Namanya Sinta. Aku mengenalnya ketika SMP. Dia satu kelas denganku. Dia selalu duduk di bagian depan. Selalu.Â
Aku sendiri lebih senang duduk di belakang. Aku selalu takut kalau ditanya guru. Padahal, pertanyaan guru kadang cuma tentang belajar.Â
Semalam belajar?Â
Ada materi yang sulit?Â
Kadang aku berkhayal pengin punya pacar seperti Sinta. Anaknya setiap hari selalu ceria. Tak pernah aku melihat wajah sedih Sinta. Sehingga, seluruh teman satu kelas tak ada yang menjadi musuhnya.Â
Suatu pagi Sinta sudah ada di kelas sendirian. Pas aku datang dia menghampiriku. Aku jadi gemeteran karena kikuk. Tapi, aku suka melihat senyum Sinta, pagi itu.Â
Kamu pinter.Â
Itu saja kata yang keluar dari mulut mungil Sinta. Terus kembali tempat duduk duduknya.Â
Semalaman aku tak bisa tidur. Selalu saja muncul wajah Sinta dengan senyumnya yang manis itu.Â