“Tunggu Reina! Aku menelponmu karena ada yang ingin aku ceritakan. Aku ingin kamu mengingatku dengan ingatanmu sendiri. Aku tak akan memberikan namaku.” Siapa orang ini?
“Bisakah anda menelpon di waktu yang normal? Mengapa saya harus mendengarkan cerita anda tengah malam?” teriakku. Tak bisakah kita berbicara di waktu normal.
“Karena tengah malam adalah waktu yang tenang, untukku bercerita.” Dasar aneh!
“Kenapa tidak memberitahukan namamu saja?” aku sungguh mengantuk dan tak berminat mendengar cerita orang asing seperti ini.
“Itu tidak bermakna Reina. Aku ingin kamu mendengar ceritaku dan menebak namaku.” Aku dapat merasakan paksaan dari kalimatnya. Kenapa dia ingin sekali aku mengingat namanya?
“Kamu temanku?”
“Iya... bisa dibilang begitu.” Nadanya terdengar ragu. Mencurigakan namun membuat rasa penasaran.
“Apa maksudmu?”
“Dengarkan ceritaku maka semua pertanyaanmu akan terjawab.” Baik kalau itu bisa menguraikan penasaranku. Rasa penasaranku telah terbentuk. Jika tak terpecahkan, aku juga tak bisa tidur.
“Oke, cepat ceritalah!” Aku bangkit dari posisi tidurku.
“Harus aku mulai dari mana cerita ini?” laki-laki gila! Dia yang punya cerita tapi dia bertanya dari mana memulainya.