamiyah. Dan pada akhirnya saat ummat muslim bersatu, masjid di waktu subuh menjadi seperti siang di waktu jumat, dan suasana tersebut bertahan di setiap 5 waktu. Maka jangan menunggu lama, Allah akan menghadirkan janjinya kembali, saat seluruh penduduk suatu negeri menjalankan ketaatannya dengan ikhlas, maka Allah akan menurunkan hujan rahmat bagi negeri tersebut, menumbuhkan tanaman, dan menjadikan negeri tersebut menjadi negeri yang baik, serta penuh ampunan. Dan Indonesia kembali bangkit sebagai negara yang perkasa berkat persatuan dan jalinan cinta dalam akidah ummat Islam.
Islam yang memberi kekuatan dalam berjuang, Islam yang menjadikan Indonesia, maka bagi kita, persatuan ummat merupakan bentuk cinta terhadap negeri kita Indonesia dan mencintai Indonesia adalah mencintai ruhnya, yakni Islam.
Ya Rabb, saksikan kami saling mencinta sebab apa yang engkau turunkan, berupa agamamu yang benar, dan kokohkan kaki kami di atas jalan ini, sampai kami kembali. Persatukan kami, yang dengan itu dapat menjadikan negeri kami seperti apa yang selalu terlantun dalam doa pendahulu kami Nabi Ibrahim a.s. negeri yang baik, dan penuh dengan ampunanmu. Baldatun toyyibatun warobbun ghofur.
Yuk lihat karya menginspirasi lainnya disini :)
Think and Feel it!
NEXT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H