Memelukmu adalah mimpi.
Menggenggammu adalah imajinasi.
Mencintaimu adalah diam.
Lantas hadirmu itu apa?
Kau benar-benar ada
Atau aku yang sudah tiada
Huft serumit inikah mecintaimu.
Harus menjadi bilangan pecahan yang terabagi-bagi.
Harus menjadi hujan yang terus menetes.
Harus menjadi malam yang terus hening
Aku harap kau membaca puisiku ini.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!