Mohon tunggu...
Mochammad Jose Akmal
Mochammad Jose Akmal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sangat tertarik dengan isu Sosial dan Perpolitikan baik nasional maupun Internasional.

mahasiswa yang memiliki rasa ketertarikan dan minat yang luas akan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menavigasi Ketegangan: Indonesia di Tengah Konflik Laut China Selatan

31 Mei 2024   19:02 Diperbarui: 31 Mei 2024   21:17 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Laut Natuna Utara. Sumber: Google Docs

Menanggapi respon itu, Presiden Joko Widodo menegaskan kedaulatan laut Indonesia di Laut Natuna dengan mengadakan rapat terbatas di perairan Natuna pada 23 Juni 2016. Hasil rapat menegaskan pentingnya menjaga kedaulatan wilayah laut Indonesia dan menunjukkan bagaimana Indonesia secara tegas menegakkan kedaulatan lautnya tanpa menerima kompromi dalam permasalahan kedaulatan tersebut.

Penjagaan kedaulatan wilayah Laut China Selatan tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebagai bangsa yang besar, penting bagi kita untuk melihat sejarah agar dapat menata rencana kita sekarang. Indonesia harus memahami bahwa Laut China Selatan sejak dahulu merupakan wilayah di mana pasukan asing masuk ke Indonesia. Contohnya adalah invasi Mongol di Kediri, Jawa pada 1293, serta serangan Jepang ke Hindia Belanda pada 1941, di mana Laut China Selatan menjadi rute utama mereka untuk masuk ke wilayah Indonesia yang padat penduduk seperti Sumatra dan Jawa. Laut China Selatan dan Kepulauan Natuna adalah gerbang masuk Indonesia bagi kekuatan-kekuatan besar dari Asia Timur. Jika sisi pertahanannya tidak diperhatikan, maka akan menimbulkan malapetaka yang lebih besar bagi Indonesia. Berikut adalah cara untuk melihatnya:

Peta Jalur Perdagangan Internasional. Sumber: Google Docs
Peta Jalur Perdagangan Internasional. Sumber: Google Docs
Laut China Selatan memiliki rute vital bagi perdagangan dunia, saat barang-barang dari Eropa dan Tiongkok sampai ke pasarnya di seluruh dunia. Laut China Selatan juga sangat dekat dengan Selat Malaka, yang merupakan rute utama gas alam dan minyak bumi dari Timur Tengah menuju pabrik-pabrik di Asia Timur. Hal ini menjadi dilema bagi Tiongkok, karena negara tersebut bergantung pada Selat Malaka sebagai jalur utama pasokan energinya.

Peta Jalur masuknya Gas Alam melewati Laut China Selatan. Sumber: Google Docs
Peta Jalur masuknya Gas Alam melewati Laut China Selatan. Sumber: Google Docs

Tiongkok yang berhasil mereformasi ekonominya di bawah Deng Xiaoping pada 1970-an kini menjadi pengimpor minyak terbesar kedua di dunia..Mayoritas minyak yang diimpor berasal dari Timur Tengah dan Afrika pun  harus melewati Selat Malaka. Dilema ini mendorong Tiongkok untuk membangun pos-pos militer dan menerapkan kebijakan agresif di Laut China Selatan, dengan mengabaikan UNCLOS. Hal ini menggambarkan keinginan Beijing untuk mengendalikan jalur perdagangan di sekitar selat tersebut.

Indonesia harus memahami dengan baik bahwa 90% perdagangan Tiongkok melewati jalur strategis Selat Malaka. Selat ini menawarkan rute maritim utama antara Samudra Hindia dan Laut China Selatan, menghubungkan Afrika, Eropa, dan Timur Tengah dengan negara-negara Indo-Pasifik, terutama negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia seperti Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan. Seperempat dari barang dunia sepertiga minyak bumi diperdagangkan melewati Selat Malaka . Ini  membuat Laut China Selatan dan Selat Malaka sangat strategis.

Menghadapi Ancaman: Strategi Indonesia di Laut China Selatan

Melihat strategisnya wilayah Laut China Selatan bagi berbagai negara , Indonesia harus memiliki strategi konkret dalam menjaga kedaulatan lautnya. Indonesia perlu mengimplementasikan strategi maritim yang unik dengan memanfaatkan posisi strategisnya. Sebagai contoh, Iran memanfaatkan posisi strategisnya di dekat Selat Hormuz dengan menerapkan strategi militer berbasis Anti-Access/Area Denial (A2/AD). Strategi ini bertujuan untuk mengendalikan akses di dalam lingkungan operasinya, serta membatasi lawan memasuki wilayah operasional. Strategi ini dinilai sangat efektif dalam menghadapi lawan dengan kemampuan militer yang lebih tinggi.

Contoh penerapan strategi A2/AD (Anti-Access/Area Denial) dalam studi pertahanan Amerika Serikat. Sumber: GAO analysis of Departement of Defense Infor
Contoh penerapan strategi A2/AD (Anti-Access/Area Denial) dalam studi pertahanan Amerika Serikat. Sumber: GAO analysis of Departement of Defense Infor

A2/AD yang harus difokuskan Indonesia adalah Sea Denial, strategi untuk mencegah musuh menggunakan laut. Indonesia dapat memanfaatkan keunggulan geografisnya di Selat Malaka dan Kepulauan Riau dengan fokus pada ranjau laut, misil anti-kapal, drone, dan kapal selam. Indonesia dapat menaruh ranjau laut di sekitar Laut Natuna Utara, Selat Malaka, dan Kepulauan Riau untuk mencegah jalur perdagangan digunakan oleh pihak musuh dalam kondisi perang. Sehingga, berdampak besar pada perekonomian negara yang berani mengganggu kedaulatan Indonesia.

Menurut tulisan Nathan Freler dari CSIS, tantangan Anti-Akses (A2/AD) bertujuan untuk mencegah tentara musuh masuk ke medan asing atau menggunakan ruang bersama global secara efektif. Dalam istilah militer, ini berarti menolak hak pangkalan, pementasan, transit, dan terbang secara menyeluruh. Instrumen A2 mencakup kemampuan jarak jauh seperti rudal balistik, kapal selam, senjata pemusnah massal, serta aset ruang angkasa dan rudal siber ofensif. Sedangkan AD memberikan hambatan besar bagi ahli strategi musuh untuk masuk dan beroperasi efektif di medan perang. Ancaman AD yang mematikan muncul dari jarak dekat dan efeknya meningkat jika pasukan musuh masuk ke medan perang atau medan yang tidak menentu untuk operasi gabungan. Strategi ini mempersulit musuh untuk membangun kehadiran efektif di wilayah atau kepentingan musuh. Tantangan AD ini sangat mematikan dan dapat menyerang kerentanan musuh di lima ranah utama: udara, laut, darat, ruang angkasa, dan ruang siber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun