Ada yang masih ingat seorang pemimpin negeri ini bernama Adam Malik?Â
Menurut sohibul Hikayat, beliaulah yang pertama kali bilang "Semua bisa diatur. " Sebuah kalimat yang begitu dalam dan bisa bersayap.Â
Dan dalam masa yang sama, entah kalimat ini dibikin oleh siapa, begitu terkenal kalimat, "Kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah? "Kalimat yang juga memiliki kedalaman makna.Â
Sebuah negara kadang ingin mengatur segalanya. Seolah-olah warganegara tak cukup otaknya untuk berpikir tentang dirinya sendiri. Bahkan kadang pada urusan yang begitu tak penting.Â
Kalau sudah begitu, negara dengan aparatur nya menjadi pusing sendiri. Akhirnya, toh segalanya bisa diatur? Kalau begitu kenapa dipermudah kalau bisa dipersulit?Â
Hidup yang tadinya indah dan seharusnya nyaman pun menjadi begitu suram dan mulai tak jelas ujung pangkalnya. Ada yang pasrah dan ada juga yang memberontak.Â
Hidup kok jadi ribet?Â
Kita disuruh vaksin. Yo, manut. Kan warganegara yang baik. Bukan penolak vaksin yang hendak bermain politik. Dengan narasi seram seramnya.Â
Terus disuruh dua kali, vaksin nya. Manut juga. Pasti maksud negara baik. Kenapa ditolak? Hanya orang yang kurang bisa berpikir lah yang menolaknya. Atau mereka yang hendak beroposisi secara membabi dan membuta.Â
Lho, kenapa muncul keharusan antigen bahkan PCR untuk mereka yang hendak bepergian?Â
Bahkan setelah banyak yang ikut booster segala, seharusnya tak perlu ditambah dengan keribetan keribetan yang lain. Jangan sampai muncul kecurigaan bahwa antigen dan PCR cuma bisnis yang memanfaatkan kekuasaan belaka.Â
Kalau sekarang ditiadakan, bukan sebuah yang perlu dirayakan. Justru harusnya disesali. Keribetan ini memang seharusnya tak terjadi.Â
Negara kok ribet sendiri?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H