Mohon tunggu...
Mocha Soleh
Mocha Soleh Mohon Tunggu... Musisi - Menulis, Membaca, Bermusik, Mengajar, Berpetualang, bersedih, kemudian berbahagia.

Bangkit dari patah hati memang susah. Tapi, akan terlihat lebih susah jika gak bangkit-bangkit.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Unsur Heroisme Tokoh Utama dalam Novel Tan Karya Hendra Teja: Kajian Sosiologi Sastra

30 Desember 2021   15:26 Diperbarui: 30 Desember 2021   17:14 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

UNSUR HEROISME TOKOH UTAMA DALAM NOVEL TAN KARYA HENDRI TEJA: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA



Mochamad Soleh

Program Pascasarjana 

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Islam Malang

Email: mochasoleh11@gmail.com

Abstrak: Karya sastra adalah gambaran peristiwa kehidupan yang dituangkan kembali oleh pengarang melalui tokoh di dalam karya sastra yang berbentuk dialog antar tokoh. Novel yang merupakan salah satu karya sastra yang memaparkan tentang kehidupan manusia dengan berbagai unsur yang ada di lingkungan masyarakat, sehingga mampu memberikan pembelajaran sesuai dengan keadaan masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji unsur-unsur heroisme dalam karya sastra yang terdapat pada novel Tan karya Hendri Teja. Novel ini menceritakan tenteng perjuangan melawan Belanda yang menjajah bangsa Hindia. Unsur heroisme merupakan suatu sikap yang dimiliki oleh pahlawan demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara untuk terciptanya sebuah kemerdekaan. Seorang pahlawan mempunyai naluri yang senantiasa muncul untuk melakukan perlawanan ketika melihat masyarakat dan negaranya dalam keadaan terancam. Untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional harus memenuhi syarat yang sudah diatur dalam Pasal 25 dan 26 UU No.20/2009.

Kata-kata Kunci: Heroisme, Novel, Sosiologi, Sastra

PENDAHULUAN

    Karya sastra adalah karya seni yang mengandung keindahan yang dihasilkan oleh seniman, khususnya sastrawan. Dengan kata lain, karya sastra adalah hasil kerja sastrawan (Wiyanto, 2005:2). Sedangkan menurut (Warisman, 2015:69) karya sastra merupakan hasil cipta manusia yang menggambarkan latar belakang kehidupan, lingkungan dan kebudayaan.

    Karya sastra merupakan gambaran atau cerminan masyarakat yang tidak dapat terlepas dari kehidupan. Sesuatu hal yang ada di dalam karya sastra bentuk dari cerminan masyarakat. Karya sastra dapat memberikan pemahaman kepada penikmatnya tentang kebenaran, tentang nilai agama, nilai sosial, nilai kepahlawanan, nilai ekonomi, nilai politik dan sebagainya, meskipun karya sastra dituliskan dalam bentuk fiksi.

    Tokoh sangat erat hubungannya dengan karya sastra yang berbentuk prosa maupun drama. Dalam perkembangan jenis sastra, karya sastra yang dihasilkan semakin bervariasi. Salah satu jenis karya sastra tersebut adalah novel. Novel mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, rinci, detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 2002:11).

    Di dalam karya sastra pencipta karya sastra menggambarkan tokoh dengan bermacam-macam jenis, ada yang digambarkan dengan sosok yang baik, suka menolong, rela berkorban, dan mempunyai sikap pahlawan  (protagonis). Ada juga yang digambarkan sebagai sosok yang jahat, berperilaku buruk, dan selalu menghalangi rencana dari tokoh lain.

    Dalam bahasa Inggris pahlawan disebut “Hero” yang diberi makna sosok yang legendaris dalam yang memiliki kekuatan luar biasa, mempunyai keberanian, dan membela yang benar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pahlawan berarti orang yang gagah berani, pejuang yang gagah berani (TIM KBBI, 2007:811).

    Heroisme/kepahlawanan adalah nilai-nilai luhur yang bersifat baik yang terdapat dalam setiap individu. Diteruskan dari generasi ke generasi (Budiyono, 2007:58). Nilai heroisme berpangkal pada suatu sikap atau tindakan yang di dalamnya terdapat rasa keberanian, kesabaran, serta pengorbanan dari seseorang yang rela berkorban demi tercapainya suatu tujuan tanpa sikap pamrih.

    Jika berbicara mengenai “heroisme”, maka kita harus masuk ke ranah yang terkandung di dalamnya. Sebenarnya terdapat hubungan segitiga antara individu yang dianggap pahlawan oleh masyarakatnya dan nilai yang diperjuangkannya. Individu-individu pahlawan merupakan orang-orang yang memperjuangkan keyakinannya untuk mencapai suatu kebenaran yang diyakininya, yang diperuntukan untuk kemajuan masyarakatnya. Kebenaran yang dianggap benar tersebut ada kalanya bermula dari nilai-nilai sosio-kultural sesuai dengan tempat ia tinggal.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif. Artinya metode yang mengungkap, menggambarkan, mendeskripsikan, menguraikan, dan memaparkan objek dalam bentuk kata-kata. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena, metode deskriptif memberi pemaparan secara lengkap tentang individu, keadaan, gejala, dan kelompok tertentu.

Bentuk pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif. Alasan peneliti menggunakan bentuk kualitatif, karena bentuk penelitian ini bersifat deskriptif dan data yang dianalisis berbentuk kata-kata, kalimat, paragraf  dan tidak berbentuk angka, melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dan gejala yang diamati.

Data dalam penelitian yakni teks atau dokumentasi novel  berupa dialog, deskripsi, dan narasi yang menunjukan adanya (1) unsur heroisme berdasarkan rela berkorban, (2) unsur heroisme berdasarkan nasionalisme, (3) unsur heroisme berdasarkan  patriotisme dan (4) unsur heroisme berdasarkan keberanian dalam novel Tan karya Hendri Teja. Dari teks tersebut bisa diamati unsur-unsur heroisme tokoh utama yang terkandung dalam novel Tan karya Hendri Teja.

Teknik yang digunakan peneliti menerapkan teknik pustaka, yakni teknik yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari novel Tan karya Hendri Teja. Teori-teori didapatkan dari buku, artikel, jurnal penelitian sebagai bahan pendukung penelitian. Setelah data terkumpul dilanjutkan dengan analisis objek dengan cara membaca, melihat dialog antar tokoh dan monolog dalam novel Tan karya Hendri Teja. Kemudian data yang akan diteliti dirumuskan sesuai masalah. Selanjutnya digunakan teknik catat terhadap teks dalam sumber data dalam novel Tan karya Hendri Teja.

Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah peneliti sendiri (Human Instrument), artinya penelitian yang melakukan seluruh kegiatan mulai dari perencanaan sampai melaporkan hasilnya dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan seperangkat pengetahuan peneliti mengenai unsur heroisme dalam karya sastra berjudul Tan karya Hendri Teja. Alat tambahan yang digunakan adalah pensil untuk memberi kode unsur-unsur heroisme, stabillo warna untuk menandai kata, kalimat, dialog, dan monolog yang terdapat di novel dan pula terdapat unsur heroisme.

 Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis data yakni, (1) Peneliti membaca novel Tan karya Hendri Teja secara keseluruhan, seksama, teliti, dan kritis. (2) Pembacaan secara berulang-ulang dilakukan oleh peneliti, diikuti dengan penandaan, dengan cara meberi kode tulisan unsur heroisme, dan memberi warna pada kata, kalimat, dialog, dan monolog yang mengandung unsur heroisme dengan stabillo berwarana merah muda. (3) Peneliti mengumpulkan data sesuai dengan unsur heroisme. (4) Data yang sudah terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan unsur-unsur heroisme, yaitu unsur rela berkorban, unsur nasionalisme, dan unsur patriotisme, unsur keberanian. (5) Menafsirkan data yang telah diklasifikasikan

HASIL DAN PEMBAHASAN              

  • Bentuk heroisme “Rela Berkorban” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.

“Camkan perkataanku, Winanta! Tanamkan dalam benakmu! Aku hanya sekrup dalam mesin perjuangan ini. Jika aku mesti mati, bakal lahir puluhan bahkan ratusan Tan Malaka muda! Ingat, mati satu tumbuh seribu!” (Tan/hlm 400/RB01)

Pada data di atas unsur rela berkorban yang terdapat dalam kutipan di atas yang sesuai dengan pendapat Budiyono dan dapat dibuktikan pada kalimat “Aku hanya sekrup dalam mesin perjuangan ini. Jika aku mesti mati, bakal lahir puluhan bahkan ratusan Tan Malaka muda!.” Pada kalimat tersebut, menunjukan pengorbanan Tan terhadap negeri ini. Tan rela menjadi alat untuk perjuangan kemerdekaan. Bahkan meskipun dia akan mati dia rela. Karena jika dia mati, bahkan akan muncul Tan Malaka yang lain.

  • Bentuk heroisme “Nasionalisme” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.

“Kongres ini benar-benar membuatku hidup. Semangatku tak putus-putus. Pertama kali dalam hidupku, muncul kesadaran sebagai seorang Hindia. Tidak! Bukan hanya kesadaran, tapi kebanggaan sebagai Hindia.” (Tan/hlm 119/NS02)

Pada data di atas unsur nasionalisme yang terdapat dalam kutipan di atas yang sesuai dengan pendapat Ilahi dan dapat dibuktikan pada kalimat “Pertama kali dalam hidupku, muncul kesadaran sebagai seorang Hindia. Tidak! Bukan hanya kesadaran, tapi kebanggaan sebagai Hindia.” Pada kalimat tersebut menunjukan kebanggaan Tan sebagai bangsa Hindia. Rasa percaya diri terhadap bangsanya.

  • Bentuk heroisme “Patriotisme” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.

“Saya heran sekali. Mengapa seorang terpelajar lulusan Nederland yang mendapat gaji besar, fasilitas rumah dinas, dan bahkan kereta angin bisa bertindak melawan ordeneming?” Kepala polisi menghapus debu di pipi, matanya tatap memandang lurus ke depan. “Anda pasti salah melangkah. Ya, kasus ini memang lazim terjadi pada anak muda. Kadang kala mereka terlalu bersemangat, sehingga lupa siapa mereka sebenarnya.” (Tan/hlm 192/PT03)

Pada data di atas patriotisme yang terdapat dalam kutipan di atas yang sesuai dengan pendapat Budiyono dapat dibuktikan pada kalimat “Saya heran sekali. Mengapa seorang terpelajar lulusan Nederland yang mendapat gaji besar, fasilitas rumah dinas, dan bahkan kereta angin bisa bertindak melawan ordeneming.” Pada kalimat tersebut terlihat dari ucapan kepala polisi yang menangkapnya. Tan  memperjuangkan rakyat Hindia. Meskipun mendapatkan fasilitas lengkap sebagai guru di sekolah ordeneming. Tidak menyurutkan Tan untuk memperjuangkan rakyat dan melakukan perlawanan. Meskipun akhirnya ditangkap oleh polisi.

  • Bentuk heroisme “Keberanian” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.

“Tuan telah menentang bahaya dengan menyadarkan kami. Orang sebaik Tuan tak patut masuk penjara,” seseorang yang ku ketahui adalah Bangun menyela, kuli yang kehilangan anak karena wabah penyakit muntaber itu. (Tan/hlm 195/KB04)

Pada data di atas unsur keberanian yang terdapat dalam kutipan di atas yang sesuai dengan pendapat Rasyid dan dapat dibuktikan pada kalimat “Tuan telah menentang bahaya dengan menyadarkan kami. Orang sebaik Tuan tak patut masuk penjara.” Pada kalimat tersebut terbukti yang diucapkan Bangun, bahwa Tan adalah sosok pemberani membela kaum kromo. Tan tidak peduli meskipun bahaya senantiasa membayanginya. Yang terpinting adalah kemerdekaan bagi rakyat Hindia.

Faktor yang melatar belakangi tindakan heroisme tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja:

  • Faktor yang melatar belakangi “Rela Berkorban” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.

Faktor tuntutan yang mengakibatkan munculnya tindakan heroisme tokoh utama Tan untuk rela berkorban segala sesuatu agar bangsa Hindia mendapatkan hak yang sama seperti para orang-orang Belanda. Seperti pada data (1) dan (2) Tan gagal dalam ujian mengajar, mendapatkan tagihan hutang dari NIOS yang melanggar kesepakan awal, dan Tan harus merelakan untuk melepas keinginannya menjadi guru kepala. Dikarenakan Tan sering melakukan kritik dan menuntut pada pemerintah Belanda. Sehingga pergerakannya pribadi maupun secara organisasi dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah Belanda. Tidak tanggung-tanggung Tan dan PPHN dianggap kelompok yang tidak tau balas budi dan meragukan itikad baik Sri Ratu yang akan memberikan pemerintahan Otonom ke Hindia.

  • Faktor yang melatar belakangi “Nasionalisme” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.

Dengan adanya kesempatan Tan menuntut ilmu di Belanda membuat muncul sikap nasionalisme Tan pada negeranya. Seperti pada data (1) Tan berharap dengan kepandaian yang dia miliki akan sangat bermanfaat bagi perkembangan negeranya. Dengan cara inilah Tan dapat mengabdikan diri pada negaranya. Pada data (2) Tan tidak peduli dengan pekerjaan, pangkat, dan gaji. Karena berapapun gajinnya iya kelak menjadi guru dia akan menerima. Karena dari guru kelak akan lahir penerus bangsa Hindia. Pada data (3) dengan kesempatan menuntut ilmu di Belanda rasa optimis Tan terhadap bangsa Hindia yang suatu saat nanti mampu mengejar kemajuan negara Eropa seperti negara Jepang.

  • Faktor yang melatar belakangi tindakan “Patriotisme” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.

Dengan adanya penindasan yang dilakukan para kapitalis Belanda kepada pribumi membuat api sang patriot berkobar. Seperti pada data (5) Tan menggunakan strategi dibidang pendidikan kerakyatan untuk melawan penindasan dan kekuasaan pemilik modal. Pada data (6) meskipun mendapat gaji besar dan fasilitas lengkap bukan alasan bagi Tan untuk tidak melawan melihat penindasan yang dilakukan oleh kapitalis Belanda. Pada data (7) Tan melawan penindasan kapitalis dengan pendidkan berbasiskan rakyat atau sistem dan kurikulum yang menantang habis-habisan pendidikan kolonial yang membebek pada kapitalisme. Pada data (8) Tan mencoba menyadarkan Pan Islam atas penindasan yang dilakukan oleh kaum kapitalis raya. Bukan hanya Belanda, melainkan perjuangan melawan kapitalis Inggris, Prancis, Jepang, dan kapitalis dunia. Pada data (9) Tan membentuk gerakan nasional untuk melawan penindasan yang dilakukan oleh gubermen. Pada data (10) dengan adanya penindasan yang dilakukan oleh Kapitalis yang beragama Kristen kepada pribumi yang mayoritas beragama Islam membuat Tan mengeksplorasi keluh kesah mereka para pribumi. Dan pada akhirnya menjadikannya bola semangat untuk meluluhlantahkan kekuasaan kolonial. Pada data (11) seperti yang diucapkan Tan kepada Fenny, selama bangsa Belanda menjadikan bangsa Hindia sebagai sapi perah Tan tak akan berhenti melawan. Hanya tinggal menunggu waktu untuk mengusir para penjajah ke negaranya.

  • Faktor yang melatar belakangi tindakan “Keberanian” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.

Dengan adanya pembakaran kebun singkong milik para buruh yang dilakukan oleh para preman suruhan ordeneming. Membuat Tan berani untuk berbicara lantang menyadarkan dengan senyum mengejak kepada para buruh. Bahwa selama ini mandor dan pengusaha ordeneming menyiksa dan darah dan keringat kalian. Seperti pada data (2) dengan keberanian Tan menyadarkan para buruh, akhirnya para buruh melakukan pembalasan dengan membakar perkebunan tebu milik ordeneming. Pada data (4) keberanian Tan mengatakan kebenaran kepada para buruh sehingga mereka melakukan pembakaran kebun tebu dan penghancuran kantor pusat Goed Bricht atas apa yang telah dilakukan oleh para mandor kepada para buruh.

SIMPULAN DAN SARAN           

 Beradasarkan rumusan masalah dan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa bentuk unsur heroisme tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja dan faktor yang melatar belakangi tindakan heroisme tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja meliputi:

  • Bentuk Rela berkorban

menunjukan pengorbanan Tan terhadap negeri ini. Tan rela menjadi alat untuk perjuangan kemerdekaan. Bahkan meskipun dia akan mati dia rela. Karena jika dia mati, bahkan akan muncul Tan Malaka yang lain.

  • Bentuk Nasionalisme

menunjukan kebanggaan Tan sebagai bangsa Hindia. Rasa percaya diri terhadap bangsanya

  • Bentuk Patriotisme

terlihat dari ucapan kepala polisi yang menangkapnya. Tan  memperjuangkan rakyat Hindia. Meskipun mendapatkan fasilitas lengkap sebagai guru di sekolah ordeneming. Tidak menyurutkan Tan untuk memperjuangkan rakyat dan melakukan perlawanan. Meskipun akhirnya ditangkap oleh polisi.

  • Bentuk Keberanian

terbukti yang diucapkan Bangun, bahwa Tan adalah sosok pemberani membela kaum kromo. Tan tidak peduli meskipun bahaya senantiasa membayanginya. Yang terpinting adalah kemerdekaan bagi rakyat Hindia.

Faktor yang melatar belakangi tindakan heroisme tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja meliputi: (1) faktor rela berkorban, Faktor tuntutan yang mengakibatkan munculnya tindakan heroisme tokoh utama Tan untuk rela berkorban segala sesuatu agar bangsa Hindia mendapatkan hak yang sama seperti para orang-orang Belanda. Seperti pada data (1) dan (2) Tan gagal dalam ujian mengajar, mendapatkan tagihan hutang dari NIOS yang melanggar kesepakan awal, dan Tan harus merelakan untuk melepas keinginannya menjadi guru kepala. Dikarenakan Tan sering melakukan kritik dan menuntut pada pemerintah Belanda. Sehingga pergerakannya pribadi maupun secara organisasi dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah Belanda. Tidak tanggung-tanggung Tan dan PPHN dianggap kelompok yang tidak tau balas budi dan meragukan itikad baik Sri Ratu yang akan memberikan pemerintahan Otonom ke Hindia. (2) faktor nasionalisme, Dengan adanya kesempatan Tan menuntut ilmu di Belanda membuat muncul sikap nasionalisme Tan pada negeranya. Seperti pada data (1) Tan berharap dengan kepandaian yang dia miliki akan sangat bermanfaat bagi perkembangan negeranya. Dengan cara inilah Tan dapat mengabdikan diri pada negaranya. Pada data (2) Tan tidak peduli dengan pekerjaan, pangkat, dan gaji. Karena berapapun gajinnya iya kelak menjadi guru dia akan. (3) Faktor patriotisme,  Dengan adanya penindasan yang dilakukan para kapitalis Belanda kepada pribumi membuat api sang patriot berkobar. Seperti pada data (5) Tan menggunakan strategi dibidang pendidikan kerakyatan untuk melawan penindasan dan kekuasaan pemilik modal. Pada data (6) meskipun mendapat gaji besar dan fasilitas lengkap bukan alasan bagi Tan untuk tidak melawan melihat penindasan yang dilakukan oleh kapitalis Belanda. Pada data (7) Tan melawan penindasan kapitalis dengan pendidkan berbasiskan rakyat atau sistem dan kurikulum yang menantang habis-habisan pendidikan kolonial yang membebek pada kapitalisme. (4) faktor keberanian, Dengan adanya pembakaran kebun singkong milik para buruh yang dilakukan oleh para preman suruhan ordeneming. Membuat Tan berani untuk berbicara lantang menyadarkan dengan senyum mengejak kepada para buruh. Bahwa selama ini mandor dan pengusaha ordeneming menyiksa dan darah dan keringat kalian. Seperti pada data (2) dengan keberanian Tan menyadarkan para buruh, akhirnya para buruh melakukan pembalasan dengan membakar perkebunan tebu milik ordeneming. Pada data (4) keberanian Tan mengatakan kebenaran kepada para buruh sehingga mereka melakukan pembakaran kebun tebu dan penghancuran kantor pusat Goed Bricht atas apa yang telah dilakukan oleh para mandor kepada para buruh.

DAFTAR RUJUKAN

Andy, K. (2011). Heroes. Bandung: Bentang Pustaka & Kick Andy Enterpise.

ANRI. (2014). Nilai-Nilai Kepahlawanan. Jakarta: Majalah ARSIP Negara Republik Indonesi.

Teja, H. (2016). Tan Sebuah Novel. Tangerang Selatan: Javanica.

Wiyanto, A. (2005). Kesusastraan Sekolah. Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi.

Wiyatmi. (2006). Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: PUSTAKA.

Wiyatmi. (2013). Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Kanwa publisher.

Zaim, M. (2014). Metode Penelitian Bahasa. Padang: FEBS UNP Press Padang.

Suharyadi. (2014). Pengantar Ilmu Sastra. Lamongan: CV Pustaka Ilalang Group.

Surastina. (2018). Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: Elmatera.

Suwardi. (2011). Sosiologi Sastra. Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun