siapa itu Lao Tzu?
Lao Tzu (atau Laozi) adalah seorang filsuf dan penulis klasik Tiongkok yang sering dianggap sebagai pendiri aliran Daoisme (Taoisme). Ia hidup pada abad ke-6 atau ke-5 SM, meskipun ada beberapa perdebatan tentang waktu dan keberadaannya. Lao Tzu terkenal karena karya terkenalnya, "Dao De Jing" (Tao Te Ching), yang berisi ajaran tentang hidup yang sederhana, alami, dan harmoni dengan Dao (Tao), yaitu "Jalan" atau "Prinsip Alam Semesta" dalam filosofi Tiongkok.
Lao Tzu mengajarkan pentingnya Wu Wei (tanpa usaha yang berlebihan), yaitu prinsip bertindak dengan cara yang alami dan tidak memaksakan kehendak. Ia mengajarkan bahwa seseorang sebaiknya hidup selaras dengan alam, mengikuti aliran kehidupan yang alami dan tidak melawan takdir.
Beberapa konsep penting dalam ajaran Lao Tzu adalah:
- Dao (Tao): Prinsip atau kekuatan yang mengatur alam semesta.
- Wu Wei: Konsep bertindak tanpa usaha berlebihan atau paksaan.
- Simplicity: Menghargai kesederhanaan dan menghindari keterikatan pada materi.
Lao Tzu diyakini sebagai tokoh yang sangat berpengaruh dalam pengembangan filosofi Tiongkok dan spiritualitas Timur, dan ajaran-ajarannya tetap relevan hingga saat ini.
Kepemimpinan menurut Lao Tzu sangat berfokus pada prinsip Dao(Tao) dan Wu Wei, yang mengajarkan pemimpin untuk mengarahkan dengan cara yang alami, bijaksana, dan tidak memaksakan kehendak. Dalam ajaran Lao Tzu, pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang rendah hati, bijaksana, dan mampu menciptakan keseimbangan serta keharmonisan, baik dalam diri mereka sendiri maupun dalam hubungan mereka dengan orang lain.
Berikut adalah beberapa prinsip utama kepemimpinan yang dapat diambil dari ajaran Lao Tzu:
 1. Pemimpin sebagai Pembimbing, Bukan Penguasa
 Lao Tzu percaya bahwa seorang pemimpin harus bertindak lebih sebagai pembimbing daripada sebagai penguasa yang memerintah dengan keras. Pemimpin yang bijaksana mengarahkan orang-orang mereka dengan memberikan contoh dan inspirasi, bukan dengan paksaan atau kekuasaan yang otoriter. Dalam Dao De Jing (Tao Te Ching), Lao Tzu menekankan pentingnya memimpin dengan kelembutan dan kebijaksanaan:
  - "Pemimpin terbaik adalah yang orang-orangnya tidak tahu mereka dipimpin."
  - "Pemimpin yang baik tidak berkata-kata keras, tetapi tetap berhasil membawa orang-orangnya ke tujuan."
2. Wu Wei (Tindakan Tanpa Paksaan)
  Salah satu konsep penting dalam kepemimpinan Lao Tzu adalah Wu Wei, yang berarti bertindak tanpa paksaan atau usaha yang berlebihan. Pemimpin yang baik harus tahu kapan harus bertindak dan kapan harus membiarkan keadaan berjalan dengan sendirinya, tidak memaksakan kehendak. Ini berarti bahwa seorang pemimpin seharusnya tidak memaksakan keputusan atau kebijakan yang bertentangan dengan alur alami atau melawan kehendak orang-orang yang dipimpin.
  - "Tindakan tanpa usaha" ini bisa berarti memberi kebebasan kepada bawahannya untuk berkembang dan berkontribusi dengan cara mereka sendiri.
3. Kepemimpinan Berdasarkan Contoh
  Lao Tzu mengajarkan bahwa pemimpin yang baik harus memimpin dengan memberi contoh. Seorang pemimpin tidak hanya memberi instruksi atau perintah, tetapi menunjukkan cara yang benar melalui tindakan mereka. Dengan demikian, mereka akan menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak mereka.
  - "Jika Anda ingin memimpin orang, Anda harus menunjukkan jalan."
 Â
4. Keseimbangan dan Keharmonisan
  Kepemimpinan dalam pandangan Lao Tzu juga melibatkan menciptakan keseimbangan dan keharmonisan dalam tim atau masyarakat. Seorang pemimpin harus mampu menjaga keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan, antara kerja keras dan istirahat, antara memberi dan menerima. Keharmonisan ini menciptakan suasana yang mendukung bagi semua orang untuk berkembang dan bekerja bersama secara produktif
  - "Keberanian dan kelembutan, kekuatan dan kelemahan, adalah dua sisi dari satu koin."
5. Kepemimpinan yang Bersahaja
  Lao Tzu juga menekankan kepemimpinan yang sederhana dan tidak mencolok. Pemimpin yang baik tidak mencari perhatian atau kemuliaan pribadi, tetapi lebih fokus pada kesejahteraan orang-orang yang mereka pimpin. Kesederhanaan ini menciptakan rasa percaya diri dan ketenangan di antara pengikut mereka.
  - "Kepemimpinan yang hebat tidak memerlukan banyak kata-kata."
6. Kekuatan dalam Kerendahan Hati
  Lao Tzu mengajarkan bahwa kekuatan yang sejati datang dari kerendahan hati. Seorang pemimpin yang rendah hati tidak sombong atau merasa superior, tetapi lebih terbuka untuk belajar dari orang lain dan menerima masukan. Dengan kerendahan hati, seorang pemimpin dapat lebih efektif membimbing dan melayani orang-orang di bawahnya.
7. Menciptakan Kepercayaan dan Tanggung Jawab
  Seorang pemimpin dalam pandangan Lao Tzu harus mampu membangun rasa kepercayaan di antara anggota tim atau masyarakat. Pemimpin yang bijaksana akan membiarkan orang-orang mereka merasa bertanggung jawab terhadap tugas dan tujuan yang ada, bukan dengan mengontrol atau mengekang mereka.
Kepemimpinan menurut Lao Tzu lebih kepada gaya kepemimpinan yang alami, berbasis kebijaksanaan, dan bertindak tanpa paksaan. Pemimpin yang baik, menurut Lao Tzu, adalah seseorang yang tahu kapan harus memberi arahan dan kapan harus membiarkan orang lain mengambil inisiatif. Pemimpin tersebut tidak hanya berbicara tentang nilai-nilai dan tujuan, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai tersebut dalam setiap tindakan mereka.
Inti ajaran kepemimpinan Lao Tzu adalah bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menciptakan harmoni, memberi contoh, bertindak dengan bijaksana, dan tidak memaksakan kehendak.
1. Dao (Tao) - Jalan Alam Semesta
  - Dao(atau Tao) adalah prinsip dasar yang mengatur alam semesta, yang meliputi segala sesuatu---dari alam, manusia, hingga kehidupan sehari-hari. Menurut Lao Tzu, hidup dalam harmoni berarti mengikuti Dao, yaitu berjalan seiring dengan alur alami kehidupan dan tidak melawan atau memaksakan kehendak.
  - "Dao yang bisa diungkapkan bukanlah Dao yang abadi."--- Ini menunjukkan bahwa Dao adalah kekuatan tak terungkapkan yang lebih besar dan lebih mendalam daripada apa yang bisa dijelaskan dengan kata-kata.
  - Konsep ini mengajarkan bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan ritme alam semesta yang alami, dan kita seharusnya tidak melawan atau memaksakan kehendak kita dengan cara yang tidak alami atau tidak selaras dengan alam.
2. Wu Wei - Tindakan Tanpa Paksaan
  - Salah satu ajaran kunci dalam hidup harmoni menurut Lao Tzu adalah Wu Wei, yang dapat diterjemahkan sebagai "tindakan tanpa usaha" atau "berbuat tanpa paksaan". Konsep ini mengajarkan agar kita bertindak secara alami dan tidak memaksakan kehendak kita. Pemikiran ini berkaitan dengan prinsip bahwa segala sesuatu seharusnya dilakukan sesuai dengan aliran alami, bukan dengan paksaan atau usaha berlebihan.
  - Wu Wei bukan berarti tidak bertindak sama sekali, tetapi bertindak dengan cara yang mengalir alami, tanpa pertentangan atau perlawanan yang berlebihan. Ini mengajarkan kita untuk bergerak dengan mudah dan selaras dengan situasi yang ada.
3. Keseimbangan dan Harmoni
  - Lao Tzu sangat menekankan pentingnya keseimbangan dalam hidup. Dalam pandangannya, alam semesta berfungsi dengan keseimbangan antara kutub-kutub yang berlawanan, seperti yin dan yang. Kehidupan yang harmonis tercipta ketika kita mampu menerima dualitas dan menjaga keseimbangan antara elemen-elemen yang berbeda dalam hidup kita.
  - "Sederhana dan alami." --- Ajaran ini menekankan bahwa dalam hidup kita harus menyederhanakan keinginan dan tindakan kita, menghindari kerumitan yang tidak perlu, dan menghargai kedamaian yang datang dari keseimbangan dan kesederhanaan.
  - Harmoni dalam hidup berarti tidak berlebihan dalam apapun, baik dalam hal ambisi, kekuasaan, atau bahkan kesenangan pribadi. Dalam keseimbangan, kita menemukan kedamaian batin dan kebahagiaan yang lebih sejati.
4. Kerendahan Hati
  - Dalam ajaran Lao Tzu, kerendahan hati adalah kualitas penting yang mendukung hidup dalam harmoni. Seorang individu yang rendah hati tidak merasa superior atau terlalu bangga dengan pencapaiannya. Ia menerima dan menghormati keterbatasannya, serta menghargai semua hal dengan rasa syukur.
  - "Yang paling kuat adalah yang paling lembut." --- Lao Tzu mengajarkan bahwa kekuatan sejati terletak pada kelembutan, kerendahan hati, dan penerimaan terhadap keadaan, bukannya dalam kekerasan atau dominasi. Sifat yang lembut dapat lebih bertahan dan lebih efektif dalam jangka panjang.
5. Menghargai Alam
  - Lao Tzu mengajarkan bahwa hidup dalam harmoni juga berarti menghargai alam dan segala bentuk kehidupan. Alam adalah contoh sempurna dari prinsip Dao, yang bekerja dengan cara yang tidak terpaksa dan alami. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk hidup dalam keseimbangan dengan alam dan tidak mengeksploitasi atau merusak lingkungan yang ada.
  - Kehidupan yang harmonis melibatkan kehidupan yang saling berhubungan dengan alam, tanpa merusak atau mengganggu keseimbangannya.
6. Simplicity (Kesederhanaan)
  - Lao Tzu menekankan pentingnya kesederhanaan dalam hidup. Kehidupan yang sederhana, tidak terikat oleh keinginan yang berlebihan atau ambisi yang tidak realistis, menciptakan keseimbangan batin dan kedamaian.
  - "Sederhana adalah kebijaksanaan yang terbesar." --- Kesederhanaan mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup dan menghindari hal-hal yang dapat mengganggu kedamaian batin kita.
7. Tidak Terlalu Ambisius
  - Ajaran Lao Tzu mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam keinginan yang berlebihan atau ambisi yang tidak realistis. Terlalu banyak keinginan atau obsesi terhadap materi dapat menciptakan ketidakharmonisan dalam hidup. Kehidupan yang seimbang adalah kehidupan yang lebih mengutamakan kedamaian batin, hubungan yang sehat, dan hidup selaras dengan alam.
Doktrin hidup harmoni menurut Lao Tzu menekankan hidup yang selaras dengan alam, dengan mengikuti prinsip Dao dan berlatih Wu Wei (tindakan tanpa paksaan). Harmoni dalam hidup tercapai dengan mengutamakan kesederhanaan, kerendahan hati, keseimbangan antara kutub-kutub yang berlawanan, serta menghargai alam dan kehidupan yang alami.Â
Dalam pandangan Lao Tzu, hidup yang harmonis adalah hidup yang tidak memaksakan kehendak, menerima kenyataan, dan bergerak dengan aliran alam yang tidak terpaksa.
Bagaimana gaya kepemimpinan Lao Tzu?
Gaya kepemimpinan Lao Tzu sangat berbeda dari pendekatan kepemimpinan tradisional yang sering mengutamakan kekuasaan dan kontrol. Gaya kepemimpinan Lao Tzu, yang tercermin dalam ajaran-ajarannya dalam Daoism (Taoisme), berfokus pada prinsip Dao (Jalan) dan Wu Wei (Tindakan tanpa paksaan). Berikut adalah beberapa ciri utama gaya kepemimpinan menurut Lao Tzu:
 1. Kepemimpinan dengan Kelembutan dan Ketegasan
  - Lao Tzu percaya bahwa kekuatan sejati seorang pemimpin berasal dari kelembutan dan kemampuan untuk mengendalikan diri, bukan dari kekerasan atau dominasi. Dalam ajarannya, ia menggambarkan bahwa kekuatan lembut adalah yang paling kuat.
  - "Yang paling kuat adalah yang paling lembut."--- Dalam hal ini, Lao Tzu menekankan pentingnya kelembutan dan kerendahan hati dalam kepemimpinan. Pemimpin yang ideal tidak perlu menguasai atau menindas, tetapi mampu mengarahkan dengan cara yang penuh pengertian dan bijaksana.
2. Mengutamakan Wu Wei (Tindakan Tanpa Paksaan)
  - Konsep Wu Wei, atau "tindakan tanpa paksaan", adalah kunci dalam kepemimpinan Lao Tzu. Pemimpin yang baik, menurut Lao Tzu, adalah mereka yang tidak memaksakan kehendaknya atau mencoba untuk mengontrol segala sesuatu secara langsung, tetapi lebih pada membiarkan hal-hal mengalir secara alami dan hanya bertindak ketika diperlukan.
  - Pemimpin yang mengikuti prinsip Wu Wei tidak melakukan tindakan yang berlebihan atau terlalu dipaksakan, dan tidak mengintervensi ketika keadaan sedang berjalan dengan baik. Mereka lebih percaya untuk membiarkan orang-orang mereka berkembang secara alami dan memberikan kebebasan untuk berinovasi dan berinisiatif.
3. Pemimpin Sebagai Pembimbing dan Pelayanan, Bukan Penguasa
  - Lao Tzu berpendapat bahwa seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang lebih bertindak sebagai pembimbing, bukan penguasa Pemimpin yang baik tidak memaksakan kehendaknya, melainkan memberi contoh dan menunjukkan jalan.
  - "Pemimpin terbaik adalah yang orang-orangnya tidak tahu mereka dipimpin." --- Pemimpin yang ideal mengarahkan tanpa terlalu terlihat atau menyadari bahwa mereka memimpin. Mereka tidak perlu berbicara keras atau mendominasi, tetapi memberi kebebasan kepada orang-orang mereka untuk bertindak dengan cara mereka sendiri.
4. Menghargai Keseimbangan dan Harmoni
  - Kepemimpinan Lao Tzu sangat menekankan pentingnya keseimbangan dan harmoni. Pemimpin yang baik harus mampu menjaga keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan, baik dalam keputusan maupun dalam hubungan interpersonal. Dalam ajaran Lao Tzu, harmoni ini mencakup keseimbangan antara yin dan yang, dua kutub yang berlawanan tetapi saling melengkapi.
  - Pemimpin harus tahu kapan untuk bersikap lembut dan kapan untuk bersikap tegas. Keseimbangan ini juga berarti memahami kapan harus mengambil tindakan dan kapan harus menunggu atau membiarkan keadaan berjalan sendiri.
5. Kerendahan Hati dan Ketidakterikatan
  - Kerendahan hati adalah kualitas penting dalam kepemimpinan Lao Tzu. Seorang pemimpin yang baik tidak merasa superior atau terlalu percaya diri, tetapi mengakui keterbatasannya dan mengedepankan kepentingan bersama daripada ego pribadi. Lao Tzu mengajarkan bahwa kepemimpinan yang efektif berakar pada kesederhanaan dan ketidakterikatan pada kekuasaan atau materi.
  - "Pemimpin sejati tidak membutuhkan pujian atau pengakuan." --- Pemimpin yang sejati tidak mencari kemuliaan atau pengakuan atas kekuasaannya, tetapi lebih pada menciptakan perubahan yang positif dan harmonis di masyarakat atau organisasi yang dipimpinnya.
6. Menggunakan Keteguhan dengan Lembut
  - Lao Tzu percaya bahwa pemimpin harus menunjukkan keteguhan, tetapi dengan kelembutan. Ini berarti pemimpin harus memiliki visi yang jelas dan teguh dalam prinsip-prinsipnya, tetapi tetap terbuka dan fleksibel dalam cara mencapai tujuan tersebut. Mereka tidak menggunakan cara-cara keras atau konfrontatif, tetapi lebih memilih pendekatan yang halus dan penuh pengertian.
  - "Air yang lembut bisa menembus batu yang keras."--- Konsep ini menekankan bahwa kelembutan dan keteguhan dalam prinsip dapat lebih efektif daripada kekerasan dalam mencapai tujuan.
7. Menciptakan Kepercayaan dan Tanggung Jawab
  - Pemimpin menurut Lao Tzu harus mampu menciptakan kepercayaan dan tanggung jawab di antara orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang baik tidak mengontrol secara ketat, tetapi memberikan kebebasan dan tanggung jawab kepada orang-orang mereka untuk bertindak dengan cara yang baik.
  - Kepercayaan ini mengarah pada otonomi dan memungkinkan tim untuk berkembang dengan cara mereka sendiri, tanpa ketakutan akan intervensi yang berlebihan.
8. Menghargai Kealamian dan Menghindari Perubahan yang Tidak Perlu
  - Lao Tzu mengajarkan bahwa perubahan yang terjadi secara alami adalah yang terbaik. Pemimpin yang baik seharusnya tidak memaksakan perubahan atau reformasi yang tidak perlu, tetapi lebih pada membiarkan hal-hal berjalan secara organik. Hal ini juga berarti bahwa pemimpin seharusnya tidak mengubah sesuatu hanya untuk mendapatkan pengakuan atau keuntungan pribadi.
  - "Apa yang berada di bawah lebih kuat dari yang berada di atas." --- Ini menggambarkan filosofi Lao Tzu bahwa kekuatan sejati terletak pada kekuatan alam yang tidak terlihat, yang lebih tahan lama dan lebih efektif daripada kekuatan yang dipaksakan.
Kepemimpinan menurut Lao Tzu adalah kepemimpinan yang lebih bersifat bijaksana, lembut, dan alami, yang tidak memaksakan kehendaknya, tetapi lebih membimbing dan menciptakan harmoni.Â
Pemimpin yang ideal menurut Lao Tzu adalah seseorang yang tahu kapan harus bertindak dan kapan harus membiarkan keadaan berjalan dengan sendirinya, yang mampu menjaga keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan, dan yang berfokus pada kesejahteraan serta pengembangan orang-orang yang dipimpinnya.
Mengapa dengan kepemimpinan Lao Tzu di jaman nya?
Lao Tzu, yang dikenal sebagai tokoh utama dalam filosofi Taoisme, tidak secara langsung terlibat dalam kepemimpinan politik atau pemerintahan, tetapi ajaran-ajarannya tentang kepemimpinan banyak mempengaruhi cara pandang orang terhadap kepemimpinan pada masa itu dan bahkan hingga kini.Â
Dalam konteks kepemimpinan pada zamannya, Lao Tzu menekankan prinsip-prinsip yang sangat berbeda dengan pendekatan yang lebih umum pada waktu itu, seperti kepemimpinan yang otoriter atau kekuasaan yang keras.
Beberapa konsep utama dalam kepemimpinan menurut Lao Tzu adalah:
Menghargai Ketidakterlibatan (Wu Wei): Lao Tzu menganjurkan kepemimpinan yang lebih bersifat pasif, yaitu "wu wei" yang sering diterjemahkan sebagai "tidak melakukan apa-apa" atau "tindakan tanpa paksaan". Ia percaya bahwa pemimpin yang bijaksana sebaiknya tidak memaksakan kehendak atau kontrol berlebihan, melainkan memungkinkan keadaan mengalir dengan alami, memberi ruang bagi orang lain untuk berkembang dan bertindak.
Kepemimpinan yang Menjaga Keseimbangan: Lao Tzu mengajarkan pentingnya harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan dan pemerintahan. Seorang pemimpin sebaiknya menjaga keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan, ketegasan dan kebijaksanaan, agar rakyat dapat hidup dengan damai.
Sederhana dan Bijaksana: Lao Tzu juga mengajarkan pentingnya kesederhanaan dalam hidup dan kepemimpinan. Pemimpin yang bijaksana tidak perlu menggunakan kekuatan berlebihan atau hidup dalam kemewahan, tetapi lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar rakyat dan kebijaksanaan dalam bertindak.
Menghindari Ambisi Pribadi: Dalam pandangan Lao Tzu, seorang pemimpin sebaiknya tidak dipengaruhi oleh ambisi pribadi atau keinginan untuk mendapatkan kekayaan dan kekuasaan lebih. Kepemimpinan yang baik lebih berfokus pada kebaikan bersama dan pelayanan kepada masyarakat, bukan pada keuntungan pribadi.
Kepemimpinan yang Mengutamakan Ketulusan: Lao Tzu menekankan pentingnya integritas dan ketulusan dalam bertindak. Pemimpin yang baik harus bisa menjadi teladan yang baik bagi rakyatnya.
Meskipun Lao Tzu tidak terlibat dalam kepemimpinan politik pada zamannya, ajaran-ajaran ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana seorang pemimpin seharusnya bertindak dan berinteraksi dengan rakyatnya. Konsep-konsep ini masih relevan dalam diskusi tentang kepemimpinan yang efektif dan bijaksana di berbagai era, termasuk masa kini.
Daftar Pustaka:Lao Tzu. (2009). Tao Te Ching (Stephen Mitchell, Trans.). HarperOne.Â
Lao Tzu. (1997). Tao Te Ching (D.C. Lau, Trans.). Penguin Classics.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI