Mohon tunggu...
MOCHAMMAD NUR
MOCHAMMAD NUR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mekanikal Enginering

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Penanganan Kasus Bullying Melalui Pendidikan Karakter Mulai dari Sekolah Dasar

17 Mei 2023   09:28 Diperbarui: 17 Mei 2023   09:40 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak

Kasus bullying banyak terjadi di Indonesia yang mana melibatkan siswa sekolah terutama yang sering terjadi adalah pada siswa Sekolah Dasar (SD).Banyak sebab dan alasan peserta didik melakukan perilaku Bullying di sekolah. Pada masa sekolah dasar (SD), anak-anak berada pada tahap awal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Di usia ini, mereka masih memiliki banyak waktu luang di rumah dan sering menghabiskan waktu dengan menonton tayangan televisi dan konten-konten lainnya. 

Namun, tidak semua konten yang mereka konsumsi di televisi mendidik, bahkan banyak yang kurang mendidik namun digemari oleh mereka. Hal ini dapat mempengaruhi pola pikir anak dan berpotensi menimbulkan kemerosotan moral pada mereka. Anak-anak pada usia SD cenderung meniru atau mengimitasi apa yang mereka lihat di sekitarnya, termasuk tayangan di televisi tanpa mempertimbangkan nilai baik dan buruknya. Dengan demikian, pengaruh negatif dari konten yang mereka saksikan dapat mempengaruhi perilaku mereka, termasuk mungkin berperilaku negatif seperti perundungan atau bullying. 

Oleh karena itu, penting untuk Melaksanakan pembentukan karakter sejak usia dini pada anak-anak dapat mengurangi insiden perundungan, terutama di tingkat sekolah dasar. Pendidikan karakter memiliki peranan yang signifikan dalam memperbaiki moralitas anak-anak. Dengan memulai pendidikan karakter sejak dini, diharapkan dapat menghasilkan generasi bangsa yang berakhlak mulia, memiliki kemampuan yang kompeten, dan memiliki harga diri yang tinggi..

Kata Kunci: Bullying,Sekolah Dasar,Karakter

Abstract

Cases of bullying occur a lot in Indonesia which involve school students, especially elementary school (SD) students. There are many reasons and reasons for students to engage in bullying behavior at school. During elementary school (SD), children are in the early stages of adjusting to their surroundings. At this age, they still have a lot of free time at home and often spend time watching television shows and other content. However, not all of the content that they consume on television is educational, in fact, much of it is not educational but is liked by them. This can affect the mindset of children and has the potential to cause moral decline in them. 

Children at elementary school age tend to imitate or imitate what they see around them, including shows on television without considering good and bad values. Thus, the negative influence of the content they watch can influence their behavior, including perhaps negative behavior such as bullying or bullying. Therefore, it is important to carry out character building from an early age in children to reduce incidents of bullying, especially at the elementary school level. 

Character education has a significant role in improving children's morality. By starting character education from an early age, it is hoped that it will produce generations of people who have noble character, have competent abilities, and have high self-esteem.

Keywords : Bullying,Elementary School,Character

 

PENDAHULUAN

Kasus bullying pada anak-anak usia dini juga perlu mendapatkan perhatian yang serius. Anak-anak usia dini yang menjadi korban bullying bisa mengalami dampak jangka panjang pada kesehatan mental dan sosial mereka. Selain itu, anak-anak usia dini yang melakukan bullying perlu mendapatkan pendampingan dan pengasuhan yang baik agar tidak terus melanjutkan perilaku tersebut di masa yang akan datang. Oleh karena itu, peran orang tua dan pengajar sangat penting dalam mencegah dan mengatasi kasus bullying pada anak usia dini. (Sari, 2017).

Bullying memiliki dampak yang sangat berbahaya baik bagi pelaku maupun korban. Pelaku akan memiliki sifat yang kasar dan merasa memiliki kekuasaan, sementara korban bullying akan merasa cemas dan mungkin mengalami depresi yang parah dan bahkan dapat berujung pada tindakan bunuh diri. 

Korban bullying seringkali terpengaruh oleh tindakan yang pernah diterima, dan mungkin dimasa yang akan datang akan melakukan perbuatan balas dendam pada pelaku dengan cara yang diluar batas. Terkadang, korban bullying bahkan dapat menjadi pelaku pembullyan pada orang lain. Oleh karena itu, tindakan bullying harus dihindari dan diberantas sepenuhnya. (Kusuma, 2016) yang disitasi oleh (Sari, 2017).

Pendidikan karakter sejak SD dapat menjadi salah satu upaya penanganan kasus bullying di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam kurikulum pendidikan. Dengan cara ini, siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya sikap saling menghargai, saling menghormati, dan berempati pada orang lain.

Selain itu, pendidikan karakter juga dapat dilakukan melalui pengajaran tentang cara mengatasi konflik secara sehat dan non-kekerasan. Siswa dapat diajarkan cara menyelesaikan masalah secara bijak dan damai tanpa perlu menggunakan kekerasan atau tindakan bullying. Hal ini dapat membantu siswa memperoleh keterampilan sosial yang baik dan memperkuat kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan baik.

Dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah dasar, siswa akan terbiasa dengan nilai-nilai karakter yang baik dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan kasus bullying dapat dikurangi secara signifikan di sekolah dan lingkungan sekitarnya.(Rahayu & Permana, 2019)

Dalam era digital saat ini, anak-anak jarang terlihat bermain permainan tradisional. Padahal, permainan tradisional memiliki manfaat dalam memupuk rasa persaudaraan, keakraban, dan kreativitas anak-anak. Anak-anak saat ini cenderung terintegrasi dengan teknologi, seperti gadget dan video game. 

Anak-anak di era digital menghabiskan banyak waktu untuk menggunakan media setiap harinya, seperti menonton televisi selama 3 jam di hari sekolah dan 7,4 jam pada hari libur, serta bermain internet rata-rata 2,1 jam. Maaka dari itu penting bagi orang tua dan guru untuk bekerja sama dalam pengasuhan digital atau digital parenting. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan bersama antara guru dan orang tua.(Putri, 2018).

 Mengatur waktu penggunaan media: Guru dan orang tua perlu bekerjasama dalam mengatur waktu yang dihabiskan anak-anak untuk menggunakan gadget, menonton televisi, atau bermain video game. Penting untuk menetapkan batasan waktu yang wajar agar anak-anak tetap memiliki waktu untuk bermain permainan tradisional atau melakukan kegiatan fisik dan sosial lainnya.

Mengawasi konten yang diakses: Guru dan orang tua perlu mengawasi konten yang diakses oleh anak-anak di media digital. Pastikan konten yang diakses sesuai dengan usia dan nilai-nilai yang diinginkan, serta menghindari konten yang berpotensi berbahaya atau tidak sesuai.

Mendorong bermain permainan tradisional: Guru dan orang tua dapat merangsang minat anak-anak untuk bermain permainan tradisional. Mengenalkan mereka pada permainan-permainan tradisional lokal yang memupuk rasa persaudaraan, keakraban, dan kreativitas dapat menjadi alternatif yang baik untuk mengurangi ketergantungan anak-anak pada teknologi.

Mengajarkan etika digital: Guru dan orang tua perlu mengajarkan etika digital kepada anak-anak, seperti pentingnya berkomunikasi secara sopan dan bertanggung jawab di dunia maya, menghindari perilaku cyberbullying, serta menjaga privasi dan keamanan data pribadi.

Berkomunikasi aktif orang tua dan guru harus berkomunikasi yang aktif dengan anak-anak tentang penggunaan media digital. Mendengarkan dan memahami perspektif anak-anak, serta memberikan arahan yang tepat tentang penggunaan yang bijaksana dan bertanggung jawab terhadap teknologi.

Menjadi contoh yang baik: Guru dan orang tua harus menjadi contoh yang baik dalam penggunaan media digital. Menggunakan teknologi dengan bijaksana, tidak terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar, serta menunjukkan perilaku yang positif dan bertanggung jawab dalam penggunaan media digital.

Bullying yang berlangsung secara berkelanjutan selama minimal 6 bulan bisa menjadi salah satu tanda gangguan perilaku, tetapi seorang anak baru akan didiagnosis mengalami gangguan perilaku. Perilaku bullying sering kali juga berkaitan dengan abnormalitas perilaku lainnya pada anak. Anak masih dianggap normal jika melakukan perbuatan bullying dalam frekuensi rendah, tetapi jika perilaku ini berlanjut secara terus-menerus, perlu diwaspaadai adanya indikasi tindakan keabnormalitasan pada anak tersebut.(Nitte dkk., 2022)

Berdasarkan data wawancara pada saat sosialisasi, peneliti tertarik untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembuliyan yang terjadi di SDN Bangelan 04.Jadi penting untuk diingat bahwa dampak yang sangat menonjol ketika seorang anak mulai berani membuli temannya sendiri sangat perlu untuk meakukan pengasuhan digital atau digital parenting harus dilakukan secara kolaboratif antara guru dan orang tua. Dengan kerjasama yang baik, kita dapat membantu anak-anak mengembangkan hubungan yang sehat dengan teknologi, memahami dampaknya, serta menggunakan media digital secara bijaksana dan bertanggung jawab.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan meode deskriptif kualitatif untuk memahami pengalaman hidup manusia dengan menekankan nilai-nilai subjektif yang disampaikan oleh partisipan. Metode kualitatif memungkinkan analisis yang tajam secara objektif .Partisipan dalam penelitian ini adalah pihak sekolah atau komunitas yang terkait dengan SD Negeri 04 Bangelan.

Setelah data terkumpul, dilakukan reduksi data dengan mengambil pernyataan yang sesuai dengan tujuan khusus penelitian. Kemudian, pernyataan-pernyataan tersebut diberi penanda sebagai kata kunci sehingga dapat dibentuk menjadi kategori dan tema. Selanjutnya, dilakukan penyusunan hasil dalam bentuk teks naratif dan disajikan dalam skema untuk memudahkan pembacaan dan pemahaman hasil penelitian. (Djakit Prihartono & Sintia Hastuti, t.t.)

Untuk mendapatkan data yang diperlukan terkait dengan masalah penelitian, lokasi penelitian dipilih di SDN Bangelan 4, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, pada tanggal 06 Maret 2023.Alasan saya melakukan sosialisasi tentang bulying pada SDN ini seringnya terjadi bullying sesama teman sebaya pada jenjang sekolah dasar.

PEMBAHASAN

 Mengenai faktor yang mempengaruhi perilaku bullying di SDN Bangelan 04 sangat relevan untuk mengidentifikasi penyebab dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Penting untuk melibatkan baik guru maupun orang tua dalam pengasuhan digital atau digital parenting, karena dengan kerjasama yang baik, kita dapat membantu anak-anak mengembangkan pemahaman yang sehat terhadap teknologi dan media digital, serta mengajarkan mereka penggunaan yang bijaksana dan bertanggung jawab.

Bullying dapat diartikan sebagai tindakan negatif yang dilakukan oleh satu orang atau lebih secara berulang yang memiliki unsur-unsur seperti keinginan untuk menyakiti, tindakan negatif, ketidakseimbangan kekuatan, repetisi, dan kesenangan yang dirasakan oleh pelaku, serta menimbulkan rasa tertekan pada korban. Dalam bullying, kekuatan yang digunakan tidak hanya fisik semata, tetapi bisa juga berupa kekuatan verbal, psikologis, atau sosial.(t.t.)

Oleh karena itu, analisis faktor yang mempengaruhi perilaku bullying di SDN Bangelan 04 dapat memberikan wawasan yang berharga dalam memahami penyebab perilaku ini terjadi. Dampak yang signifikan ketika seorang anak mulai melakukan bullying terhadap teman sebaya perlu diwaspadai, dan penting untuk melibatkan guru dan orang tua dalam pengasuhan digital atau digital parenting untuk membantu anak-anak mengembangkan hubungan yang sehat dengan teknologi serta menghindari perilaku bullying dan penggunaan media digital yang tidak bertanggung jawab.(t.t.)  

Pengasuhan digital atau digital parenting adalah tanggung jawab bersama antara guru dan orang tua. Kolaborasi yang baik antara kedua belah pihak dapat memberikan pengaruh yang positif bagi anak-anak dalam menghadapi penggunaan teknologi dan media digital. Beberapa alasan mengapa kerjasama antara guru dan orang tua dalam pengasuhan digital sangat penting adalah:

Pengaturan aturan yang konsisten: Guru dan orang tua dapat bekerja sama untuk membuat aturan dan batasan yang konsisten terkait penggunaan teknologi dan media digital. Misalnya, mereka dapat menyepakati waktu layanan online yang diizinkan, konten yang boleh diakses, dan batasan-batasan lain yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Dengan aturan yang konsisten, anak-anak akan belajar memahami batasan yang ada dan menggunakannya secara bertanggung jawab.

Pendidikan tentang risiko digital: Guru dan orang tua dapat bekerja sama untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak tentang risiko yang terkait dengan penggunaan teknologi dan media digital, seperti privasi online, penipuan online, kekerasan digital, dan cyberbullying. Dengan pengetahuan ini, anak-anak akan menjadi lebih sadar dan cerdas dalam menghadapi tantangan yang mungkin muncul dalam penggunaan teknologi.

Pemantauan aktif: Guru dan orang tua dapat berkolaborasi untuk memantau aktivitas online anak-anak secara aktif. Mereka dapat saling memberikan informasi tentang perilaku anak-anak di dunia maya, baik di sekolah maupun di rumah, dan saling bertukar pengalaman untuk membantu anak-anak menghindari risiko dan memperoleh pengalaman online yang positif.

Komunikasi terbuka: Guru dan orang tua dapat berkomunikasi secara terbuka tentang pengalaman dan tantangan yang dihadapi anak-anak dalam penggunaan teknologi. Mereka dapat saling mendukung dan berbagi saran untuk mengatasi masalah yang muncul, serta membahas isu-isu yang relevan seperti kecanduan teknologi, penyalahgunaan media sosial, atau eksposur terhadap konten yang tidak pantas.

Peran model: Guru dan orang tua juga dapat berperan sebagai model yang baik dalam penggunaan teknologi. Dengan menunjukkan perilaku yang bijaksana dan bertanggung jawab dalam penggunaan teknologi, mereka dapat mengilhami anak-anak untuk mengadopsi perilaku yang sama.

Dengan kerjasama yang baik antara guru dan orang tua dalam pengasuhan digital, anak-anak akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana menggunakan teknologi secara bijaksana, menghindari risiko digital, dan mengembangkan hubungan yang sehat dengan teknologi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

SIMPULAN

Dalam mengatasi perilaku bullying di SDN Bangelan 04, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut sangat relevan untuk mengidentifikasi penyebab dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Penting untuk melibatkan baik guru maupun orang tua dalam pengasuhan digital atau digital parenting, karena dengan kerjasama yang baik antara kedua belah pihak, kita dapat membantu anak-anak mengembangkan pemahaman yang sehat terhadap teknologi dan media digital, serta mengajarkan mereka penggunaan yang bijaksana dan bertanggung jawab.

Kolaborasi antara guru dan orang tua dalam pengasuhan digital memiliki beberapa manfaat, antara lain pengaturan aturan yang konsisten terkait penggunaan teknologi, pendidikan tentang risiko digital, pemantauan aktif terhadap aktivitas online anak-anak, komunikasi terbuka tentang pengalaman dan tantangan yang dihadapi anak-anak, serta menjadi contoh perilaku yang baik dalam penggunaan teknologi. 

Dengan kerjasama yang baik, anak-anak akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan teknologi yang bijaksana, menghindari risiko digital, dan mengembangkan hubungan yang sehat dengan teknologi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Penting untuk diingat bahwa perilaku bullying yang berlangsung secara terus-menerus selama minimal 6 bulan bisa menjadi indikasi adanya gangguan perilaku (conduct disorder), dan perlu diwaspadai sebagai indikasi adanya keabnormalitasan pada anak tersebut. Oleh karena itu, analisis faktor yang mempengaruhi perilaku bullying di SDN Bangelan 04 dapat memberikan wawasan yang berharga dalam memahami penyebab perilaku ini terjadi, dan langkah-langkah pencegahan yang tepat dapat diambil dengan melibatkan baik guru maupun orang tua dalam pengasuhan digital atau digital parenting.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Djakit Prihartono, & Sintia Hastuti. (t.t.). SOSIALISASI PENYULUHAN STOP BULLYING DI SD NEGERI 02  LENGKONG WETAN SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN. 2019.

Nitte, Y. M., Rafael, A. M. D., Bulu, V. R., & Benu, A. Y. (2022). SOSIALISASI RESOLUSI KONFLIK DAN PELATIHAN PENCEGAHAN PERILAKU BULLYING DI SD INPRES SIKUMANA 2 KOTA KUPANG. 2(1).

Nurdiana Ahmad *, Abd. Aziz Muslimin, & Syarifuddin Cn. Sida. (t.t.). Analisis Perilaku Bullying Antar Siswa Terhadap Pembentukan Karakter  Siswa di Sekolah Dasar Negeri Sangir Kecamatan Wajo Kota Makassar  Sulawesi Selatan. 2020.

Putri, D. P. (2018). Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar Di Era Digital. AR-RIAYAH: Jurnal Pendidikan Dasar, 2(1), 37. https://doi.org/10.29240/jpd.v2i1.439

Rahayu, B. A., & Permana, I. (2019). Bullying di Sekolah: Kurangnya Empati Pelaku Bullying dan Pencegahan. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(3), 237. https://doi.org/10.26714/jkj.7.3.2019.237-246

Sari, E. P. (2017). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN SYIAH KUALA BANDA ACEH. 3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun