"Kemana lagi si Jolen ini?"
"Mak tempe habis Mak tempe?"
Emak segera membuat segelas kopi yang dari tadi sudah ditunggu pengunjung kemudian menyajikannya. Sementara itu Kopen menyiapkan sendiri makan siangnya yang hendak dimakan sore itu. Masih nasi saja yang sudah ada pada piring yang dipegang Kopen. Pandangannya kemana-mana mencari kiranya masih ada tempe yang tersisa, yang padahal ia tahu sangat sulit menemukan tempe di sore hari karena itu adalah detik-detik tutupnya warung Emak. Pengunjung sudah berhenti datang, hanya yang sedang di warung mulai bergantian membayar dan pergi.
"Pen, ambil piring-piringnya!"
Kopen meletakkan piring berisi nasinya itu dan segera mengambil piring-piring kotor, beserta sendok dan garbunya, beserta gelas dan lepeknya. Selanjutnya ia mengambil serbet membersihkan meja-meja. Pelanggan terakhir sudah pergi, Kopen melanjutkan membersihkan meja kemudian menutup warung. Emak menyalakan lampu karena warung gelap ketika ditutup. Kopen kembali mengambil piring berisi nasinya tadi.
"Itu masih ada kuah kare, kamu makan dulu sana, emak gorengkan telur."
"Tempe habis mak?"
"Habis! Nanti malam baru datang, nanti malam kamu goreng sendiri kalau kepengen tempe."
"Walah!"
Emak mengambil dua telur dan menggorengnya. Piring-piring kotor masih menumpuk karena memang dibiarkan seperti itu. Setelah nasi dicampur dengan kuah kare, Kopen mengambilnya setengah dan diletakkan pada piring yang berbeda. Tidak perlu waktu lama untuk menggoreng telur, dua telur yang digoreng Emak sudah matang. Emak meletakkannya pada dua piring berisi nasi kuah kare yang disiapkan Kopen. Mereka berdua makan siang di sore hari bersama dengan menu yang sama.
"Mak, kemarin Kopenkan sudah pesan tempe jangan dihabiskan!"