Setiap waktu pasti ada hari- hari yang menyakitkan dan kita tidak akan pernah tau kapan hari itu terjadi tapi yang perlu kita ingat akan selalu ada fajar dengan bab yang berbeda bersama terbitnya matahari di pagi itu.
Dalam sebuah proses naik gunung, banyak sekali hal yang perlu kita ilhami untuk menjadikan kita terus belajar menghargai manusia lain di luar sana, kata ini terucap ketika manusia itu berdiri layaknya seorang yang mencari sebuah titik dalam pencarian masa depan.Â
Masa depan itu ada dan pastinya semua orang pasti mengerti prosesnya tidak instan dan perjuanganya butuh kesabaran agar  agar semuanya menjadi seirama seperti apa yang kita kehendaki.Â
Malam ini aku ingin bercerita perihal perjuangan dengan belajar dari alam, semua pasti tau naik gunung itu tidak mudah, semua pasti tau naik gunung itu butuh proses dan semua pasti tau di gunung itu banyak rintangan yang perlu kita lewati agar bisa melihat dunia dari puncak tertinggi di katulistiwa.
Mendaki memang bukan hobiku tapi aku belajar banyak dari kebiasaan ini, kebiasaan yang menurut banyak orang merupakan hal yang beresiko tinggi, kebiasaan yang menurut banyak orang di luar sana tak ada gunanya dan bahkan kebiasaan yang membuat manusia tak mau melakukanya. Tapi inilah aku dengan keegoisanya belajar dari sebuah perjalanan agar aku bisa melihat masalah dari berbagai sudut pandang, agar aku bisa melihat dunia dengan cara yang beda.
Gunung selalu mengajarkan akan mencintai proses, gunung akan selalu bilang bahwasanya langkah kaki dengan kekuatan pikiran akan cepat menuju garis finish.Â
Garis waktu yang akan mengajarkan bahwasanya terburu- buru dalam proses tidak akan menghasilkan apa - apa. Karena kehidupan ini bagaikan jalur yang terdapat di pegunungan, tidak ada jalan yang bisa di naiki pakai sepeda, tidak ada jalan yang bisa di naiki dengan kereta dan tidak ada kendaraan online di sana. Itu semua sangat mengajarkan bagaimana aku hidup bahwasanya menentukan pilihan dalam kehidupan tidak etis ketika di tempuh dengan jalan cepat.Â
Kebiasaan itu aku dapat ketika pilihan itu harus di tempuh dengan kesabaran yang luar biasa, perjuangan yang tetap berpikiran positif dan perjuangan yang tak kenal lelah layaknya menembus hutan belantara agar terlihat suasana ketenangan di atas puncak gunung.
Hari itu aku bersama teman- teman ingin belajar dari alam, dengan menyusuri kabut rimba, badai, hujan dan dinginya malam mengartikan aku ingin menaklukan gunung lesung arjuno di kabupaten Pasuruan. Â
Moment itu terbentuk dari rapat kecil yang berlatar belakang  ingin menangkan pikiran dengan cara yang berbeda, dan pada akhirnya temanku dulu ketika di bangku kuliah berkumpul. Ada empat anak di momen  ini, pencarian akan suara dari alam menghasilkan sebuah seni yang di bentuk dari berbagai jurusan yang ada.Â
Aku perkanalkan teman yang mengikuti ekspedisi ini,  saya sendiri selaku mahasiswa pasca sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, Silfiatuz zuhro manusia yang baru selesai wisuda atau masih di garis fresh graduet dan Suhu panggilan akrabnya mahasiswa jurusan ekonomi yang hari ini menempuh semester 9 dan sahabat malik dari jurusan matematika yang bisa masuk tapi tak bisa keluar dari kampus.
Ke tiga temanku itu selalu menghasilkan seni hidup yang berbeda, mereka selalu tertawa, senyum meskipun dunianya penuh dengan kegaluan yang luar biasa, seni itu muncul ketika percampuran budaya, kebiasaan antara mahasiswa yang berbeda latar belakang ini berkumpul di atas gunung tanpa ada yang menganggu dari dunianya masing - masing.
Kultur budaya, keakraban di dalam tenda mengartikan sebuah cerita panjang bahwasanya hidup itu tidak ada yang terbawah, tidak ada yang bodoh dan tidak ada yang berprestasi, semua temanku itu mengantarkan akan sebuah konsep bahwasanya hidup itu harus terbuka bahkan semua manusia di muka bumi ini sudah di takdirkan dengan dunianya masing- masing.Â
Kita gak akan bisa menjastis bahwasanya anak yang tidak lulus itu bodoh, anak yang sudah kuliah itu pintar dan anak yang baru lulus itu galau.
Sudut pandang itu aku dapatkan ketika kita semua mendaki gunung lesung arjuno pada hari itu. Sebuah perjalanan yang akan selalu melekat di dalam pikiran bahwasanya jejak akan sebuah pertualangan itu pernah terjadi. Jejak itu yang akan selalu melekat tanpa harus berbicara yang rumit.Â
Pembicaraan di perjalanan menuju puncak tidak akan menarik memang ketika kita bahas di bangku kuliah, kata demi kata yang kita ucapkan di dalam perjalan tidak akan bisa membuat kita sukses dan kata demi kata yang kita bicarakan di atas gunung tidak akan berdampak.
Tapi ini lah sudut pandang, kadang kehidupan itu tidak bisa kita nilai dari hal yang rumit, pembicaran aneh npun ketika naik gunung akan meringankan kaki kita menuju puncak, kebiasaan kata  sederhana yang menertawakan akan membuat puncak tidak akan terasa jauh dan kebiasaan kata demi kata yang tidak berguna tapi bisa tertawa justru akan selalu di ingat ketika turun dari sebuah ekspedisi pendakian.Â
Dalam kehidupan kandang juga seperti itu belajar dari sebuah pendakian gunung lesung arjuno menandakan bahwasanya hidup ini kadang tidak membicarakan hal yang kita bahas di kampus, kadang juga hidup ini tidak ada sangkut pautnya dengan perdebatan yang kita bela mati- matian ketika berada di dalam perkuliahan dan bahkan suatu perjalanan kehidupan itu perlu hal yang sederhana layaknya obrolan proses menuju puncak agar kita bisa ringan dalam mengapai puncak kesuksesan.
Sudut pandang itu aku temui ketika aku belajar dari pendakian ini, pendakian yang luar biasa bersama teman- teman yang akan menjadikan candu agar keindahan dunia, keindahan sudut pandang dan keindangan seni dalam menggapai kesuksesan akan teredukasi kepada mindset kita agar lebih dari biasanya dalam menilai manusia lain di luar sana.
Manusia yang akan selalu berdampingan, berbeda karakter dan penuh dengan kepentingan akan selalu kita temui setiap hari, perlu kita sadari bersama bahwasanya di sekeliling ini banyak manusia yang ingin membantu dan menjatuhkan kita tetapi ketika kita bisa berpikiran positif dengan melihat sudut pandang yang banyak layaknya naik gunung akan membatu kita untuk lebih cepat dalam menggapai puncak tertinggi sehingga kesuksesan akan terlihat lebih jelas tanpa harus menjatuhkan manusia lainya yang tidak berdosa untuk membantu kita naik ke atas.
Hal itu memang selalu menarik untuk kita bahas dalam presepsi manapun, yang jelas aku hari ini banyak belajar dari arti sebuah pendakian, banyak belajar dari menghargai proses dan hari ini aku bahkan belajar bagaimana menghargai manusia dari kelebihanya bukan menjastis kekuranganya. Sekali lagi aku tekankan tidak ada manusia yang bodoh ketika dia yakin akan sebuah kemampuan yang dimilikinya yang ada di dalam dirinya.Â
Hal itu bisa di dapat berawal dari kekuatan pikiran yang ada di dalam dirinya. Catatan yang terakhir tidak ada sebuah proses yang akan menghianati hasil. Ketika proses itu di lakukan dengan sabar, sederhana dan penuh perjuangan layaknya naik gunung di hari itu.
Tulisan : mochammad syihabbudin
Pada tanggal : 14-12-2020
Refrensi pemikiran : puncak gunung lesung arjuno
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H