HASIL DAN PEMBAHASAN
- Bentuk heroisme “Rela Berkorban” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.
“Camkan perkataanku, Winanta! Tanamkan dalam benakmu! Aku hanya sekrup dalam mesin perjuangan ini. Jika aku mesti mati, bakal lahir puluhan bahkan ratusan Tan Malaka muda! Ingat, mati satu tumbuh seribu!” (Tan/hlm 400/RB01)
Pada data di atas unsur rela berkorban yang terdapat dalam kutipan di atas yang sesuai dengan pendapat Budiyono dan dapat dibuktikan pada kalimat “Aku hanya sekrup dalam mesin perjuangan ini. Jika aku mesti mati, bakal lahir puluhan bahkan ratusan Tan Malaka muda!.” Pada kalimat tersebut, menunjukan pengorbanan Tan terhadap negeri ini. Tan rela menjadi alat untuk perjuangan kemerdekaan. Bahkan meskipun dia akan mati dia rela. Karena jika dia mati, bahkan akan muncul Tan Malaka yang lain.
- Bentuk heroisme “Nasionalisme” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.
“Kongres ini benar-benar membuatku hidup. Semangatku tak putus-putus. Pertama kali dalam hidupku, muncul kesadaran sebagai seorang Hindia. Tidak! Bukan hanya kesadaran, tapi kebanggaan sebagai Hindia.” (Tan/hlm 119/NS02)
Pada data di atas unsur nasionalisme yang terdapat dalam kutipan di atas yang sesuai dengan pendapat Ilahi dan dapat dibuktikan pada kalimat “Pertama kali dalam hidupku, muncul kesadaran sebagai seorang Hindia. Tidak! Bukan hanya kesadaran, tapi kebanggaan sebagai Hindia.” Pada kalimat tersebut menunjukan kebanggaan Tan sebagai bangsa Hindia. Rasa percaya diri terhadap bangsanya.
- Bentuk heroisme “Patriotisme” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.
“Saya heran sekali. Mengapa seorang terpelajar lulusan Nederland yang mendapat gaji besar, fasilitas rumah dinas, dan bahkan kereta angin bisa bertindak melawan ordeneming?” Kepala polisi menghapus debu di pipi, matanya tatap memandang lurus ke depan. “Anda pasti salah melangkah. Ya, kasus ini memang lazim terjadi pada anak muda. Kadang kala mereka terlalu bersemangat, sehingga lupa siapa mereka sebenarnya.” (Tan/hlm 192/PT03)
Pada data di atas patriotisme yang terdapat dalam kutipan di atas yang sesuai dengan pendapat Budiyono dapat dibuktikan pada kalimat “Saya heran sekali. Mengapa seorang terpelajar lulusan Nederland yang mendapat gaji besar, fasilitas rumah dinas, dan bahkan kereta angin bisa bertindak melawan ordeneming.” Pada kalimat tersebut terlihat dari ucapan kepala polisi yang menangkapnya. Tan memperjuangkan rakyat Hindia. Meskipun mendapatkan fasilitas lengkap sebagai guru di sekolah ordeneming. Tidak menyurutkan Tan untuk memperjuangkan rakyat dan melakukan perlawanan. Meskipun akhirnya ditangkap oleh polisi.
- Bentuk heroisme “Keberanian” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.
“Tuan telah menentang bahaya dengan menyadarkan kami. Orang sebaik Tuan tak patut masuk penjara,” seseorang yang ku ketahui adalah Bangun menyela, kuli yang kehilangan anak karena wabah penyakit muntaber itu. (Tan/hlm 195/KB04)
Pada data di atas unsur keberanian yang terdapat dalam kutipan di atas yang sesuai dengan pendapat Rasyid dan dapat dibuktikan pada kalimat “Tuan telah menentang bahaya dengan menyadarkan kami. Orang sebaik Tuan tak patut masuk penjara.” Pada kalimat tersebut terbukti yang diucapkan Bangun, bahwa Tan adalah sosok pemberani membela kaum kromo. Tan tidak peduli meskipun bahaya senantiasa membayanginya. Yang terpinting adalah kemerdekaan bagi rakyat Hindia.
Faktor yang melatar belakangi tindakan heroisme tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja:
- Faktor yang melatar belakangi “Rela Berkorban” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.
Faktor tuntutan yang mengakibatkan munculnya tindakan heroisme tokoh utama Tan untuk rela berkorban segala sesuatu agar bangsa Hindia mendapatkan hak yang sama seperti para orang-orang Belanda. Seperti pada data (1) dan (2) Tan gagal dalam ujian mengajar, mendapatkan tagihan hutang dari NIOS yang melanggar kesepakan awal, dan Tan harus merelakan untuk melepas keinginannya menjadi guru kepala. Dikarenakan Tan sering melakukan kritik dan menuntut pada pemerintah Belanda. Sehingga pergerakannya pribadi maupun secara organisasi dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah Belanda. Tidak tanggung-tanggung Tan dan PPHN dianggap kelompok yang tidak tau balas budi dan meragukan itikad baik Sri Ratu yang akan memberikan pemerintahan Otonom ke Hindia.
- Faktor yang melatar belakangi “Nasionalisme” tokoh utama dalam novel Tan karya Hendri Teja.