Mohon tunggu...
Mochammad Fahri Iqbal
Mochammad Fahri Iqbal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gaya Kepemimpinan Aristotle

8 Oktober 2024   12:04 Diperbarui: 8 Oktober 2024   12:11 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo

Siapa itu Aristotle?

Aristotle adalah seorang filsuf dan ilmuwan Yunani kuno yang hidup dari tahun 384 hingga 322 SM. Ia merupakan salah satu pemikir terpenting dalam sejarah pemikiran Barat dan murid Plato. Aristotle menulis banyak karya yang mencakup berbagai bidang, termasuk filsafat, logika, etika, politik, metafisika, biologi, dan seni. Aristoteles adalah salah satu filsuf  terbesar  dalam  sejarah.  Dia lahir  pada tahun  384 SM  di  Stagira, sebuah kota di Macedonia. Ayahnya adalah seorang dokter dan Aristoteles tumbuh dengan pendidikan yang kuat. Pada usia 17 tahun,   ia   pergi   ke   Athena   untuk belajar  di  Akademi  Plato.  Selama waktu  di  Akademi  Plato,  Aristoteles menjadi   murid   terbaik   Plato   dan menunjukkan   bakatnya   yang   luar biasa dalam berpikir dan menerapkan logika. Setelah kematian Plato pada tahun 347 SM, Aristoteles   meninggalkan   Akademi dan  menghabiskan  beberapa  waktu di berbagai tempat di Yunani.  Pada  tahun  336  SM, Aristoteles    diundang    oleh    Raja Makedonia,  Philip  II,  untuk  menjadi tutor putranya, Alexander the Great. Aristoteles menjadi mentor Alexander dan memberinya pengetahuan tentang logika, retorika,  moralitas,  dan  ilmu-ilmu lainnya. Setelah kematian Alexander pada   tahun   323   SM,   Aristoteles kembali  ke  Athena  dan  mendirikan sekolahnya   sendiri   yang   bernama Lyceum.Di Lyceum, ia mengajar murid-muridnya dalam berbagai disiplin  ilmu,  termasuk  politik,  etika, fisika,     biologi,     dan     metafisika.Selama hidupnya, Aristoteles menulis banyak karya yang mencakup berbagai topik. Beberapa karyanya  yang  terkenal  antara  lain "Metaphysics", "Nicomachean Ethics",   "Politics",   "Physics",   dan "Poetics".  Karya-karya  ini  menjadi dasar  pemikiran  filosofis  dan  ilmiah di    Barat    selama    berabad-abad. Aristoteles   dikenal   sebagai   filsuf yang sangat menyukai observasi dan deduksi  logis.  Ia  mengembangkan sistem  logika  formal  pertama  yang dikenal  sebagai  logika  Aristoteles, yang  masih  digunakan  hingga  saat. Aristotelianisme adalah aliran atau tradisi filsafat dari periode    Sokrates    (atau    Klasik) Yunani    kuno,    yang    mengambil inspirasi    yang    menentukan    dari karya abad ke-4 SM. filsuf Aristoteles.   Pengikut   langsungnya uga     dikenal     sebagai     Sekolah Peripatetik  (berarti  berkeliling  atau berjalan-jalan,  setelah  jalan  setapak tertutup di Lyceum di Athena tempat mereka   sering   bertemu),   dan   di antara anggotayang lebih menonjol (selain   Aristoteles   sendiri)   adalah Theophrastus (322-288 SM), Eudemus  dari  Rhodes  (c.  370300 SM),  Dicaearchus  (c.  350-285  SM), Strato   Lampsacus   (288-269   SM), Lyco of Troas (c. 269-225 SM), Aristo of Ceos (c. 225-190 SM), Critolaus(c. 190-155  SM),  Diodorus  of  Tyre  (c. 140 SM), Erymneus (c. 110 SM), dan Alexander  dari  Aphrodisias  (c.  200 AD).

Beberapa kontribusi penting dari Aristotle antara lain:

  1. Logika: Ia mengembangkan sistem logika formal yang dikenal sebagai silogisme.
  2. Etika: Dalam karyanya "Nicomachean Ethics," ia mengemukakan konsep kebahagiaan (eudaimonia) sebagai tujuan hidup yang ideal.
  3. Politik: Ia menulis "Politics," di mana ia membahas berbagai bentuk pemerintahan dan konsep keadilan.
  4. Biologi: Aristotle juga melakukan observasi dan klasifikasi berbagai spesies hewan dan tumbuhan.

Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 

1. Pembagian Pengetahuan Aristoteles :
Pengetahuan dikategorikan menjadi Non-Teoretis dan Teoretis.
Non-Teoretis: Meliputi Produktif (Retorika, Seni) dan Praktis (Etika, Politik).
Teoritis: Meliputi Metafisika, Filsafat Alam, dan Matematika.

 
2. Rasionalitas Nilai Praktis:
Keputusan yang melibatkan kebenaran pribadi atau kebenaran universal sering kali menimbulkan tantangan, terutama bila dihadapkan dengan pertimbangan moral atau praktis.

 3. Jenis Pengetahuan:
Pengetahuan Produktif Non-Theoria: Berfokus pada kegunaan dan pragmatisme, menghargai efektivitas, efisiensi, dan hasil praktis dibandingkan kebenaran yang sebenarnya (misalnya, ciptaan koki).
Pengetahuan Theoria (Mutlak): Memprioritaskan kebenaran di atas kegunaan, sering kali mengarah pada posisi ideologis yang kaku tanpa kompromi (misalnya, pemikiran metafisik atau teoretis).
Pengetahuan Praktis Non-Teoria: Melibatkan penilaian praktis (misalnya, kesalahan matematika sederhana seperti "5+5=12" lebih tentang maksud atau kebaikan moral di balik kesalahan tersebut daripada kebenaran yang sebenarnya).

 4. Contoh:
Teks tersebut menyoroti kasus "Tuan Darmono" yang, meskipun melakukan kesalahan perpajakan, mungkin masih dianggap orang baik berdasarkan moralitasnya, membandingkannya dengan seseorang yang lebih cerdas namun dipertanyakan moralnya.

 5. Dilema Moral:
Dokumen tersebut membahas ketegangan antara pengetahuan teoretis dan tindakan moral, yang menunjukkan bahwa tindakan moral bisa jadi rumit dan tidak selalu selaras dengan kebenaran logis atau teoretis yang ketat.

Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 

kenapa gaya kepemimpinan Aristotle begitu penting pada zaman nya? 

Gaya kepemimpinan Aristotle dianggap penting pada zamannya karena beberapa alasan:

  1. Pendekatan Rasional: Aristotle mendorong pemimpin untuk menggunakan akal dan rasio dalam pengambilan keputusan. Dia percaya bahwa pemimpin harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang situasi, yang membantu menghindari keputusan yang emosional atau impulsif.

  2. Etika dan Moralitas: Dalam karyanya "Nicomachean Ethics," Aristotle menekankan pentingnya karakter dan kebajikan dalam kepemimpinan. Dia percaya bahwa pemimpin yang baik harus menjadi teladan moral bagi masyarakat, yang menciptakan kepercayaan dan integritas.

  3. Pentingnya Komunitas: Aristotle menganggap manusia sebagai makhluk sosial. Dia mengajarkan bahwa pemimpin harus memahami dan memperhatikan kebutuhan dan aspirasi komunitasnya, sehingga kebijakan yang diambil dapat bermanfaat bagi semua.

  4. Kepemimpinan Berbasis Virtue: Konsep "virtue ethics" menggarisbawahi bahwa pemimpin seharusnya tidak hanya fokus pada hasil, tetapi juga pada proses dan nilai-nilai yang mendasari tindakan mereka. Ini memberikan perspektif yang lebih holistik tentang kepemimpinan.

  5. Analisis Jenis Pemerintahan: Dalam karya "Politics," Aristotle mengklasifikasikan berbagai bentuk pemerintahan dan menganalisis kelebihan serta kekurangan masing-masing. Ini membantu masyarakat memahami konteks politik dan membuat pilihan yang lebih baik.

Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 

nilai-nilai utama dari Etika Nicomachean Aristoteles yang penting bagi pengambilan keputusan kepemimpinan. Kebajikan-kebajikan ini disebut sebagai "Kebajikan Utama" dan meliputi:
1. Kehati-hatian (Bijaksana) - Kebijaksanaan praktis, kemampuan menilai dengan benar dan mengambil tindakan yang tepat dalam situasi tertentu.

2. Temperance (Moderasi/Kontrol Diri) – Pengendalian diri atau moderasi, kemampuan mengatur keinginan dan menjaga keseimbangan.

3. Keberanian (Keberanian) - Kemampuan menghadapi ketakutan atau kesulitan dengan percaya diri dan tekad.

4. Keadilan (Adil) - Keadilan, memastikan bahwa setiap orang diberikan apa yang pantas mereka dapatkan dan diperlakukan secara adil.

Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 

konsep pembentukan kebiasaan Aristoteles dan proses menjadi orang baik melalui praktik kepemimpinan (Habitus). Berikut ringkasannya:
Proses Menjadi Orang Baik:
1. Peniruan, Replikasi, Peniruan (Imitasi, Replikasi, Meniru):
Langkah awal melibatkan belajar dengan mengamati orang lain dan meniru tindakan bajik.

 2. Internalisasi (Internalisasi):
Setelah ditiru, individu menginternalisasikan perilaku dan nilai-nilai ini, menjadikannya bagian dari kerangka moralnya.

 3. Aksi (Aksi):
Nilai-nilai yang terinternalisasi dipraktikkan melalui tindakan konsisten yang mencerminkan kebajikan tersebut.

 4. Kebiasaan (Kebiasaan):
Perbuatan baik yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan, membentuk karakter individu dan membentuk pola perilaku yang baik.

Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 

Bagaimana teori Leadership Aristotle?

Aristoteles menjelaskan bahwa sebuah materi yang di dapat dan akan di implikasikan tidak akan mungkin tanpa adanya suatu bentuk karena benda tersebut eksis.Logika dari Aristoteles adalah tentang bagaimana seseorang mampu dalam mengelolah sistem berpikirnya secara deduktif ( deductive reasoning),yang bahkan sampai saat ini masih di anggap sebagai salah satu dasar dari setiap pengetahuan tentang logika formal. Menurut Aristoteles,filsafat merupakan suatu ilmu atau pengetahuan yang meliputi suatu kebenaran yang terkandung di dalamnya.Oleh karena itu,Aristoteles menamakan filsafat sebagai Theology.Filsafat sebagai suatu refleksi dari pemikiran sitematis manusia tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat tumbuh di tempat atau sebuah ruang yang kosong. pemikiran dari Aristotels yang lahir dengan adanya sebuah teori dari Aristoteles adalah sebagai berikut : 

a. Aristoteles tertarik kepada ilmu pengetahuan yang di miliki oleh manusia.Menurutnya,ilmu pengetahuan sesuatu hal yang digunakan manusia untuk menemukan tujuan hidup yang sesungguhnya dan untuk mencapai kebahagiaan. 

b. Aristoteles meyakini bahwa seluruh aspek kegiatan atau aktivitas manusia dapat dijadikan objek pemikiran dan analisis. 

c. Aristoteles memliki pemikiran tentang bagaimana seseorang dapat mencapai pendidikan yang dapat memberikan bimbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi,yaitu akal,yang bertujuan untuk mengatur nafsuyang ada dalam diri manusia itu sendiri. 

Aristoteles merupakan seorang filsuf yang juga mempunyai pandangan berbeda dan bertolak belakang dari ajaran plato.Dimana Aristoteles mengatakan bahwa semua manusia dapat di jadikan sebagai seorang pemimpin,sedangkan bagi Plato hanya bagi seorang filsuf yang dapat dijakan sebagai seorang pemimpin.Hal tersebut membuat keduanya memiliki pandangan yang berbeda.Aristoteles merupakan seorang filsuf Yunani yang memiliki pemikiran-pemikiran yang baik untuk bagiamana menciptakan atau bagaimana seseorang itu mempunyai pandangan untuk bergerak mendapatkan tujuan hidup yaitu mencapai kebahagiaan Logika merupakan langkah awal bagi manusia untuk memikirkan bagaimana kehidupan yang akan di lakukannya untuk menciptakan manusia menjadi seorang pemimpin yang bertanggung jawab dan dapat di percaya oleh para pengikutnya.Kehidupan manusia diwarnai dan dihiasi oleh bermacam-macam harapan dan sebuah tujuan.Salah satunya adalah untuk mencapai kebahagiaan.Hal ini merupakan suatu dambaan dari seseorang jauh sebelumnya.Hal tersebut tampak dengan adanya sebuah realita bahwa manusia berusaha untuk mengupayakan tercapainya kebahagiaan dalam menjalani kehidupannya. Dasar pemikiran dari Aristoteles berawal dari sebuah tujuan.Setiap manusia mempunyai tujuan hidup.Menurut Aristoteles,tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kebahagiaann ( eudaimonia).Dengan mencapai tujuan hidup,manusia akan mencapai dirinya secara penuh,sehingga mencapai sebuah mutu yang terbuka bagi dirinya.Apapun yang di lakukan oleh manusia,adalah merupaka sesuatu yang baik,demi suatu nilai.Dalam mencapai tujuan hidup,yang terpenting adalah sebuah nilai yaitu yang berasal dari diri manusia itu sendiri.Apabila kebahagiaan tersebut merupakan tujuan akhir hidup manusia,hal tersebut berarti bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri,bukan demi suatu nilai lebih tinggi lainnya.Kebahagiaan adalah yang baik pada dirinya ssendiri. 

Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 
  • Kebajikan Moral: Pemimpin harus memiliki kebajikan moral dan karakter yang baik. Mereka harus menjadi contoh yang baik bagi rakyatnya, menunjukkan keadilan, keberanian, dan kebijaksanaan.

  • Tujuan Bersama: Pemimpin harus memfokuskan kebijakan pada kebaikan bersama, bukan hanya kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Mereka harus memahami dan memprioritaskan kebutuhan masyarakat.

  • Partisipasi Warga: Aristoteles percaya pada pentingnya partisipasi warga dalam proses politik. Pemimpin harus mendorong keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil.

  • Pendidikan dan Kebudayaan: Pemimpin harus mendukung pendidikan dan pengembangan kebudayaan, karena masyarakat yang terdidik dan berbudaya akan lebih mampu mengelola urusan publik dengan baik.

  • Keseimbangan Kekuasaan: Aristoteles menekankan pentingnya keseimbangan dalam kekuasaan. Pemimpin harus menciptakan sistem yang mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan memastikan bahwa tidak ada satu pihak pun yang mendominasi.

Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 

Gaya kepemimpinan Aristoteles dapat dipahami melalui beberapa preposisi atau prinsip yang mendasarinya. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  1. Kepemimpinan Berbasis Kebajikan: Pemimpin ideal harus memiliki karakter yang baik dan kebajikan moral, seperti keadilan, keberanian, dan kebijaksanaan. Mereka harus menjadi teladan bagi masyarakat.

  2. Rasionalitas dalam Pengambilan Keputusan: Aristoteles menekankan pentingnya rasionalitas. Pemimpin harus membuat keputusan berdasarkan pertimbangan logis dan fakta, bukan emosi atau kepentingan pribadi.

  3. Kepentingan Umum di Utamakan: Pemimpin harus mengutamakan kepentingan bersama dan kebaikan publik daripada kepentingan individu atau kelompok tertentu.

  4. Pendidikan dan Pengembangan: Pemimpin harus mendukung pendidikan sebagai sarana untuk membentuk warga negara yang baik, karena masyarakat yang terdidik akan lebih mampu berpartisipasi dalam kehidupan politik.

  5. Partisipasi Warga: Aristoteles percaya bahwa partisipasi aktif dari warga sangat penting. Pemimpin harus menciptakan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam pengambilan keputusan.

  6. Keseimbangan Kekuasaan: Penting bagi pemimpin untuk memastikan adanya sistem yang mencegah penyalahgunaan kekuasaan, sehingga kekuasaan tidak terpusat pada satu pihak saja.

Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo 

Menurut Aristoteles, pemimpin yang baik harus terbuka terhadap kritik dan masukan dari masyarakat. Berikut beberapa poin yang mendasari pandangan ini:

  1. Keterbukaan untuk Belajar: Pemimpin yang menerima kritik menunjukkan sikap terbuka dan bersedia belajar dari pengalaman. Ini penting untuk pengembangan diri dan perbaikan kebijakan.

  2. Kepentingan Umum: Kritik sering kali mencerminkan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Dengan mendengarkan kritik, pemimpin dapat lebih memahami kepentingan umum dan mengambil keputusan yang lebih baik.

  3. Akuntabilitas: Pemimpin yang menerima kritik menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka. Ini membantu membangun kepercayaan dan legitimasi di mata publik.

  4. Dialog dan Diskusi: Aristoteles menghargai dialog sebagai cara untuk mencapai kebenaran. Dengan menerima kritik, pemimpin mendorong diskusi yang konstruktif, yang dapat menghasilkan solusi yang lebih baik.

  5. Kebajikan Karakter: Sikap menerima kritik mencerminkan kebajikan karakter, seperti kerendahan hati dan kebijaksanaan. Pemimpin yang memiliki kebajikan ini lebih dihormati dan diikuti oleh masyarakat.

Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo

Ketegasan Aristoteles, terutama dalam konteks pemikirannya tentang etika dan politik, dapat dipahami melalui beberapa aspek penting:

  1. Kebajikan sebagai Jalan Tengah: Aristoteles menekankan konsep "kebajikan sebagai jalan tengah" (mean). Ia percaya bahwa karakter yang baik terletak di antara dua ekstrem. Ketegasan dalam hal ini berarti menemukan keseimbangan antara sifat-sifat yang berlebihan dan kekurangan.

  2. Rasionalitas: Ketegasan juga terlihat dalam penekanan Aristoteles pada rasionalitas. Ia berpendapat bahwa tindakan dan keputusan harus didasarkan pada pemikiran yang logis dan analitis, bukan sekadar emosi atau hasrat.

  3. Etika dan Moralitas: Dalam "Nicomachean Ethics," Aristoteles menggarisbawahi pentingnya menjalani hidup yang etis dan bertindak sesuai dengan prinsip moral. Ketegasan dalam hal ini berarti berkomitmen pada nilai-nilai moral meskipun ada tekanan dari luar.

  4. Peran Pemimpin: Aristoteles meyakini bahwa pemimpin harus tegas dalam mengambil keputusan demi kebaikan bersama. Ini termasuk kemampuan untuk menetapkan batasan dan mengambil tindakan yang mungkin tidak selalu populer, tetapi perlu untuk kesejahteraan masyarakat.

  5. Kepemimpinan yang Bertanggung Jawab: Ketegasan juga mencakup kemampuan pemimpin untuk mengakui kesalahan dan berkomitmen untuk memperbaikinya, menunjukkan bahwa ketegasan tidak berarti kaku, tetapi juga mencakup fleksibilitas untuk belajar dan berkembang.

 

Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo

Mengenal diri sendiri adalah konsep penting dalam pemikiran Aristoteles, dan ia menganggapnya sebagai dasar untuk pengembangan karakter dan etika. Berikut adalah beberapa aspek utama mengenai mengenal diri sendiri menurut Aristoteles:

  1. Pentingnya Refleksi: Aristoteles percaya bahwa refleksi diri adalah langkah awal untuk memahami siapa diri kita. Melalui introspeksi, individu dapat mengevaluasi tindakan, motivasi, dan nilai-nilai mereka.

  2. Kebajikan dan Karakter: Mengenal diri sendiri membantu individu memahami kekuatan dan kelemahan mereka. Aristoteles mengaitkan kebajikan dengan kemampuan untuk mengenali dan mengembangkan karakter yang baik, serta menghindari ekstrem dalam perilaku.

  3. Rasionalitas: Menurut Aristoteles, manusia memiliki kemampuan unik untuk berpikir dan bertindak secara rasional. Mengenal diri sendiri berarti menyadari potensi intelektual dan moral yang dimiliki, serta berusaha untuk mencapainya.

  4. Tujuan Hidup (Eudaimonia): Aristoteles berpendapat bahwa tujuan hidup manusia adalah mencapai eudaimonia, atau "kebahagiaan" yang sejati. Untuk mencapainya, individu harus memahami diri mereka sendiri dan apa yang mereka butuhkan untuk berkembang dan hidup baik.

  5. Hubungan dengan Orang Lain: Mengenal diri sendiri juga melibatkan pemahaman tentang bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain. Aristoteles menekankan pentingnya hubungan sosial dan bagaimana identitas diri terbentuk dalam konteks komunitas.

Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo

Menurut Aristoteles, pekerjaan dan hubungan dengan bawahan yang baik melibatkan beberapa prinsip kunci:

  1. Kebajikan dalam Pekerjaan: Pekerjaan seharusnya mencerminkan kebajikan, di mana individu bertindak dengan integritas dan etika. Ini berarti melakukan tugas dengan baik dan bertanggung jawab.

  2. Pemimpin sebagai Teladan: Pemimpin harus menjadi contoh yang baik bagi bawahan mereka. Dengan menunjukkan kebajikan dan dedikasi, pemimpin menginspirasi bawahan untuk melakukan hal yang sama.

  3. Perhatian pada Kesejahteraan Bawahan: Aristoteles menekankan pentingnya memperhatikan kesejahteraan bawahan. Pemimpin harus mendukung pengembangan pribadi dan profesional mereka, menciptakan lingkungan kerja yang positif.

  4. Kolaborasi dan Keterlibatan: Hubungan yang baik antara pemimpin dan bawahan mencakup komunikasi terbuka dan kolaborasi. Pemimpin harus mendorong partisipasi dan mendengarkan masukan dari bawahan.

  5. Keadilan dalam Pengelolaan: Pemimpin harus bersikap adil dan memberikan penghargaan sesuai dengan kontribusi bawahan. Keadilan membantu membangun rasa saling percaya dan loyalitas.

Daftar Pustaka : https://journal.psikis.org/index.php/skhm/article/view/90
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/108122292/MARCE_TUGAS_JURNAL_KEPEMIMPINAN-libre.pdf?1701397034=&response-content-disposition=inline%3B+filename%3DAnalisis_Teori_Kepemimpinan_Aristoteles.pdf&Expires=1728356430&Signature=EAAjnzzEjzImTwmAzTJX9qwElekJvHdVHIzB~RAr53NRZ56aJqYeZ1Sv8DjodJ2-nAmI2QsxmUwdKgLSXPfYsc17qB3wL17uXqq5FgIxOdlGW8fq4zMsHN~epMXW9V-beFx0xUCLZssI5g53vPiVZjGW-l0LaquXGk-muhCHxKciYzuOiAc5mGIVyvBRmshpbehN~fMES3RqKufOCizYLjeZUe1d~a1VFYPGXTLv6VVwLFfFKhvlVAwKv6rMO01Zg3EvMobnItxFyZY3Lf8TzcVkmcyrkYwm8SD3mYSAQh28F11~ivGrCS3Dg7oy7OTXXim6l1yuduCcJVNhQy2-pg__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun