Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Korupsi dan Taliban

26 Agustus 2021   14:54 Diperbarui: 26 Agustus 2021   15:03 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seandainya pemerintahan Ashraf Gani bertindak adil, tak ada korupsi, kemungkinan besar rakyat Afganistan akan berdiri tegak membelanya dari serbuan Taliban.  Berita tentang kaburnya Gani bersama dollar menjadi petunjuk bahwa korupsi memang cukup subur. 

Cerita Agustinus Wibowo dalam buku yang ditulis berdasarkan perjalanan nnya ke negara Afganistan menunjukkan bahwa korupsi di saat pemerintahan yang ditopang oleh Amerika tersebut cukup memprihatinkan. Ada ketimpangan hidup di Kabul. 

Ketimpangan hidup antara para penguasa dengan rakyat jelata apalagi dengan mereka yang menjadi korban perang, jelas pemerintahan telah berbuat tidak adil. Dan setiap ketidakadilan akan menimbulkan perasaan berbeda. 

Padahal, dalam sebuah negara, sangat dibutuhkan rasa bersama sebagai sebuah bangsa. Ketika kenikmatan itu cuma sedikit dibagi rata. Apalagi jika kenikmatan itu berlimpah. 

Sebuah peristiwa yang mengagetkan ketika perlawanan tak ada kepada Taliban ketika mereka mulai merangsek kota kota besar di Afganistan. Jika rakyat mencintai negaranya, tentu kondisi akan berbeda. 

Bahkan seperti nya rakyat Afganistan sudah muak dengan prilaku penguasanya yang tidak menjadikan keadilan sebagai jalan yang ditempuh. Kehadiran Taliban mungkin malah dianggap dewa penolong. Kecuali oleh mereka yang sudah terlalu kenyang dengan uang haram. 

Sebuah pembelajaran bagi negara kita juga. Jangan sampai pemerintahan yang sah dibenci karena terlalu bersahabat dengan korupsi. Bahkan koruptor pun di rekrut Lembaga anti korupsi. 

KPK dibunuh dengan disaksikan mata telanjang. Prilaku bar bar yang akan membangkitkan kebencian rakyat. 

Orda baru tumbang juga karena korupsi yang sudah tak bisa ditolerir lagi. Akan kah orde reformasi akan mengalami nasin sama karena meniru prilaku kotor orde orde sebelum nya? 

Afganistan adalah pembelajaran bahwa korupsi lebih dibenci daripada sikap radikalisme.  Jika kita tak ingin seperti Afganistan, kita harus segera sadar akan korupsi yang semakin akut di negeri ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun