Bukan hanya ada kekhawatiran. Justru kekhawatiran itu semakin hari semakin membesar. Kenapa?
Negara ini besar, bahkan dapat dikatakan besar sekali. Lebih dekat ke Singapura atau ke Malaysia daripada pergi ke Aceh atau Papua jika Anda tinggal di Jakarta.
Tingkat keberagaman nya juga sangat jauh. Ada Jakarta, Bandung, Yogya, Surabaya,dan kota besar lain yang tak kalah dengan luar negeri dalam segala hal. Tapi ada juga pelosok negeri yang tertinggal sangat jauh, jangan kan bicara internet bicara tentang listrik saja masih jauh sekali.
Dan pendidikan di negeri ini juga menjadi begitu berbeda. Ada yang sudah menggunakan Kurikulum Merdeka, ada yang tak ada gurunya. Bagaimana mau bicara muluk muluk tentang kurikulum, bicara tentang ketersediaan guru pengajar saja bingung.
Nadiem sendiri cuma diberikan waktu lima tahun. Bisa juga lebih dari lima tahun, tapi saat ini hanya sebuah mimpi, karena setiap rezim akan memiliki ego masing-masing.
Tahun 2024 akan ada pilpres. Setelah itu ada kabinet baru. Akan ada pergantian menristek. Nadiem selesai.
Program Nadiem sendiri tak mungkin bisa selesai hanya dalam waktu kerja lima tahun. Jika bicara Jakarta, semua sekolah tentunya sangat mudah untuk mencari informasi. Seluruh sekolah di DKI Jakarta bisa langsung menjadi Sekolah dengan Kurikulum Merdeka, walaupun bukan sekolah penggerak.
Akan tetapi, sudahkah kurikulum Merdeka menjangkau pedalaman Jawa? Kalau pedalaman Jawa saja belum tersentuh, jangan bicara pedalaman Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, bahkan Papua.
Maka, program sekolah penggerak yang digagas Nadiem akan mangkrak juga bersamaan dengan berakhirnya masa duduk Nadiem di Kemdikbudristek.
Bagaimana pula dengan program guru penggerak?