Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Sulitnya Tinggal di Kota Besar

14 Oktober 2021   07:38 Diperbarui: 14 Oktober 2021   10:51 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apartemen (kompascom)

Setelah punya istri, dan kemungkinan akan menyusul anak-anak, kebutuhan tempat tinggal tak bisa dihindari. Mau tinggal di mana? 

Banyak hal yang harus dipikirkan ketika memilih tempat tinggal. Apalagi jika memikirkan bagaimana kesehatan, baik jasmani maupun rohani, anak atau keluarga kita nantinya. 

Pertama yang terlintas tentunya memiliki rumah tapak. Memiliki rumah itu ya beserta tanah tempat rumah itu berada. Dan generasi kita memang generasi tapak tanah. 

Akan tetapi, mencari rumah tapak di Jakarta tentu bukan persoalan mudah. Harga tanah menjadi faktor paling berpengaruh terhadap harga rumah tapak. Dan setiap tahunnya, kenaikan harga tanah di Jakarta semakin tidak rasional. 

Bagi keluarga baru, keluarga muda, yang penghasilan masih baru dimulai, tentu sulit untuk bisa membeli rumah tapak di tengah kota. Kecuali jika bersedia tinggal di rumah dengan kondisi lingkungan yang kurang mendukung kesehatan mental anak. 

Pilihan berikutnya adalah menyingkir ke pinggiran kota. Misalnya saja ke daerah Botabek.  Harga tanah tidak semahal di Jakarta, tentunya. Masih bisa dikejar. Terutama jika suami istri bekerja. 

Problem tinggal di luar kota adalah perjalanan yang penuh kemacetan. Kadang perjalanan justru menghabiskan waktu lebih banyak daripada hidupnya sendiri. 

Belum lagi problem penjagaan anak anak yang masih balita jika kedua orang tua sama sama bekerja di Jakarta. Berangkat dari rumah ketika anak masih tidur, dan pulang ke rumah ketika anak sudah tidur lagi. 

Pilihan terbaik memang tinggal di rumah vertikal. Tinggal di apartemen menjadi pilihan paling rasional untuk penghuni perkotaan. Letak apartemen biasanya di tengah kota dan di tempat yang strategis. 

Akan tetapi, apakah kita akan membeli apartemen atau cukup dengan menyewanya? 

Ada beberapa tawaran kemudahan untuk membeli sebuah apartemen. Karena memang banyak orang lebih senang memiliki apartemen daripada ketika harus menyewanya. Pola pola pembayaran banyak disesuaikan dengan kondisi keluarga muda perkotaan. 

Seperti tanpa uang muka, atau paling tidak dengan uang muka ringan. Keluarga muda biasanya belum memiliki uang cukup besar untuk membayar uang muka yang besar. Jika harga uang muka terlalu tinggi maka banyak apartemen kosong. 

Hanya saja, terkadang harga uang muka yang sudah disesuaikan pun belum terjangkau oleh beberapa pasangan muda. Maka, pilihan untuk tinggal di apartemen sewa memang tak bisa terhindarkan. 

Cukup banyak juga apartemen sewa di Jakarta. Bisa tinggal dengan nyawan di tengah kota tanpa harus mengerutkan jidat memikirkan uang muka. 

Sudah cukup banyak orang yang sudah bisa tinggal di rumah vertikal atau apartemen. 

Oleh karena itu, sebelum melangkah ke pelaminan, akan lebih baik jika sudah memikirkan pula di mana hendak tinggal setelah pesta usai. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun