"Perempuan cantik, " katanya dengan percaya diri penuh.Â
"Usia? "
"35-an."
"Kulit? "
"Bule."
Dan berita itu tersiar begitu saja. Sekampung pasti tahu jika di bawah pohon jengkol punya bapak ada penunggunya. Setelah cerita Kamdi beredar.Â
Bagi kami, orang kampung, cerita pohon dengan penunggunya yang perempuan, yang cantik, dan yang bule adalah biasa. Walaupun kalau dipikir pikir aneh juga.Â
Biasanya, makhluk halus juga punya sejarah. Misalnya, karena rumah tua itu ditinggalin oleh keluarga Belanda maka muncul hantu Belanda. Bule. Karena rumah tua itu dulu ditinggalin tentara Jepang maka muncul hantu Jepang.Â
Di kampung ku tak pernah ada Belanda lewat, kok tahu tahu ada hantu bule?Â
Ah, biarlah itu urusan si Kamdi. Orang yang ngaku pernah lihat hantu bule di pohon jengkol bapak. Bahkan dia gencar menceritakan nya ke sana kemari.Â
Keluarga ku sendiri tak ada yang pernah lihat. Bahkan tak ada yang peduli. Termasuk aku sendiri.Â
Kalau siang, matahari panas, banyak ibu ibu duduk di bawah pohon jengkol yang rindang tersebut. Mereka ngerupiin apa saja.
Kadang sambil nyari kutu. Kebiasaan yang terus terjaga hingga kini.Â
Dan waktu itu belum Magrib. Tapi suasana sudah agak gelap. Karena sepanjang sore hujan cukup lebat.Â
Aku sedang berdiri di Jendela kamar. Kebetulan tidak jauh dari pohon jengkol. Dari jendela itu, terlihat jelas pohon jengkol.Â
"Hah? "
Seorang perempuan. Berkulit putih. Sedang duduk sendirian di bawah pohon jengkol.Â
Aku kucek mata. Dan dia tetap terlihat jelas. Perempuan itu memandang ke arahku. Dan tersenyum. Padaku.Â
Sejak saat itu, aku percaya dengan Kamdi. Percaya banget. Suer!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H