Tiga puluh tahun yang lalu saya membaca buku karya Romo Mangunwijaya ini. Sewaktu masih kuliah. Bukunya juga buku meminjam di perpustakaan.Â
Minggu lalu, seorang teman kuliah yang bikin toko buku online ngasih tahu ada buku Romo Mangun "Balada Becak" ini. Kontan saja saya minta dikirimi. Ada satu lagi buku "Durga Umayi" tapi belum selesai membacanya. Baru Balada Becak yang sudah dinaiki.Â
Seperti cerita cerita Romo Mangun yang lain, kesan orang-orang sederhana selalu muncul sebagai tokohnya. Demikian juga dalam Balada Becak.Â
Cerita tentang tokoh Yusuf. Pemuda yang dimanja ibunya agar bisa jadi priyayi. Karena priyayi bagi orang Jawa adalah kedudukan yang baik dalam masyarakat.Â
Setelah lulus SMA terpaksa tak bisa melanjutkan pendidikannya karena bapaknya yang cuma seorang tukang becak. Dengan terpaksa, ketika bapaknya sakit, Yusuf pun menggantikan bapaknya sebagai sopir becak.Â
Yusuf sendiri sebetulnya ingin kuliah. Bukan hanya ingin kuliah, setiap hari ia betulkan sepeda anak mahasiswi yang diidamkan nya. Cewek itu bernama Lilian.Â
Yusuf mengantarkan Bu Dullah membawa gori atau nangka muda yang akan dibuat gudeg. Ketika mengantar gori ini, Bu Dullah selalu naik di atas gori gorinya yang memenuhi becak Yusuf.Â
Di belakang Yusuf, ikut anak Bu Dullah bernama Riri. Riri mencintai Yusuf tapi Yusuf kurang menanggapinya. Karena Yusuf bermimpi tentang Lilian.Â
Yusuf sendiri punya seorang kakak bernama Rahmat. Rahmat tidak mau sekolah SMA. Rahmat memilih sekolah STM. Setelah tamat, Rahmat langsung bikin  bengkel yang sangat laku.Â
Ini mungkin sebuah sindiran halus untuk sistem pendidikan yang kurang kontekstual. Orang pengin kuliah walaupun belum tentu bisa apa apa. Tujuan nya cuma jadi priyayi. Santai dengan gaji tetap.Â
Bu Dullah sendiri mencerminkan keteguhan dan kegigihan. Ia berdagang dengan semangat tinggi. Untuk kebahagiaan anaknya Riri.Â
Kejadian kejadian lucu ada juga. Seperti ketika becak Yusuf nyelonong di lampu merah sehingga diberhentikan oleh polisi yang ternyata masih saudaranya Bu Dullah. Polisi yang ternyata naksir Riri tapi gak kesampean.Â
Yang jelas novel Romo Mangun ini dengan bagus menceritakan dunia orang orang kecil yang selama ini dibela Romo Mangun dalam kehidupan nyata. Saya yakin, Romo Mangun bukan hanya mau bercerita tentang becak. Tetapi lebih jauh ingin mengabarkan tentang dunia orang orang sederhana.Â
Ya, itulah hasil saya keliling naik becak milik Romo Mangun. Pembacaan kedua setelah tiga puluh tahun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H