Seandainya pemerintahan Ashraf Gani bertindak adil, tak ada korupsi, kemungkinan besar rakyat Afganistan akan berdiri tegak membelanya dari serbuan Taliban. Â Berita tentang kaburnya Gani bersama dollar menjadi petunjuk bahwa korupsi memang cukup subur.Â
Cerita Agustinus Wibowo dalam buku yang ditulis berdasarkan perjalanan nnya ke negara Afganistan menunjukkan bahwa korupsi di saat pemerintahan yang ditopang oleh Amerika tersebut cukup memprihatinkan. Ada ketimpangan hidup di Kabul.Â
Ketimpangan hidup antara para penguasa dengan rakyat jelata apalagi dengan mereka yang menjadi korban perang, jelas pemerintahan telah berbuat tidak adil. Dan setiap ketidakadilan akan menimbulkan perasaan berbeda.Â
Padahal, dalam sebuah negara, sangat dibutuhkan rasa bersama sebagai sebuah bangsa. Ketika kenikmatan itu cuma sedikit dibagi rata. Apalagi jika kenikmatan itu berlimpah.Â
Sebuah peristiwa yang mengagetkan ketika perlawanan tak ada kepada Taliban ketika mereka mulai merangsek kota kota besar di Afganistan. Jika rakyat mencintai negaranya, tentu kondisi akan berbeda.Â
Bahkan seperti nya rakyat Afganistan sudah muak dengan prilaku penguasanya yang tidak menjadikan keadilan sebagai jalan yang ditempuh. Kehadiran Taliban mungkin malah dianggap dewa penolong. Kecuali oleh mereka yang sudah terlalu kenyang dengan uang haram.Â
Sebuah pembelajaran bagi negara kita juga. Jangan sampai pemerintahan yang sah dibenci karena terlalu bersahabat dengan korupsi. Bahkan koruptor pun di rekrut Lembaga anti korupsi.Â
KPK dibunuh dengan disaksikan mata telanjang. Prilaku bar bar yang akan membangkitkan kebencian rakyat.Â
Orda baru tumbang juga karena korupsi yang sudah tak bisa ditolerir lagi. Akan kah orde reformasi akan mengalami nasin sama karena meniru prilaku kotor orde orde sebelum nya?Â
Afganistan adalah pembelajaran bahwa korupsi lebih dibenci daripada sikap radikalisme. Â Jika kita tak ingin seperti Afganistan, kita harus segera sadar akan korupsi yang semakin akut di negeri ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H