Setelah diam cukup lama, suamiku kemudian bilang, Â "Aku dapat promosi."
"Alhamdulillah, " jawabku.
"Jangan senang dulu. Karena aku di tempatkan di Medan. "
Aku teringat waktu baru pindah ke kantor pusat di Jakarta. Aku sempat bolak balik Jakarta-Makassar. Lumayan melelahkan juga.Â
"Bagaimana dengan Alea?" tanya suamiku tentang anak kesayangan yang sekarang sudah mau lulus SMP.Â
"Sepertinya tidak mau ikut. Sudah terlalu senang tinggal di sini. Teman-teman nya sudah banyak. Kalau pindah kan harus mencari teman baru."
Sebelum pelantikan kami sudah harus berada di Medan. Sementara tinggal di hotel dulu. Â Seusai pelantikan, Â baru kami bareng bareng melihat rumah dinas.Â
"Enak," kata suamiku.Â
Aku melihat ruangan di rumah dinas yang begitu besar itu. Ada 3 ruangan untuk keluarga, Â dan ada ruangan agak kecil di belakang. Â Mungkin untuk pembantu.Â
Rumah itu terjaga rapi.Â
Alea juga kelihatannya senang. "Kalau pindah ke sini, kamu di ruangan ini ya, Lea," kataku.Â
Aku tinggal Alea memasuki bakal kamarnya. Aku melihat kamar yang lain. Sampai kemudian aku dengar teriakan Alea.Â
"Mamaaaaaaaaa...........!"
Aku dan suamiku langsung menuju kamar Alea. Dia sedang terduduk lemas.
"Ada apa, Lea?"
Lea tak menjawab. Pandangan nya kosong. Â Dan sorot ketakutan begitu terasa.Â
"Lima tahun lalu memang ada yang meninggal di rumah ini. Dia tinggal sendirian. Â Setelah dua hari meninggal, baru ketahuan, " kata pembantu yang bertugas membersihkan rumah tapi tidak tinggal di situ.
Aku mulai berpikir ulang, "Haruskah tinggal di rumah dinas?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H