Kamu harus pahami suamimu. Semua nya memang sedang susah. Usaha apa pun akan gagal. Bangkrut. Kamu juga ikut susah kan?Â
Dan ketika suamiku malam itu pulang. Tidak lagi seperti biasanya. Tak ada lagi senyum yang mengantarkan nya pulang.Â
"Kadang hanya mampir makan. Kemudian pergi lagi. Seperti orang yang sangat sibuk sekali, " ceritaku.Â
Tapi memang usahanya terus maju. Apa pun yang dijualnya selalu menemui pasar yang bergairah. Sehingga selalu mendapatkan untung besar.Â
"Kemudian kamu lahir. "
Mataku tak bisa lagi menyimpan dan menumpahkan air mata yang sudah cukup lama kusimpan.Â
"Aku sendiri tak tahu, kamu itu anak siapa? Karena malam itu dia tak seperti biasanya. Begitu kuat. Begitu bergairah. Sampai saya lunglai dibuatnya. "
Ya. Badannya memang badan suamiku. Tapi perasaan ku mengatakan jika ada jiwa lain dalam tubuhnya. Dan aku sulit mengerti.Â
"Jangan lagi kamu benci bapakmu. Biar dia pergi. "
Kata kata itu aku ambil dari kata kata yang diucapkan Mbah Surino. Waktu itu, kami berdua memang datang ke sebuah petilasan di sebuah hutan di Jawa Timur. Tak jauh dari daerah tempat kelahiran suamiku.Â