"Apa yang kamu dengar selama ini tentang bapak, Â benar. Bapak memang tak bisa dibacok. Â Bapak juga bisa terbang. Bapak juga bisa menghilang. "
"Itu semua bapak dapat dari mbahmu. "
"Bapak tak ingin mewariskan ilmu ini kepadamu.  Cukup sampai bapak saja.  Untuk zamanmu yang dibutuhkan  tentu bukan ilmu yang bapak miliki. Ada zamannya masing-masing. "
"Jika kamu tetap tinggal bersama bapak, Â mau tak mau kamu harus mewarisi ilmu ini. Kamu harus melayani..."
Bapakku dipanggil mbah ke kamarnya. Â Ini ringkasan cerita bapak.
Kemudian kamar atau di kampungku disebut sentong itu ditutup dari luar. Â Bapak tak bisa ke mana mana, kecuali tiduran di tempat tidur yang spreinya berwarna hijau muda itu.
Bau wangi dupa begitu menyengat,  hingga bapak seperti  setengah sadar.  Pada saat itulah, bapak melihat perempuan cantik mendadak  sudah berada di sampingnya.  Perempuan itu telanjang bulat.Â
Sebagai pemuda yang belum pernah tidur bersama lawan jenis, tubuh bapak bergetar dari ujung rambut sampai ujung kaki. Â Tapi, bimbingan perempuan itu membuat bapak mampu melakukan tugas berat sebagai laki-laki tangguh. Â Sampai Subuh tiba, Â terus menerus pergulatan itu dilakukan bapak.Â
Itulah  malam pertama bapak.  Dan sejak saat itu, setiap bulan bapak menjalani ritual itu.Â
"Bapak tak ingin kamu menderita seperti bapak. Â Jadi, kamu harus pergi dari rumah. Â Kalau kamu kangen kita bisa ketemu di kota."
Saat ini, bapak sudah tak ada.  Aku hidup di kota lain. Bersama  3 anakku yang lucu lucu.  Kalau aku tidak pergi, anakku hanya boleh satu.  Dan hanya boleh laki-laki.Â