Penguatan kapabilitas kapal laut kita juga harus dipertimbangkan, mengingat A2/AD sangat efektif dalam mencegah musuh menggunakan laut kita. Namun, untuk memenangkan peperangan, kita harus menghancurkan ancaman tersebut dengan baik. Kita tidak harus memiliki teknologi paling mutakhir, tetapi kita hanya perlu mencontoh dari negara lain. Contohnya adalah permainan perang Amerika Serikat bernama Millennium Challenge 2002. Perang itu mendemonstrasikan bahwa kekuatan laut Amerika Serikat yang lebih unggul bisa dikalahkan oleh Iran yang lebih lemah.Â
Bagaimana caranya? Pihak Iran menggunakan taktik lama dengan bergantung pada komunikasi menggunakan pengendara motor untuk mengirimkan pesan ke pasukan di medan tempur dan sinyal cahaya gaya Perang Dunia II untuk meluncurkan pesawat tanpa komunikasi radio. Pihak AS melumpuhkan radar Iran, namun Iran berhasil mengelabui pertahanan AS dengan meluncurkan lebih banyak rudal jelajah daripada yang bisa ditangani oleh pertahanan AS. Dalam waktu 10 menit, tim Iran berhasil menghancurkan sebagian besar armada AS dengan serangan bunuh diri yang dilakukan menggunakan kapal cepat yang sarat dengan bahan peledak dan sulit dideteksi oleh tim AS. Karena permainan ini memalukan bagi AS, mereka mengubah peraturan permainan agar pada akhirnya mereka yang menang.
Namun, apa pelajarannya? Indonesia dapat memanfaatkan apa yang kita punya saat ini. Tidak perlu yang paling canggih; selama dapat digunakan secara cerdik, maka dapat memberikan dampak besar bagi musuh yang lebih kuat. Sejarah juga membuktikan demikian. Contohnya, pada Perang Rusia-Jepang 1905, Perang Vietnam 1957-1975, Invasi Afghanistan oleh Uni Soviet dan kemudian Amerika Serikat dengan sekutunya adalah gambaran penting dari bagaimana pihak yang lebih besar belum tentu bisa mengalahkan pihak yang lebih kecil. Perlunya strategi yang cerdik agar dapat mencegah musuh yang lebih besar mengganggu dan memastikan kedaulatan wilayah Indonesia.
Dukungan internasional harus menjadi kunci bagi Indonesia agar kedaulatan kita dapat terjamin. Mengingat sepanjang sejarah, kemenangan pihak yang lebih lemah dapat terjamin dengan adanya dukungan internasional, atau setidaknya dukungan dari pihak-pihak kuat dalam ranah internasional. Contohnya adalah Jepang dalam Perang Rusia-Jepang tahun 1905. Mereka sebelumnya memiliki aliansi dengan Britania Raya sejak tahun 1902, yang diperbarui dua kali pada tahun 1905 dan 1911. Perjanjian ini membantu Jepang dalam menentang kekuasaan Rusia di Asia. Meskipun Inggris tidak ingin bermusuhan dengan Rusia, kolaborasi dengan Jepang memberikan Jepang kesempatan untuk memenangkan Perang Rusia-Jepang tahun 1905.
Contoh lainnya adalah bagaimana Indonesia dapat memenangkan perang kemerdekaannya melalui bantuan internasional, dalam bentuk pengakuan ataupun bantuan dari negara-negara besar dan organisasi internasional. Perang atau persengketaan tidak dimenangkan semata di medan tempur, tetapi yang terpenting dimenangkan di meja perundingan. Indonesia telah memenangkan argumentasi di meja internasional bahwa kita secara sah mengikuti aturan dari UNCLOS dan sah dalam kedaulatan laut kita. Di sini, Tiongkok tidak memiliki kuasa legalitas. Indonesia lebih unggul dalam hukum internasional, dan jika terjadi eskalasi konflik mengenai sengketa ini, Indonesia akan mendapatkan simpati internasional yang lebih besar dibandingkan Tiongkok.
Dengan pertimbangan ini, Indonesia dapat memanfaatkan dua aspek penting dalam menjaga kedaulatannya: pertama, pertahanan melalui penegakan hukum oleh Bakamla dan pengamanan oleh TNI AL terhadap ancaman dari negara lain di wilayah laut Indonesia; kedua, taktik yang cerdik untuk mengakali lawan yang jauh lebih kuat. Selain itu, Indonesia juga harus memperluas diplomasi internasionalnya untuk mendapatkan dukungan kuat dari dunia internasional dan menghindari intimidasi dari pihak-pihak yang ingin mengganggu kedaulatan Indonesia di wilayah Laut China Selatan. Dengan demikian, Indonesia dapat menegaskan posisinya di dunia internasional sebagai negara yang mampu mempertahankan kedaulatannya di udara, laut, dan darat, yang semuanya adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus dipertahankan.
Footnote
Anglo-Japanese Alliance | Russo-Japanese War, Imperialism & Diplomacy. (1998, July 20). Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/topic/Anglo-Japanese-Alliance
Gatra, S. (2023, October 5). Geopolitik Laut Natuna Utara dalam Konteks Politik Luar Negeri Halaman all - Kompas.com. KOMPAS.com. https://nasional.kompas.com/read/2023/10/05/08471471/geopolitik-laut-natuna-utara-dalam-konteks-politik-luar-negeri?page=all
IPDForum. (2023, October 26). ‘Malacca Dilemma’ a major security challenge for PRC. Indo-Pacific Defense Forum. https://ipdefenseforum.com/2023/10/malacca-dilemma-a-major-security-challenge-for-prc/