Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Nyi Waringin

13 Desember 2023   19:55 Diperbarui: 13 Desember 2023   19:59 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istriku lahir di kampung dekat gunung Slamet.  Nama desanya Lembasari.  Sudah dekat perbatasan Pemalang. 

Liburan kali ibu, aku pulang ke sana.  Istriku Sudah pulang duluan ke sana.  Kehamilan nya sudah delapan bulan, nyaris sembilan.  Jadi,  dia pengen melahirkan dekat ibunya. 

Sudah 2 hari aku tinggal di kampung istriku.  Sudah mulai mengerti arah angin di desa itu. Paling tidak,  aku udah tahu jalan dari Jatinegara ke desa Lembasari tanpa nyasar. Emang jalannya cuma satu.  Ada satu cabang tapi sudah ada tulisannya Desa Lawijawa. 

Sore itu, istriku pengen makan sate kambing.  Dan sate kambing adanya di dekat pasar Jatinegara. Tak orang lain kecuali aku.

Akhirnya aku yang jalan membeli sate kambing di Jatinegara. Motor vixion adik iparku cukup merepotkan juga bagi aku yang setiap hari pakai bebek matik. 

"Hati-hati ya?" pesan istriku. 

"Baiklah. "

Jatinegara itu tidak jauh. Paling 15 menit sampai.  Dan pas azan magrib, aku sudah jalan pulang. 

"Mau ke mana?" tanyaku ketika seorang perempuan di jalan menyetop motorku hendak nebeng. 

"Pertigaan Waluyo."

"Aku gak paham."

"Nanti tak kasih tahu."

Perempuan itu memakai kebaya merah.  Bawahnya kain batik seperti biasa orang kampung pakai.  Tapi, perempuan ini seperti orang kaya.  Kebayak dan kainnya terlihat lebih mahal dari yang biasa orang kampung pakai. 

"Tolong masukkan tusuk kondisi ini. Tadi terjatuh, " pintanya. 

Tusuk kondenya juga tampak mahal.  Memiliki lakukan lima.  

Dan ketika sampai di Pertigaan yang dia maksud,  dia bilang sudah sampai.  Aku berhentikan Motor. Dia turun pelan pelan.  Mengucapkan terima kasih. 

Ketika Motor hendak kujalankan,  aku tengok perempuan itu. Tapi benar-benar tak ada. Perempuan itu hilang.  Padahal baru saja turun dari motor. 

Ketika sampai di rumah mertua,  aku ceritakan kejadian tadi.  Eh, kontan istriku menjerit.  Tetanggaku berdatangan kaget. 

"Ada apa?" tanya tetangga. 

"Mas Birin Mboncengin Nyi Waringin. "

Lalu , hampir semua tetanggaku yang datang berubah wajah.  Mereka sangat ketakutan.  Ada apa?

"Kamu langsung mandi, " perintah mertuaku. 

Setelah mandi,  aku diajak ke rumah tetua kampung.  Di sana sudah berkumpul beberapa orang. Dan rata rata wajahnya penuh rasa takut. 

Aku disuruh masuk sebuah kamar.  Kamar itu gelap sekali.  Bau kemenyannya juga kuat.  Sehingga,  baru satu langkah,  aku langsung tak ingat apa apa lagi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun