Ketika sore tadi sampai di villa ini, langsung tumpah rumah air dari langit. Seakan sudah ditunggu waktu tumpahnya dari tadi.
Kebetulan capai juga setelah hampir seharian terkurung dalam mobil. Kuputuskan untuk langsung tidur saja.Â
"Mau masak mie?" tanya istriku.Â
Aku hanya menggeleng. Perutku masih terlalu penuh untuk ditambah sekadar mie rebus.Â
"Aku bobo dulu ya?"
Kembali hanya kujawab dengan anggukan.Â
Di riang ramuan villa, aku duduk menonton televisi sendirian. Â Suara dengkur anak astriki sudah bersahut sahutan.Â
Tak terasa aku tertidur di depan televisi.Â
Sampai kemudian terdengar ketukan di pintu. Pas aku bangun, listrik mati sehingga gelap semua. Aku mencoba mencari korek api yang biasanya kugeletakkan di meja dekat bungkus rokok.Â
Saat sudah menemukan lilin, aku mencoba menengok apa ada seseorang di luar.Â
Ya, ada bayangan seseorang. Oh, tidak sendirian. Â Bayangan itu berdua.Â
"Ada apa?" tanyaku pada mereka.Â
"Motorku kehabisan bensin tadi lupa beli. Â Boleh numpang sebentar?"
Aku ragu. Apakah benar dia sedang bermasalah dengan motornya? Atau mereka yang akan menjadi masalah bagiku dan keluarga ku?
"Paling tidak, cukup izinkan kamu duduk di beranda?"
Aku mengangguk.Â
Setelah menutup dan mengunci pintu, mataku tak bisa kupejamkan lagi.Â
Siapa mereka?
Mau apa mereka?
Penjahat kah?
Orang baikkah?
Penipu?
Hantu?
Jin?
Malaikat?
Aku bangkit dan mencoba mengintip dari balik gorden .
Tak ada bayangan apa apa? Menghilang? Pergi? Atau ....
Listrik belum kembali menyala. Â Dan malam semakin dingin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H