Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapresiasi Kinerja Pak Polisi

16 Mei 2021   07:56 Diperbarui: 16 Mei 2021   07:58 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan itu membuka jendela mobilnya. Kemudian serta merta dia sebutkan nama hewan kepada polisi yang sedang bertugas. Tapi, terlihat Pak polisinya tetap santai. 

Itulah salah satu peristiwa dari begitu banyak cerita Pak polisi yang harus sabar menghadapi rakyat negeri ini yang masih mencoba menyiasati aturan penyekatan.  Polisi lah yang memang harus berada di depan dalam menyukseskan program pemerintah negeri ini untuk meminimalisir penularan covid saat perayaan keagamaan yang sudah mentradisi di negeri ini. 

Seharusnya, rakyat negeri ini secara suka rela turut upaya pemerintah yang detik ini belum juga mampu melenyapkan covid.  Jika hanya mengandalkan kerja pemerintah, entah sampai kapan akan tuntas. Kerja barenglah yang akan menjadi segalanya ringan dan cepat terselesaikan. 

Covid di India memang begitu mengerikan. Karena perayaan keagamaan, semuanya lupa, bahwa covid masih mengancam. Sampai akhirnya, semuanya kewalahan menghadapi ledakan yang lebih dahsyat dari bom atom itu. 

Kita harusnya belajar banyak dari apa yang terjadi di India. Kita harus mampu menahan diri untuk tidak lupa diri. Perayaan keagamaan masih bisa ditunda. 

Akan tetapi, pemerintah sendiri juga harus konsisten. Konsistensi ini yang belum juga bisa dijalankan oleh pemerintah, sehingga rakyat merasa di zolimi. Dan pada akhirnya, berbalik melawan apa pun yang dianjurkan pemerintah. 

Bagaimana mungkin ketika kita semua dilarang mudik, ada berita besar tentang kedatangan orang-orang Cina di bandara. Kenapa pemerintah sendiri tak mencoba untuk sabar tentang hal ini. Sehingga rakyat tak merasa dizolimi dibandingkan kedatangan pekerja dari Cina. 

Ancol meledak. Ragunan tumpah ruah. Taman Mini tak terbendung lagi.  Ini juga berita yang bikin orang beramai-ramai memgurut dada. Kenapa mudik dilarang tapi tempat wisata dibiarkan seperti itu. Tidak bisa mengatur atau malas berpikir? 

Rakyat dan pemerintah harus sejalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun