Seorang tetangga mengeluhkan anaknya yang bandel banget.  Hampir dalam segala hal anaknya melawan. Kalau disuruh  ke kiri, anaknya pasti ke kanan. Kalau di suruh ke kanan,  malah ke kiri.
"Anak bapak kok bisa nurut nurut. Tak pernah dengar suara keras dari rumah bapak. Sebetulnya resepnya apa, Pak Guru?" tanya tetangga saya itu.
Saya cuma senyam senyum aja mendengarkan pujiannya.Â
"Bagi resepnyalah."
"Sebetulnya mudah, Pak."
Seorang pedagang somay lewat. Menawari kami yang sedang ngopi di pos RT. Â Tapi kami bersamaan menggeleng. Â Rasa kopi menjadi hambar kalau dicampur apa pun.
"Iya, apa?"
Aku pun bercerita. Â Begini cerita agak panjangnya.Â
Sejak kecil, aku tak pernah menyuruh anak. Kebiasaan menyuruh ini yang harus dihindari orangtua. Karena akibatnya akan seperti tetanggaku itu.Â
Maksudnya?
Saya (pakai saya aja lebih enak) lebih senang mengajak anak untuk melakukan sesuatu. Â Ketika kamarnya berantakan, Â saya tidak menyuruh anak saya membereskannya. Terus dibiarkan, Â gitu?
Tidak jugalah. Â Saya mengajak anak saya untuk membereskanya. Â Artinya, Â saya ikut serta membereskan.Â
"Bereskan kamarmu!"
Kalau saya suruh begitu, anakku pasti enggan bergerak.  Bahkan kadang  bisa melawan kalau kalimat itu berulang didengarnya.  Apalagi kalau sampai 3 kali dalam sehari.Â
"Ayo, kita bereskan kamarmu!"
Dia akan beranjak ngebantuin ayahnya. Â Nah, saat itulah kita ajarin cara praktis membereskan kamar.Â
Itu salah satu contoh.Â
Dan jika anak anak masih kecil. Â Kalau sudah besar, saya lebih banyak mengajaknya diskusi.Â
Misalnya, Â ketika dia ingin memilih jurusan atau peminatan di SMA, Â saya tanya dia akan pilih apa. Setelah dia tahu pilihan nya, saya tanya kenapa. Â
Ketika pertanyaan pertanyaan itu dijawabnya dengan baik, berarti dia sudah memahami segalanya tentang pilihannya itu. Saya tidak menyangkal atau membelokkan pilihannya. Â Biarkan dia bertanggung jawab terhadap pilihannya.Â
"Kemarin anak saya mau masuk jurusan filsafat. Â Hari gini, mau berfilsafat? Akhirnya, aku suruh masuk komunikasi. Â Salah ya?"
"Salah. Makanya berantem mulu."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H