Tapi orangnya santai. Â Seakan tak peduli dengan semua itu. Mungkin juga dia anggap anugrah. Masih diperhatikan oleh guru guru. Walaupun dalam bentuknya yang negatif.Â
Begitulah Safari ketika sekolah dulu. Sekolah cuma buat cari teman lebih banyak. Menuntut ilmu tidak perlu. Lagian ilmu kan tidak salah apa apa, kenapa harus dituntut segala?Â
Hari ini yang berbeda adalah bajunya. Dulu kalau sekolah jorok banget. Kayak baju yang baru ambil dari tumpukan barang bekas.Â
Sekarang perlente banget. Mungkin teman yang lain, banyak yang lupa. Kecuali saya.Â
"Mantap antum, " kataku, masih dengan jabat tangan erat.Â
"Kami tahu siapa yang mobilnya paling keren di depan? " Tariman ikut nimbrung.Â
"Safari? "
"Siapa lagi? "
"Saya pikir kamu gak bakat jadi pengusaha, Far. "
"Pengusaha itu tak perlu bakat. "
"Terus? "