pulang malam ini? Tanyamu waktu itu sambil terus gelisah. Sepertinya kamu tak yakin kalau malam ini tak mau pulang. Dan kamu lebih khawatir lagi jika terjadi apa apa.Â
Benarkah kamu tidak inginAku mengangguk. Entah untuk anggukan yang keberapa. Dan entah harus berapa kali lagi aku harus menganggukkan kepalaku ini untuk menjawab pertanyaan yang nyaris sama dari kamu.Â
Ya, kamu belum beranjak juga. Padahal kamu biasanya sudah pulang dan mungkin sudah bermimpi. Tapi, malam ini kamu terus mengikutiku. Seakan takut kehilangan aku. Takut aku nekad.Â
Padahal aku sendiri merasa biasa saja. Cuma aku malas pulang malam ini. Aku ingin habiskan malam ini di mana saja. Asal tidak pulang.Â
Kamu sedang bertengkar dengan suamimu? Wajah kamu tampak culun ketika bertanya dengan kalimat itu. Aku tahu kamu belum menikah sampai saat ini karena kamu masih belum bisa melupakan ku. Kamu seperti nya masih mengharapkan ku.Â
Aku mengangguk lagi. Dan aku lihat ada selarik bahagia yang muncul dari binar matamu. Mungkin kamu berharap aku benar-benar berpisah dari suamiku dan kamu punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan mu itu.Â
Kamu kemudian melangkah tidak jelas. Seperti orang yang kepengin kentut tapi takut terdengar oleh teman yang ada di sampingnya.Â
Kulihat jarum jam sudah lama berlari menjauhi angka satu. Sebentar lagi akan menunjuk nunjuk angka dua dengan kebanggaan yang tak ada bandingnya.Â
Kamu kembali duduk di sebelah ku. Masih tampak kikuk hrndak melakukan apa. Kemudian seperti orang terpaksa, kamu mencoba untuk merokok.Â
Kembali lagi jarum jam berderai derai mengejar angka tiga. Rupa rupanya dia sudah berhasil melewati angka dua yang tergambar seperti sedang melongo.Â
Aku ingin beranjak. Tapi kakiku terasa begitu berat. Dan aku tak ingin pulang malam ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H