Menjadi oposisi di negeri ini belum semulia penguasa. Oposisi cuma menjadi pelengkap penderita saja. Jika tidak memiliki sikap yang kuat, menjadi oposisi itu disingkirkan dari pertemanan.Â
Gerindra saja hanya mampu satu periode untuk tahan berada sebagai oposan. Sekarang sudah nyaman di dalam. Bahkan satu tokoh yang ikut di dalam justru bikin ulah yang sangat memalukan. Ditangkap KPK karena korupsi.Â
PKS sekarang tinggal sendirian menekuni sikap oposannya. Â Bagaimana dengan Demokrat?Â
Pada awalnya Demokrat juga sudah wira wiri mau ikut di dalam. Apalagi Demokrat sepuluh tahun pernah menjadi sentral kekuasaan karena kadernya menjadi presiden dua periode. Maka, wajar jika Demokrat tidak memiliki gen sebagai oposan.Â
Menjadi oposan itu memang menderita. Apalagi ketika partai partai masih belum mampu mandiri dan masih terus menerus menyusu secara finansial pada kemurahan pemerintah.Â
PAN pun pada akhirnya harus berbicara tentang gen partai yang bukan gen oposisi. Sekarang PAN sudah masuk dalam lingkaran.Â
Sebuah partai memang dipengaruhi oleh pengelolaan di dalamnya. Kemandirian akan sangat mempengaruhi kekuatan nya dalam beroposisi.Â
Biaya partai selalu mahal. Karena anggota partai tidak pernah merasa memiliki, apalagi militansi sehingga keuangan partai bisa dukungan penuh.Â
PKS memang bisa dikecualikan. Pengkaderan di PKS selama ini menjadi terbaik. Ada sistem yang mendukung keamanan seseorang dalam menjalankan fungsi partai karena sistem sudah ada.Â
Walaupun ada friksi yang kemudian melahirkan partai baru oleh kelompok Anis Matta. Â Akan tetapi, secara keseluruhan sistem dalam partai sudah bekerja cukup baik.Â
Militansi juga tinggi. Bahkan sering terlihat kader PKS bekerja dengan semangat tinggi. Ada alasan keagamaan yang menyusup dalam diri kader karena ada perjuangan keagamaan.Â
Sehingga wajar jika hanya PKS yang kuat dalam menjaga konsistensi nya beroposisi. Mereka cukup mandiri dalam pembiayaan.Â
Semua keinginan pemerintah pada saat ini selalu dengan mudah diwujudkan. Tidak ada sikap kritis karena tak ada oposisi yang bagus dan kuat. Tentu hal demikian dapat menjadi anomali demokrasi.Â
Apalagi ketika oligarki dalam partai juga cukup dalam mencengkeram. Sehingga kekuatan partai yang bergerombol dalam pemerintahan justru membuat pemerintahan kurang melongok keinginan rakyatnya.Â
Partai partai lain sudah sewajarnya untuk belajar menjadi oposisi kepada PKS. Oposisi bukan karena tidak diajak atau luka sejarah belaka. Oposisi juga sebuah kehormatan.Â
Demokrasi yang baik memang membutuhkan oposisi yang kuat. Tanpa oposisi kuat, demokrasi cuma sebuah pajangan belaka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H