Setelah punya istri, dan kemungkinan akan menyusul anak-anak, kebutuhan tempat tinggal tak bisa dihindari. Mau tinggal di mana?Â
Banyak hal yang harus dipikirkan ketika memilih tempat tinggal. Apalagi jika memikirkan bagaimana kesehatan, baik jasmani maupun rohani, anak atau keluarga kita nantinya.Â
Pertama yang terlintas tentunya memiliki rumah tapak. Memiliki rumah itu ya beserta tanah tempat rumah itu berada. Dan generasi kita memang generasi tapak tanah.Â
Akan tetapi, mencari rumah tapak di Jakarta tentu bukan persoalan mudah. Harga tanah menjadi faktor paling berpengaruh terhadap harga rumah tapak. Dan setiap tahunnya, kenaikan harga tanah di Jakarta semakin tidak rasional.Â
Bagi keluarga baru, keluarga muda, yang penghasilan masih baru dimulai, tentu sulit untuk bisa membeli rumah tapak di tengah kota. Kecuali jika bersedia tinggal di rumah dengan kondisi lingkungan yang kurang mendukung kesehatan mental anak.Â
Pilihan berikutnya adalah menyingkir ke pinggiran kota. Misalnya saja ke daerah Botabek. Â Harga tanah tidak semahal di Jakarta, tentunya. Masih bisa dikejar. Terutama jika suami istri bekerja.Â
Problem tinggal di luar kota adalah perjalanan yang penuh kemacetan. Kadang perjalanan justru menghabiskan waktu lebih banyak daripada hidupnya sendiri.Â
Belum lagi problem penjagaan anak anak yang masih balita jika kedua orang tua sama sama bekerja di Jakarta. Berangkat dari rumah ketika anak masih tidur, dan pulang ke rumah ketika anak sudah tidur lagi.Â
Pilihan terbaik memang tinggal di rumah vertikal. Tinggal di apartemen menjadi pilihan paling rasional untuk penghuni perkotaan. Letak apartemen biasanya di tengah kota dan di tempat yang strategis.Â
Akan tetapi, apakah kita akan membeli apartemen atau cukup dengan menyewanya?Â