Pada awalnya aku tak begitu percaya. Tapi bayangan itu semakin membesar. Â Mendekati ku. Dan terdengar begitu jelas dengus nafasnya.Â
Ingin sekali aku berteriak. Â Mulutku saja yang membangkang. Tak ada suara yang mampu dihasilkan. Â Semakin aku berusaha untuk mengeraskan suara, hanya tenggorokanku ku yang sakit sekali.Â
Bayangan hitam itu tepat berada di atas ku. Kulihat bulu di tubuhnya sangat lebat. Â Dan matanya memerah.Â
Salah satu kakinya menginjak perutku. Â Aku sama sekali tak bisa nafas.Â
"Mungkin ini saatnya kematianku, " pikirku.Â
Beberapa menit dia berdiri di atas perutku. Â Bukan hanya berdiri, Â tapi malah loncat loncat. Â
"Seandainya aku bisa meraih parang yang ada dalam tasku, Â pasti sudah kutebas kakinya. "
Kulihat dia menyeringai. Giginya begitu besar.Â
"Pulang saja."
"Iya. Kamu juga tahu?"
"Bukan hanya tahu, tapi melihat. "