Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bisa Juga Nadiem Gagal

2 Mei 2023   08:00 Diperbarui: 2 Mei 2023   14:34 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nadiem Makarim (Kompas.com)

Bukan hanya ada kekhawatiran. Justru kekhawatiran itu semakin hari semakin membesar. Kenapa?

Negara ini besar, bahkan dapat dikatakan besar sekali. Lebih dekat ke Singapura atau ke Malaysia daripada pergi ke Aceh atau Papua jika Anda tinggal di Jakarta.

Tingkat keberagaman nya juga sangat jauh. Ada Jakarta, Bandung, Yogya, Surabaya,dan kota besar lain yang tak kalah dengan luar negeri dalam segala hal. Tapi ada juga pelosok negeri yang tertinggal sangat jauh, jangan kan bicara internet bicara tentang listrik saja masih jauh sekali.

Dan pendidikan di negeri ini juga menjadi begitu berbeda. Ada yang sudah menggunakan Kurikulum Merdeka, ada yang tak ada gurunya. Bagaimana mau bicara muluk muluk tentang kurikulum, bicara tentang ketersediaan guru pengajar saja bingung.

Nadiem sendiri cuma diberikan waktu lima tahun. Bisa juga lebih dari lima tahun, tapi saat ini hanya sebuah mimpi, karena setiap rezim akan memiliki ego masing-masing.

Tahun 2024 akan ada pilpres. Setelah itu ada kabinet baru. Akan ada pergantian menristek. Nadiem selesai.

Program Nadiem sendiri tak mungkin bisa selesai hanya dalam waktu kerja lima tahun. Jika bicara Jakarta, semua sekolah tentunya sangat mudah untuk mencari informasi. Seluruh sekolah di DKI Jakarta bisa langsung menjadi Sekolah dengan Kurikulum Merdeka, walaupun bukan sekolah penggerak.

Akan tetapi, sudahkah kurikulum Merdeka menjangkau pedalaman Jawa? Kalau pedalaman Jawa saja belum tersentuh, jangan bicara pedalaman Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, bahkan Papua.

Maka, program sekolah penggerak yang digagas Nadiem akan mangkrak juga bersamaan dengan berakhirnya masa duduk Nadiem di Kemdikbudristek.

Bagaimana pula dengan program guru penggerak?

Ada mimpi bahwa pada akhirnya semua guru adalah guru penggerak. Akan tetapi, saat ini saja sudah mulai termehek-mehek. Belum ada setengah program terjalani dengan baik.

Bahkan guru guru yang sudah digembleng sebagai guru penggerak pun selalu menyimpan pertanyaan, bagaimana nasib guru penggerak setelah 2024?

Oleh karena itu, program pendidikan sebaiknya bukan program menteri. Jangan sampai program pendidikan terbengkalai setiap kali ada pergantian menteri. Kenapa?

Tak ada program pendidikan yang bisa dilihat hasilnya hanya dalam waktu lima tahun. Program pendidikan selalu menjadi program jangka panjang. Program yang harus melintasi beberapa menteri sekaligus.

Pergantian kabinet, termasuk didalamnya pergantian menteri pendidikan, tidak perlu menjadi petaka bagi program yang digagas menteri sebelumnya karena memang tak ada program menteri,yang ada hanyalah program pendidikan negara.

Di peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2023 ini, marilah kita pikirkan pendidikan nasional sebagai program jangka panjang. Program yang tidak lekang oleh waktu. Yang tak berbolak balik karena pilpres.

Selamat Hardiknas 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun