Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan yang Enggan Pulang Malam Ini

17 Juni 2021   17:31 Diperbarui: 17 Juni 2021   17:38 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benarkah kamu tidak ingin pulang malam ini? Tanyamu waktu itu sambil terus gelisah. Sepertinya kamu tak yakin kalau malam ini tak mau pulang. Dan kamu lebih khawatir lagi jika terjadi apa apa. 

Aku mengangguk. Entah untuk anggukan yang keberapa. Dan entah harus berapa kali lagi aku harus menganggukkan kepalaku ini untuk menjawab pertanyaan yang nyaris sama dari kamu. 

Ya, kamu belum beranjak juga. Padahal kamu biasanya sudah pulang dan mungkin sudah bermimpi. Tapi, malam ini kamu terus mengikutiku. Seakan takut kehilangan aku. Takut aku nekad. 

Padahal aku sendiri merasa biasa saja. Cuma aku malas pulang malam ini. Aku ingin habiskan malam ini di mana saja. Asal tidak pulang. 

Kamu sedang bertengkar dengan suamimu? Wajah kamu tampak culun ketika bertanya dengan kalimat itu. Aku tahu kamu belum menikah sampai saat ini karena kamu masih belum bisa melupakan ku. Kamu seperti nya masih mengharapkan ku. 

Aku mengangguk lagi. Dan aku lihat ada selarik bahagia yang muncul dari binar matamu. Mungkin kamu berharap aku benar-benar berpisah dari suamiku dan kamu punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan mu itu. 

Kamu kemudian melangkah tidak jelas. Seperti orang yang kepengin kentut tapi takut terdengar oleh teman yang ada di sampingnya. 

Kulihat jarum jam sudah lama berlari menjauhi angka satu. Sebentar lagi akan menunjuk nunjuk angka dua dengan kebanggaan yang tak ada bandingnya. 

Kamu kembali duduk di sebelah ku. Masih tampak kikuk hrndak melakukan apa. Kemudian seperti orang terpaksa, kamu mencoba untuk merokok. 

Kembali lagi jarum jam berderai derai mengejar angka tiga. Rupa rupanya dia sudah berhasil melewati angka dua yang tergambar seperti sedang melongo. 

Aku ingin beranjak. Tapi kakiku terasa begitu berat. Dan aku tak ingin pulang malam ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun