Mohon tunggu...
Mochammad Ariq Ajaba
Mochammad Ariq Ajaba Mohon Tunggu... Pramusaji - Mahasiswa Pemikiran Politik Islam IAIN Kudus

Seorang mahasiswa yang berusaha peduli tentang dunia perpolitikan di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa Gak Join Organisasi Eksternal Kampus Itu Keren!

3 Januari 2023   12:57 Diperbarui: 3 Januari 2023   13:20 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Okezone.com

Dalam menjalani masa perkuliahan, mahasiswa dituntut untuk memposisikan dirinya ditengah banyaknya pilihan yang hadir untuk berlomba-lomba berdampak bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Termasuk saat mahasiswa dihadapkan oleh keberadaan organisasi eksternal kampus. Berbagai organisasi ekstra kampus seperti PMII, IMM, HMI, KAMMI, GMNI, SEMMI, dan lain-lain hadir mewarnai dinamika demokrasi baik dalam maupun luar kampus. Akan tetapi, sebenarnya tidak ada kewajiban bagi mahasiswa untuk berdampak positif dengan bergabung dalam organisasi eksternal kampus. Mahasiswa bisa berdampak positif secara nyata melalui beragam cara lainnya sesuai bidangnya masing-masing.

Berbicara soal kewajiban bergabung organisasi eksternal kampus, jelas ga wajib-wajib amat kok. Itu pilihan mahasiswa masing-masing. Tetapi, tidak ada salahnya jika penulis memberikan sisi positif tentang mahasiswa tidak bergabung dalam organisasi eksternal. Setidaknya, ada empat argumen penulis yang bernilai positif yakni:

1. Lebih Leluasa dalam Menjalani Perkuliahan dan Aktivitas Lainnya

Poin pertama jelas valid bahwa mahasiswa yang tidak tergabung dalam organisasi ekternal kampus akan lebih leluasa menjalani waktu perkuliahannya. Mahasiswa akan lebih fokus pada akademiknya, tetapi tetap tidak melupakan pengabdian kepada masyarakat yang bisa dilakukan dengan bentuk apapun, kapanpun, dan dimanapun. Mahasiswa akan maksimal dalam mengikuti program-program instansi pemerintahan atau non pemerintahan tanpa harus khawatir berlatar belakang dari organisasi eksternal mana, pure sebagai mahasiswa. 

Dari hal tersebut otomatis akan berpeluang mendapatkan pengalaman dan prestasi yang jauh lebih maksimal. Disamping itu, mahasiswa juga memiliki banyak waktu dan bisa ia manage sebaik mungkin. Seperti bekerja full time or part time. Intinya, mahasiswa yang tidak bergabung organisasi eksternal juga BERDAYA!

2. Lebih Fokus Berorganisasi Intra Kampus

Penulis meyakini mayoritas mahasiswa yang tergabung dalam organisasi eksternal kampus juga berorganisasi di intra kampus atau sebaliknya. Hal ini karena iklim mahasiswa yang senang berorganisasi. Disamping itu, mayoritas mahasiswa memiliki stigma bahwa semakin banyak organisasi yang diikuti semakin baik pula mahasiswa dalam berkembang. 

Akan ada penambahan relasi, networking, dan interaksi. Jelas itu benar, tapi tidak sepenuhnya tiap mahasiswa bisa semaksimal itu ya. Banyak kok mahasiswa yang justru kelabakan dan malas-malasan seiring banyaknya organisasi yang ia ikuti. Padahal kalau si mahasiswa nya itu mau berpikir jangka panjang, sebenarnya ikut satu organisasi saja asal ia konsisten dan berdedikasi tinggi, penulis jamin skill-nya akan terasah sempurna.

Nah, pertanyaannya satu organisasi itu organisasi eksternal atau internal? Ya jelas internal seperti himpunan mahasiswa jurusan atau program studi. Karena linear dengan jurusan mahasiswanya otomatis segala skill dan kemampuan tentang jurusan si mahasiswa akan terasah dengan baik. Jadi, argumen lebih fokus berorganisasi internal kampus itu VALID!

3. Berposisi sebagai Pengamat atau Pengawas Jalannya Demokrasi Kampus

Poin ketiga ini jelas merupakan benefit dan momentum untuk mengawal jalannya demokrasi ranah kampus yang dilakukan oleh aktor-aktor mahasiswa kampus seperti BEM, DEMA, SEMA, dan sejenisnya. Mayoritas aktor mahasiswa yang berada di posisi strategis seperti BEM, DEMA, SEMA memiliki latar belakang organisasi eksternal tertentu. Otomatis, akan ada celah kepentingan organisasi eksternal turut ikut campur sampai di ranah organisasi kemahasiswaan. Ini yang sering terjadi dan tampaknya sulit diberantas, tetapi paling tidak ada usaha untuk mencegah atau meminimalisir.

Dengan cara apa, tentunya sebagai pengamat atau pengawas barangkali ada penyalahgunaan tugas dan wewenang selama berlangsungnya demokrasi kampus. Intinya, jangan acuh tak acuh dalam melihat situasi demokrasi kampus. Jika ada penyimpangan dan kalian mengetahuinya, speak up. Jangan takut, kalian mahasiswa. Kalau perlu GULINGKAN!

4. Memiliki Sikap Moderat Semoderat-moderatnya

Poin terakhir juga valid karena posisi mahasiswa itu cenderung netral, tidak memihak gagasan organisasi eksternal A atau B. Otomatis penulis meng-klaim bersikap moderat, tidak terlalu condong organisasi eksternal apapun. Apakah itu baik? Jelas baik. Tidak ada salahnya. Mahasiswa akan lebih leluasa menyuarakan narasi-narasi tanpa harus khawatir membebani suatu organisasi eksternal tertentu.

Begitupun ketika ada problematika yang terjadi pada salah satu organisasi eksternal, kita bisa berpandangan atau berpendapat tanpa harus cemas dari organisasi eksternal mana kita berasal. Biasanya akan menimbulkan konflik bila antar organisasi eksternal saling beradu pendapat, karena kebanyakan yang ia lihat bukan dari substansi pendapatnya melainkan dari orgnasisasi eksternal mana ia berasal. Pokoknya RUMIT deh.

Keempat argumen tersebut mungkin bisa kalian sanggah, tetapi inilah dunia demokrasi. Tidak ada salahnya untuk menyatakan suatu argumen. Dan kalau kalian merasa tidak percaya bahwa empat argumen tersebut bernilai positif tidaknnya, saya BUKTINYA! Dan itu KEREN!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun