Selalu saja, ketika pacaran kelamaan, malah kawin dengan dengan yang baru. Entah kenapa, tak ada yang bisa menjawabnya dengan jawaban yang meyakinkan. Cuma ditutup dengan kalimat, pacaran emang gak boleh lama lama.Â
Beberapa teman mengalami itu. Pacaran dengan siapa, nikah dengan siapa. Sehingga nasihat orang tua untuk menyegerakan pernikahan menjadi perlu sekali dipertimbangkan.Â
Ketika nikah terlalu dipikirkan juga jangan. Karena logika kalian mentok terus, akhirnya gagal nikah. Biasanya mikir panjang karena kurang tauhid dan cenderung mengikuti kesombongan Fir'aun. Untuk kaum jomlowan terutama. Masa mikir jumlah gaji terus jumlah uang yang bisa cukup untuk menghidupi sebuah keluarga.Â
Ada Allah. Sang Pemberi Rizki. Jangan kamu menganggap kalau sudah berkeluarga terus bini harus mengambil rizki kamu. Tidak. Semua orang punya rizki masing-masing.Â
Sebelum menikah gaji UMR seperti tak cukup untuk hidup sendirian. Akan tetapi setelah menikah, dengan gaji UMR toh juga bisa hidup berdua.Â
Bukan berarti kalian tidak mikir dan tidak pacaran. Silakan mikir tentang pernikahan. Tapi jangan terlalu sombong bahwa diri kalian yang menentukan sebuah keberhasilan.Â
Juga jangan berpendapat bahwa nikah tanpa pacaran akan berantakan. Atau kurang pengenalan pasangan karena pacaran baru sebentar terus perkawinan menjadi kurang mesra.Â
Ya, pacaran terlalu lama justru terkadang bikin semua hak dari pasangan sudah diketahui semua. Akhirnya muncul rasa bosan. Tak ada misteri apa pun yang menantang untuk dikuak. Misteri yang hadir untuk saling dipahami.Â
Ya, mikir terlalu panjang justru kamu terjebak pada lorong lorong gelap dalam pikiran mu sendiri. Sesuatu yang biasa menjadi sesuatu yang rumit di dalam pikiran yang rumit.Â
Oleh karena itu, segerakanlah menikah. Â Akan banyak yang harus dipelajari lagi, iya. Pernikahan itu perjumpaan dua individu yang berbeda. Kalau pun ada persamaan, pasti akan lebih banyak perbedaan.Â
Ketika pacaran, perbedaan itu tidak terlihat karena belum setiap detik setiap jam bersama. Perbedaan itu akan muncul begitu banyak ketika kalian sudah berada dalam satu kamar.Â
Mau tidur dengan lampu menyala atau padam. Mau tidur miring kiri atau kanan. Mau tidur dengan dengkur atau sepian. Terus handuk setelah mandi ditaruh dimana? Jawaban kalian berdua akan berbeda.Â
Akan sangat banyak lagi. Dan sebanyak apa pun perbedaan, hanya satu s jalan keluarnya yaitu saling memahami. Tanpa saling memahami, pertempuran bisa terjadi setiap saat. Dan pertempuran pertama akan memantik puluhan pertempuran berikutnya.Â
Perjalanan pernikahan akan berpuluh-puluh tahun. Tahun pertama kalian berdua akan sangat saling memahami. Tahun kedua, Suami bicara, istri mendengarkan. Tahun ketiga, Istri bicara, suami mendengarkan.Â
Tahun keempat, sudah mulai ada keinginan untuk saling bicara. Suami bicara,istri juga bicara. Siapa yang mau mendengarkan? Tak ada lagi yang mau mendengar. Yang mendengar para tetangga karena ada piring melayang dan pecah berantakan.Â
Makanya, ada mitos lima tahun perkawinan pertama. Karena lima tahun pertama ego masih sama sama kuat. Tahu keenam lah mulai bergeser. Bisa menjadi dewasa saling menyayangi. Bisa juga juga menjadi kan idaman lain.Â
Menikah itu bukan perjalanan biasa. Kita harus punya nafas panjang untuk menjaganya. Dengan saling memahami dan menyayangi. Bukan sekadar cinta.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI