Aku membuka telepon genggamku kembali setelah ujian. Ada 50 telepon masuk tak terjawab. Apa yang orang ini pikirkan. Ini terlalu menakutkan.
“Hai Rein!” sapa Olivia, dia teman kuliahku. Kami cukup dekat. “Kamu jadi ke kantin setelah ini?” tanyanya.
“Iya, ayo! Udah laper banget.” Kataku dengan wajah kelaparan. Bodoh amat dengan telepon itu. Aku lapar.
Aku dan Olivia duduk di tempat biasa kami duduk dan mengobrol seputar ujian tadi. Olivia selalu asyik sebagai teman mengobrol. Itu yang aku suka dan dia adalah pendengar yang baik.
###
Aku kembali ke kosku dengan sehat dan selamat. Aku segera berbesih diri sudah hampir maghrib. Oh ya, tiba-tiba aku teringat teleponku, aku tidak mengeceknya lagi setelah bersama Olivia tadi. Aku harap tidak ada telepon masuk.
Syukurlah. Tidak ada. Besok tidak ada ujian. Yahoo, bisa tidur nyenyak malam ini.
###
Aku sudah terlelap ketika teleponku berdering. Aku meraba-raba nakas di sebelah kasurku.
“Halo.” aku menjawab dengan suara khas orang bangun tidur. Jam berapa ini? Jam 2 malam.
“Halo, Reina. Kita bertemu lagi malam ini” Oh, dia lagi. Cukup. Aku akan mematikannya.