Mohon tunggu...
Mochamad Asryl Aziz
Mochamad Asryl Aziz Mohon Tunggu... Relawan - Aparatur Sipil Negara

“Daun yang jatuh takkan pernah membenci angin” -- tere-liye

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Puncak Rante Mario Mt. Latimojong 3.443 Mdpl - Day 1

12 Mei 2020   01:13 Diperbarui: 6 Februari 2021   20:10 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kami pun sempat tertidur sejenak sebelum akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju desa angin-angin, desa yang akan menjadi starting point kami saat mendaki nanti, berbeda dengan pendaki pada umumnya yang menggunakan jalur umum di desa karangan. 

dokpri
dokpri

Waktu menunjukkan pukul 2 Siang,  kamipun memutuskan untuk berangkat. tak lupa kami berdoa bersama demi keselamatan kami diperjalanan. satu per satu kami pun berangkat, waw luar biasa jalanan yang kami tuju langsung nanjak ,sampai-sampai beberapa motor kawan kami tak bisa nanjak sehingga ada beberapa kawan kami yang harus jalan kaki, ini baru permulaan masih menggunakan kendaraan, bagaimana nanti pada saat pendakian, sudah tidak ada kendaraan lagi hanya mengandalkan tumpuan kaki, "khayalku".

kami pun menunggu satu sama lain, ada satu teman kami yang tertinggal jauh dibelakang, akhirnya kami memutuskan untuk menunggunya, kabut tipispun mulai turun, sembari mencari sinyal dan melihat pemandangan sekitar, untuk dijadikan bukti dokumentasi.

akhirnya kami pun berangkat beriringan karena jalanan sudah cukup landai, namun dalam perjalanan kami terhalang oleh blokade jalan yang masih baru diperbaiki sehingga kami harus menggunakan jalur kebun kopi yang sempit, licin dan terjal, sungguh melelahkan tapi menyenangkan. waktu kami terbuang lama karena harus melewati jalur ini.

akhirnya kami pun kemalaman. Perjuangan kami belum cukup selesai sampai disini, ternyata perjalan ke dusun angin-angin masih jauh dan masih harus mendaki lagi," what a unbelivable journey that i never felt before".

sekitar pukul 9 malam barulah kami sampai di rumah ambo (Sebutan orang tua laki-laki), salah satu rumah warga didusun angin-angin yang biasanya disinggahi para pendaki sebelum mendaki, yah bisa dibilang sudah menjadi 

basecamp lah bagi para pendaki yang melewati dusun angin-angin.Dinginnya udara malam sudah mulai terasa, kabut pun sudah cukup tebal menghalangi pandangan kami, sehingga kami hanya melihat apa yang ada disekitar kami. sesampainya dirumah ambo ternyata sudah ada beberapa pendaki yang sampai duluan dari kami dan beristirahat dulu sebelum kami memulai pendakian esok hari.

dalam kesederhanaan kami saling bercengkrama dalam ruangan kecil yang dipenuhi dengan bendera, coretan serta foto para pendaki yang sudah pernah kesini, kami pun disuguhi kopi hangat lagi oleh indo (Sebutan orang tua perempuan), kami pun juga mempersiapkan makan malam sendiri.

seusai makan malam kami pun lanjut bercengkrama dan bercanda hingga tak terasa malam sudah larut menunjukkan pukul 11 malam, dingin pun semakin mencekam kami pun sudah lelah dan tertidur. (Bersambung...)

Rumah Ambo Dusun Angin-Angin
Rumah Ambo Dusun Angin-Angin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun