Mohon tunggu...
Mochamad Toha
Mochamad Toha Mohon Tunggu... Jurnalis - Kini bekerja di Forum News Network

Jurnalis di Forum News Network. Jika ingin jadi teman, cukup tulis: toha.forum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Negosiator di Kamboja itu Bernama Ryamizard Ryacudu

2 Mei 2016   19:56 Diperbarui: 3 Mei 2016   14:15 5336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pasukan Garuda di Luar Negeri | kabarbisnis.com

Sukses Negosiator Mayjen (Purn) Kivlan Zein dalam membantu pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina mengingatkan pada peristiwa penyanderaan 11 perwira PBB dari beberapa negara oleh pasukan Khmer Merah di Kamboja pada 1992.

Berbagai upaya telah dilakukan PBB untuk bisa membebaskan 11 perwira yang berasal dari beberapa negara. Meski sudah dibicarakan di New York, ternyata tidak ada satu negara pun yang berhasil membebaskannya, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.

Akhirnya, Pimpinan UNTAC (united nation transitional authority in Cambodia) Yasushi Akhasi meminta Letkol Inf. Ryamizard Ryacudu untuk memimpin langsung pembebasan para perwira yang disandera oleh pasukan Khmer Merah tersebut.

"Saya hanya minta satu syarat!" kata Bang Mizard kepada saya ketika menjabat Pangdam V Brawijaya. Apa syaratnya? "Kalau tugas ini sudah diserahkan pada saya (Indonesia), tidak boleh ada satu negara lain pun yang ikut campur!"

Pernyataan tegas itu disampaikan kepada Yasushi Akhasi yang berasal dari Jepang itu. Dan, akhirnya setelah melalui pendekatan teritorial dan intelijen, ke-11 perwira itu dibebaskan oleh Khmer Merah. Sejak saat itulah nama TNI harum di Kamboja.

Ketika terjadi penculikan dan penyanderaan oleh Khmer Merah, saat itu Pasukan Garuda XII B dipimpin Letkol Ryamizard Ryacudu. Pasukan ini menggantikan Pasukan Garuda XII pimpinan Letkol Erwin Sedjana. Setelah itu Pasukan Garuda XII C dikomandani Letkol Darmawi Chaldir.

Menurut Bang Mizard, ketika pasukannya baru tiba di Kamboja, mereka melakukan defile pasukan keliling ibukota Kamboja, Phnom Penh. "Yah, kita waktu itu memang sengaja "show of force" keliling kota," ungkapnya.

Hari-hari pertama mulai bertugas untuk melucuti senjata para pihak yang bersengketa sangatlah berat. Teror dari pasukan Khmer Merah pun dirasakan anak buah Bang Mizard. "Pernah suatu malam tenda kita diserang dengan pelontar granat," ujarnya.

Alhamdulillah. Granat itu tidak sampai meledak. Tetapi yang terjadi adalah rangsel anak buahnya terlempar keluar dari tenda. "Saat itu anak buah saya sedang sholat Tahajjud, jadi ranselnya ikut terlempar keluar. Andai saat itu anak buah saya sedang tidur, habislah seisi tenda," ungkapnya.

Menurut Bang Mizard, terjadinya penyanderaan 11 perwira asing itu karena sebenarnya akibat ulah mereka sendiri. "Kebanyakan mereka ini tidak bisa mendekati rakyat dan Khmer Merah. Mereka juga dikenal sombong, sehingga itulah akibatnya," lanjutnya.

Sementara, perlakuan pasukan Garuda XII terhadap rakyat Kamboja sangatlah manusiawi. Kalau ada rakyat yang sakit, mereka tidak segan-segan mendatangi dan mengobatinya. Dan, ini pula yang pernah dialami oleh komandan Khmer Merah.

Selain itu, "Sebelum terekrut sebagai bagian dari Kontingen Garuda, kami diseleksi dan harus menjalani pembinaan selama tiga bulan. Setiap personel yang masuk itu memiliki kelebihan," ujar seorang mantan anggota pasukan Garuda XII.

Materi pembinaan yang bersifat umum lebih pada pendalaman, seperti penguasaan medan maupun menjinakkan ranjau, karena kondisi wilayah Kamboja saat itu dipenuhi ranjau. 

"Materi lainnya tentunya pengenalan dan penguasaan Bahasa Kamboja supaya kami tidak kesulitan berkomunikasi dan memudahkan beraktivitas dalam pergaulan sehari-hari," ungkapnya.

Saat itu, personel Batalyon Infanteri Lintas Udara 502 Kostrad yang terekrut sebagai pasukan perdamaian PBB di Kamboja, sekitar 136 orang.

Salah satu hal yang membuat mereka senang sekaligus terlihat lebih repot adalah warga Kamboja ternyata lebih bisa menerima keberadaan dan kehadiran tentara dari Indonesia.

"Sikap warga Kamboja itu tentunya membuat kami senang. Bisa jadi karena itu, kami tidak pernah diganggu selama menjalankan tugas sebagai pasukan perdamaian PBB di Kamboja," ujarnya.

Namun, di sisi lain, kondisi tersebut membuat tentara dari Indonesia sering mendapat tugas mendadak tambahan sebagai "negosiator".

"Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh pasukan perdamaian PBB itu adalah patroli. Kami sering diminta bantuan oleh tentara dari negara lainnya, karena ketika mereka patroli sering mendapat gangguan. Padahal, mereka sudah beridentitas sebagai pasukan perdamaian PBB," paparnya.

Saat itulah, biasanya Kontingen Garuda diminta segera bergeser ke lokasi patroli tentara negara lain yang mendapat gangguan dari warga Kamboja.

"Kalau seperti itu, kami biasanya langsung memamerkan (bendera) merah putih sebagai simbol tentara dari Indonesia. Selanjutnya di lokasi tersebut, kami berkomunikasi dengan mereka dan menenangkan situasi. Mereka ternyata memang lebih menerima tentara dari Indonesia untuk berkomunikasi," ujar anggota Kodim 0827 Sumenep ini.

Maka tidak salah kalau Wakil Panglima Royal Cambodian Armed Force (RCAF) Jenderal Hing Bun Hieng saat berkunjung ke Mabes TNI Cilangkap mengucapkan terima kasih atas usaha-usaha pemerintah RI, terutama TNI yang telah ikut berpartisipasi dalam perdamaian di Kamboja, dengan pengiriman pasukan TNI yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB Kontingen Garuda ke Kamboja.

Selain sebagai pengawas perdamaian, tugas Pasukan Garuda di Kamboja ini mengawasi berlangsungnya pemilihan Umum di Kamboja. Ketika mengakhiri masa tugasnya yang juga berhasil membebaskan sandera 11 perwira asing, parade pun dilakukan Bang Mizard.

Yang membuat menantu Jenderal (Purn) Try Sutrisno ini adalah saat melakukan defile keliling kota menjelang berakhirnya masa tugas Pasukan Garuda XII B itu, rakyat di Kamboja banyak yang turun gunung hanya ingin melihat pasukan Indonesia (TNI).

Mereka benar-benar sangat mengelu-elukan kehadiran pasukan TNI. Makanya, ketika di dalam negeri ada pihak-pihak yang menuding TNI melanggar HAM, sementara rakyat negara lain mengelu-elukan TNI, Bang Mizard merasa "teraniaya".

Seorang mantan anggota Pasukan Garuda XII yang lain bercerita, medan di Kamboja itu sangatlah berat. Banyak pasukan dari AS yang menjadi korban dan tewas terbunuh di sana. Karena banyak diantaranya yang senang pada perempuan dan tidak mau bayar.

Perempuan-perempuan inilah yang "menghabisi" tentara asing (terutama dari AS) dengan memotong kemaluannya ketika mereka sedang berkencan dengan perempuan. Ini ditakuti oleh sebagian besar pasukan asing di Kamboja, selain pasukan Khmer Merah.    

Sehingga, ketika terjadi penculikan dan penyanderaan 11 perwira asing, tidak ada satu pun pimpinan pasukan PBB yang berani membebaskannya. Setelah "kepepet" barulah Kepala Pemerintahan Sementara menunjuk Letkol Ryamizard Ryacudu untuk membebaskan mereka. Bravo TNI!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun