Pertama Kali Masuk Kerja

Iya.

Jawabku saat ibu bertanya, "Apakah saya sudah mulai bekerja. "

Siapa sih yang gak senang diterima kerja, setelah berpuluh puluh lamaran dilayangkan?

Tapi anehnya, saya dapat kerjaan ini dari teman, bukan dari lamaran yang sudah saya kirim.

Mau?

Saya langsung iyakan saja waktu temanku menawarkan sebuah lowongan pekerjaan. 

Tak apa kan jadi pelayan?

Memang  salah? Jadi pelayan juga pekerjaan terhormat kan?

Dan hari ini saya memulai hari dengan bersiap berangkat kerja. Kakak mau mengantar sekalian berangkat. 

Gaji pertama traktir ya?

Saya cuma tersenyum.  Dapat pekerjaan saja sudah harus bersyukur,  kenapa harus memikirkan gaji pertama segala?

Kamu nanti catat pesanan,  dan pesanan taruh di tempat itu.

Saya mengangguk.

Wilayah kamu hanya sampai pintu itu. Jangan lewati pintu itu.

Lagi lagi saya mengangguk. 

Hari itu lumayan capek.  Tapi saya senang saja, walaupun capai. 

Ketika jam kerja selesai,  seseorang menyuruh saya mengantar kertas ke ruangan  Pak Tejo.  Entah siapa dia.

Dari pintu itu lurus. Nanti ada pintu di sebelah kanan, ketuk saja. Itu ruangan Pak Tejo.

Saya ketuk pintu yang dimaksud,  tapi tidak ada jawaban.  Saya geser daun pintu yang tidak tertutup rapat itu.

Astagfirullah. 

Saya sebetulnya tak bisa bercerita di sini. Karena,  apa yang saya lihat benar-benar di luar nalar. 

Di ruangan itu ada seekor babi.  Dia sedang  makan dengan rakusnya.  Anehnya,  makanan yang sudah dimakan nya sebagian dimuntahkan kembali. 

Babi itu menatap saya. Matanya merah menyala.  Ekornya dikibas kibaskan.  Sepertinya dia marah karena pintunya saya buka. 

Kompasianival

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H